MELEPASKAN HATI
Manusia sekarang hidup dalam kekhawatiran. Dunia yang kita tinggali sekarang adalah dunia yang sarat dengan hal-hal mengkhawatirkan. Banyak sekali aspek hidup yang membuat kita merasa khawatir. Kita khawatir akan datangnya bencana alam. Kita khawatir akan terjadi perang saudara. Kita khawatir orang akan mengacaukan fanatisme agama. Kita khawatir tidak dapat membayar hutang. Kita khawatir akan kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan. Kita khawatir generasi muda penerus kita akan terimbas narkoba.
Kedamaian sudah menjadi barang dagangan yang mahal. Dengan biaya sebesar apapun kadang kedamaian tidak pernah terbeli. Uang ternyata tidak dapat membeli kedamaian. Sebaliknya, dengan uang sedikit pun orang sudah dapat membuat suasana yang mengkhawatirkan. Niatan jahat sedikit saja sudah cukup untuk mengacaukan kedamaian.
Kekhawatiran yang makin melanda, kedamaian yang makin memudar, itulah dunia yang kita tinggali sekarang. Secara dramatis, kita selalu dihadapkan pada ketidakpastian-ketidakpastian hidup. Untungnya, nurani manusia yang masih sehat selalu merindukan kedamaian itu. Bahkan barang langka itu makin diburu untuk dimiliki.
Namun, kedamaian sebagai harta karun terpendam itu toh masih bisa kita miliki. Salah satu jalan menuju ke harta karun kedamaian itu adalah dengan melepaskan hati kita. Artinya, kita berusaha melepaskan gambaran yang kita inginkan. Tidak semua gambaran dan impian kita dapat terwujud dengan gampang. Apalagi jika bermimpi tentang dunia yang damai. Melepaskan hati berarti kita mencoba melepaskan hal-hal yang berada di luar kendali kita.
Seorang penutur kebajikan mengatakan bahwa akar dari penderitaan salah satunya adalah keinginan kita agar segala sesuatu seperti yang kita dambakan. Sesuatu menjadi berbeda dengan kenyataan yang ada sekarang. Kita semua ingin semua jenis senjata pemusnah manusia itu dihilangkan. Kita ingin tidak ada lagi peperangan dan saling curiga. Kita ingin orang saling menghormati dalam kehidupan beragama. Kita ingin semua orang berbuat baik, tidak korupsi, tidak menipu, tidak membunuh, tidak mencuri. Kita ingin aparat penegak hukum tidak bersikap sewenang-wenang pada orang sipil. Dan masih banyak lagi keinginan-keinginan kita untuk mengubah dunia.
Tidak semua dari keinginan dan harapan kita itu akan terkabul begitu saja. Hidup pun belum tentu akan memberikan apa yang kita kehendaki. Sekeras apapun kita berkehendak agar dunia menjadi seperti yang kita inginkan, semakin jauh pula dunia yang kita harapkan itu. Hanya dengan melepaskan keinginan-keinginan hati itu, kita akan bernapas dengan lega.
Dunia punya kehidupan dan hukumnya sendiri. Kita tidak dapat mengubahnya agar sesuai dengan harapan kita. Hanya dengan mengubah cara pandang kita terhadap dunia, maka dunia kita sendiri akan berubah. Kita akan merasakan pikiran yang tenang, sekalipun di tengah dunia yang tidak pasti.
Ciptakan pikiran yang damai. Jangan menunggu persyaratan-persyaratan yang kita maui akan terpenuhi. Tinggalkan kata-kata bersyarat… aku akan begini seandainya dunia begini…seandainya dia begitu…kalau saja seperti itu… Pengandaian demi pengandaian bersyarat justru akan makin memperbesar rasa kekhawatiran kita.
Kita harus memeluk dan menjadikan segala ketidakpastian itu sebagai sahabat. Lebih mudah dikatakan daripada diwujudkan. Tapi manakala kita bisa melakukannya, akan terbersit rasa damai. Bukankah itu yang kita inginkan agar bisa bernapas lega dari segala kekhawatiran yang menghimpit kehidupan kita. Dengan bernapas lega, kedamaian pikiran akan membukakan pintu menuju satu pola hidup yang ampuh, yang mampu mengatasi segala kekhawatiran itu. Mari kita lepaskan satu-per satu hati yang penuh harapan agar sesuatu menjadi pasti. Biarkan ketidakpastian terjadi apa adanya. Harapan bersyarat hanya akan membuat kita menderita kekhawatiran tanpa ujung. Lepaskan dan biarkan sesuatu berlalu demi meraih kedamaian hati.***(Leo Wahyudi S)
Photo credit: omtimes.com
Leave a Reply