INDONESIA JANGAN TERSERAH
Belakangan ada ilustrasi seorang mengenakan masker sedang memegang lengan seoran petugas kesehatan. Gambar itu menyiratkan orang yang memberi semangat pada petugas medis yang sudah kehabisan tenaga menjadi garda terdepan menangani kasus Covid-19 yang makin bertambah di Indonesia. Di bawah gambar itu ada tagar #INDONESIAJANGANTERSERAH.
Beberapa waktu sebelumnya ada lagu rap yang dinyanyikan oleh rapper Indonesia, Willy Winarko. Video lagu yang diunggah di akun Twitter, The Rap Up Indonesia, ini mendadak viral dan memancing kontroversi. Syair lagu itu menyiratkan bahwa apa yang sudah diperjuangkan pemerintah bersama seluruh rakyat Indonesia seolah sia-sia ketika orang masih tidak peduli dengan Covid-19. Willy, dan jutaan masyarakat Indonesia yang taat aturan, merasa putus harapan. Tinggal di rumah selama tiga bulan masa PSBB seolah sia-sia. Syair ini ungkapan kejengkelan dan kerisauan banyak orang yang sudah bahu membahu menahan agar penularan Covid-19 terputus bahkan terhenti, namun tetap disepelekan oleh kesombongan dan kedegilan orang-orang sesat pikir.
Melihat fenomena ini, saya teringat beberapa waktu lalu dengan film berjudul Hacksaw Ridge besutan sutradara Mel Gibson pada 2016. Film yang memenangi 6 Piala Oscar ini adalah film drama perang yang diangkat dari kisah nyata. Film ini berkisah tentang perjuangan seorang prajurit, Desmond Doss, dalam perang Okinawa antara Jepang dan Amerika Serikat pada Perang Dunia Kedua. Doss adalah satu-satunya prajurit yang maju di garis depan medan perang tanpa senjata. Keyakinan agamanya yang kuat membuat Doss disepelekan dan di-bully oleh sejawatnya. Ia dianggap pengecut karena ia hanya menjadi tentara medis.
Singkat cerita, Doss ditugaskan dalam Divisi Infantri yang harus merebut daerah tinggi bernama Hacksaw Ridge. Tentara Amerika berhadap-hadapan dengan tentara Jepang. Banyak korban di kedua pihak. Doss ternyata menjadi prajurit gagah berani yang berhasil menyelamatkan teman-temannya yang terluka. Bahkan ia berhasil menyelamatkan komandannya dari ledakan granat. Padahal selama ini komandan itu selalu melecehkan Doss. Akibatnya, Doss sendiri yang terluka parah. Perjuangannya tak sia-sia. Akhirnya, pasukan Amerika berhasil memenangkan peperangan itu.
Desmond Doss berhasil menyelamatkan 75 tentara yang terluka. Ia pun dianugerahi Medali Kehormatan oleh Presiden Amerika Harry S. Truman. Yang menarik, dalam situasi yang mengerikan Doss tidak pernah melupakan Kitab Suci yang selalu dibawanya. “Tuhan, tolong aku untuk menyelamatkan satu orang lagi.” Doa ini yang selalu diucapkan di tengah desingan peluru dan ledakan granat di medan tempur. Ia sibuk mencari dan menolong rekan-rekannya yang terluka atau meninggal.
Film ini mengangkat kisah heroik yang dibekali keyakinan kuat dan rasa kemanusiaan yang tinggi dari seorang Desmond Doss. Dialah sosok pahlawan di medan perang, meski tanpa angkat senjata. Senjatanya adalah panggilan kemanusiaan yang ikhlas.
Saya menganalogikan Indonesia kini sedang berada dalam medan pertempuran hidup dan mati melawan pandemi Covid-19. Ada banyak sekali Desmond Doss yang berada di garis terdepan. Pemerintah, Gugus Tugas Covid-19, para dokter dan perawat, para pembela kemanusiaan, donatur, para polisi, tentara, dan semua orang yang terpanggil dengan niatan suci dalam tugas kemanusiaan.
Merekalah yang berjuang siang malam demi menyelamatkan nyawa jutaan orang Indonesia. Mereka berlari dan berpacu dengan waktu. Mereka berada di tengah desingan peluru maut virus corona. Sampai 12 April 2020, ada 32 dokter dan 12 perawat* yang meninggal dunia terinfeksi virus corona. Mereka berjuang melawan Covid-19 sambil bernegosiasi dengan malaikat maut agar mengurungkan niatnya. Kelelahan dan keringat mereka seketika akan terobati tatkala makin banyak orang yang selamat. Mungkin doa mereka sama dengan doa prajurit Doss, “Tuhan, tolong aku untuk menyelamatkan satu orang lagi.”
Tagar #INDONESIAJANGANTERSERAH harus menjadi penyemangat bagi seluruh anak bangsa agar Covid-19 segera pergi dari negeri ini. Ada ribuan atau jutaan orang yang sedang berjuang dan bertaruh nyawa di medan pertempuran. Merekalah yang berhak menyandang medali kehormatan dari Tuhan dan sesama. Mari kita hargai para pejuang kemanusiaan itu dengan nurani dan hati yang penuh hormat. Jangan kita menyerah atau bersikap terserah. ***(Leo Wahyudi S)
Photo credit: https://i.ytimg.com/vi/acLmsUGJSjY/maxresdefault.jpg
*Data dari: https://katadata.co.id/berita/2020/04/12/44-dokter-dan-perawat-ri-meninggal-dunia-akibat-virus-corona
Leave a Reply