Inspiration

NANGGALA

Indonesia sedang berduka dengan kepergian 53 patriot terbaik bangsa yang menjaga samudera di Indonesia. Mereka telah gugur dalam tugas ketika kapal selam KRI Nanggala 402 dinyatakan tenggelam pada kedalaman 838 meter di perairan sebelah utara Bali. Setelah kehilangan kontak sejak 21 April, pencarian bawah air akhirnya menemukan tiga pecahan kapal selam tersebut empat hari kemudian.

Kabar itu mengagetkan seluruh keluarga dan seluruh bangsa. Kabar itu menjadi duka untuk kita semua. Apalagi bagi keluarga yang merasakan kehilangan orang-orang tercinta. Musibah ini mengharukan banyak pihak, sekaligus mengharumkan para patriot bangsa. Kita hanya bisa mendoakan agar mereka berada dalam kebahagiaan surgawi bersama Sang Pencipta Semesta.

Petinggi TNI meyakini bahwa kapal selam buatan Jerman itu tenggelam bukan karena human error alias kesalahan manusia. Saya yang awam pun yakin bahwa sistem dan tingkat keamanannya pasti sudah dirancang dengan sangat baik dengan awak kapal yang mumpuni. Apalagi kapal selam untuk sistem pertahanan militer. Maka tidak ada alasan bagi saya untuk tidak percaya dengan pendapat para petinggi TNI tersebut.

Hidup kita seolah kapal yang mengarungi lautan kehidupan. Kadang kapal kita terombang-ambing oleh ombak tinggi. Kadang oleh badai ganas. Bisa saja kita dalam kondisi sekarat karena mabuk laut yang hebat. Dalam kondisi semacam itu, saya yakin bahwa para awak kapal akan berjuang agar tetap bertahan hidup dan kapal tidak karam. Saya pernah berbincang dengan beberapa awak kapal yang pernah mengalami kondisi serupa. Perjuangan untuk hidup mengalahkan ketakutan mereka di tengah gelombang dan badai. Namun kadang sekuat apa pun kapal kita, alam ternyata punya kuasa untuk menenggelamkan kita.

Tanpa mengurangi rasa hormat pada para patriot yang gugur dan keluarga yang kehilangan, saya mencoba merenung. Saya mencoba menganalogikan bahwa hidup kita ibarat kapal selam. Terutama hati kita yang terlindung oleh tubuh fisik kita. Saya terinspirasi dari sebuah postingan menarik di media sosial.

Kapal konvensional atau kapal selam dapat tenggelam bukan karena air yang mengelilinginya. Tetapi kapal bisa tenggelam karena air masuk ke dalam kapal yang bocor, sekecil apapun bocoran itu. Demikian pula yang akan terjadi dengan hidup kita. Ketika kita membiarkan segala hal di luar diri kita masuk dan memengaruhi hati kita, maka kita sedang mengalami kebocoran. Kalau dibiarkan, maka hati kita akan dibanjiri oleh peristiwa-peristiwa di luar kita. Lama kelamaan, hidup kita akan tenggelam seperti kapal yang karam.

Namun selagi kapal kehidupan kita dalam posisi wajar, maka tugas kita adalah selalu mempertahankan kapal agar tidak mengalami kebocoran. Tidak oleng, tetap terapung dan bergerak maju. Meskipun ada banyak pula orang yang sengaja membuat kapalnya bocor dengan tindakan-tindakan bodoh.

Hal-hal yang tidak menyenangkan, menyakitkan hati, mengecewakan, menyedihkan bagaikan riak, ombak dan badai di lautan. Rasa benci, iri, kesombongan diri, ketamakan, kepelitan, itu ibarat karat yang akan menggerogoti lambung kapal kita. Karat-karat itu kalau didiamkan akan membuat hati keropos sehingga air dari luar kehidupan kita akan mudah masuk dan akhirnya menenggelamkan hidup kita ke dasar lautan yang gelap.*** (Leo Wahyudi S)

Foto diambil dari kompas.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑

%d bloggers like this: