Sahabat saya yang mengajar di salah satu SMA berkeluh kesah tentang murid-muridnya. Bukan soal kelakuannya yang bandel di sekolah. Tapi lebih pada soal daya tangkap anak-anak didiknya. Rasanya segala daya upaya yang dilakukan seorang pendidik tak seimbang dengan transfer ilmu yang tak pernah kunjung sampai. Padahal berbagai metode mengajar sudah dicobanya karena ia seorang pendidik berpengalaman.
Segala persiapan mengajar termasuk materi sudah dipersiapkan sungguh-sungguh. Bahkan sudah menyita waktu lebih dari yang seharusnya. Begitu materi disampaikan di kelas, hampir semua muridnya tidak menangkap penuh apa yang disampaikannya. Dulu ia menduga bahwa ada yang salah dengan dirinya, caranya mengajar, atau materinya yang terlalu berat. Tapi ketika semua sudah diubah, hasilnya tetap tidak seperti yang diharapkan.
“Di sekolah ini saya seolah berada di sebuah tambak yang penuh dengan karamba-karamba,” katanya suatu hari di hadapan para muridnya.
“Kenapa karamba, Pak?” salah seorang muridnya bertanya kebingungan. Sementara teman-temannya mulai menanggapi dengan tertawa.
“Soalnya kalian seperti ikan. Kalian tahu otak ikan? Konon katanya memori di otak ikan itu hanya berumur beberapa detik saja. Nah, saya melihat sepertinya kalian punya otak ikan juga. Maka wajar kalau kelas ini pun rasanya seperti kolam atau karamba,” kata sahabat saya sambil tersenyum.
Pengalaman sahabat saya memang menggelikan. Namun betapa sering kita juga mengalami hal seperti itu dalam kehidupan sehari-hari. Kita kadang harus mengakui kalau kita pun mempunyai otak ikan. Gampang lupa akan hal-hal penting, sekalipun sepele. Dalam dunia medis, otak ikan ini dinamakan Sindrom Dori. Dori, dalam film animasi Finding Nemo, adalah ikan biru dengan bintik kuning yang super pelupa. Sindrom Dori adalah kondisi ketika otak bagian depan kita kehilangan memori jangka pendek yang bisa berlangsung selama beberapa detik atau beberapa hari. Penyebabnya pun beragam. Bisa karena cedera kepala, konsumsi alkohol, rokok, obat, atau depresi.
Dalam berelasi dengan Sang Pemberi Hidup, kita pun sering dijangkiti sindrom lupa sejenak. Otak kita menjadi seperti otak ikan. Apalagi ketika kita sedang berlimpah-limpah berkah, rejeki, kesuksesan, kegembiraan. Kita tiba-tiba menjadi kehilangan memori. Kita jadi lupa diri dan lupa pada Sang Pemberi. Mungkin kita sempat berucap “Alhamdulillah atau Puji Tuhan”. Tapi itu hanya di bibir, dan umurnya pun sebentar. Jujur atau tidak, kita sering mengalami hal ini. Apalagi kalau kelimpahan dan kebaikan hidup itu hanya merupakan perkara ‘sepele’ yang berlangsung rutin setiap hari.
Sindrom lupa sejenak seolah menjauhkan kata syukur kita pada perkara-perkara sepele seperti nafas, aliran darah, kesehatan, anugerah fisik, dan sebagainya. Kita merasa, sudah selayaknya kita mendapatkan pekerjaan, keluarga, anak-anak, penghasilan, kekayaan, kecukupan. Tapi kita lupa bahwa kita hanya menerima. Dan kita sebagai tukang terima berkah gampang lupa bahwa kita harusnya selalu mengingat dan berterima kasih kepada Sang Pemberi berkah kehidupan. Dalam kehidupan spiritual, kita kadang dijangkiti sindrom Dori, alias otak ikan. Semoga kita segera sadar agar tidak pikun dini secara rohani. (Leo Wahyudi S)
Foto diambil dari pinknews.co.uk
Kalau lupa punya istri sindrom apa pak,?🙄
LikeLike
Sindrom manuk Mas
LikeLike