OBROLAN OJOL SORE ITU Sisa aroma hujan masih menyelimuti kabut pagi. Hawa sejuk mendinginkan suasana pagi di tengah bangunan-bangunan kompleks yang rapat. Kesegaran menyelisik di antara beton dan pepohonan perindang yang masih tersisa. Matahari seolah tak serajin biasanya. Padahal, bukan karena ia malas menggelontorkan sinarnya, tapi kabut tipis pagi itu rupanya menunda sentuhan sinarnya di... Continue Reading →
Literature
MEJA MAKAN Pertemuan di sebuah cafe di bilangan Jogja barat itu begitu mengesan. Setidaknya bisa membawaku kembali menyusuri lorong waktu yang sudah hampir lepas dari chip memori yang kian menua. "Namamu bagus banget, Dik. Aku tak pernah bosan mengucapkan nama panjangmu meski aku tak tahu makna di balik nama itu," kata lelaki di depan kursiku."Ah,... Continue Reading →
Literature
Gorengan Sore Raja siang mengangkangi belantara beton dengan ratusan bangunan jangkung. Aku menyelinap di antara bayangan-bayangan teduh demi menyembunyikan diri dari tatapan sang raja siang yang garang. Di sebuah ujung bayangan teduh aku tiba-tiba terhenti. Getar telepon genggamku yang mengajakku berhenti. Kulihat layar gawaiku. Rupanya sahabatku igin bersilaturahim karena sudah lama tak berkontak. Dulu kami... Continue Reading →
Literature
NOTASI And I can't fight this feeling anymore I've forgotten what I started fighting for It's time to bring this ship into the shore And throw away the oars, forever Cause I can't fight this feeling anymore I've forgotten what I started fighting for And if I have to crawl upon the floor Come crashing... Continue Reading →
Literature
HA TIGA Kurang apa lagi sih dengan segala kelebihan yang kau miliki? Bentuk badanmu bagus. Tinggi, rambut hitam lepas mengurai di punggungmu. Mata bening berpadu senyum yang selalu indah dipandang. Jendela hatimu selalu berkarib dengan sorot mata dan senyummu. Berjajar ketegaran dan ketulusan. Seolah menjadi benteng kokoh yang melindungi kerapuhan sosok perempuan yang kodrati. Ronamu... Continue Reading →
Literature
ANTARA DUA KATA Malam merangkak jauh. Meninggalkan arakan mendung yang tak sempat mengucapkan janji. Akhirnya mendung pun berurai dalam derai hujan. Rinainya jatuh seolah ingin memeluk kegelapan malam. Bergemericik mendendangkan senandung senyap yang menembus genting rumahku. Mataku masih nanar menatap langit-langit kamar. Selalu kusempatkan kerlingan mataku ke sebelahku. Semerbak wangi tubuh perempuanku masih serasa seperti... Continue Reading →
Literature
Mellitus Foto selfie yang dipajang di media sosial itu tampak menyolok. Senyumnya tampak sumringah. Roman mukanya selalu teduh sambil menebar senyum. Wajah dan tampilan fisiknya selalu berimbang. Dandanannya pun selalu modis. Sudah ada banyak yang memberi tanda suka dengan angka 90 di bawah gambar hati berwarna merah. Yang memberi komentar pun tak kalah banyak. Ada... Continue Reading →