Inspiration

MEMUTUS RANTAI SAKIT HATI

Memaafkan, mengampuni, memberi maaf, memberi ampun adalah deretan kata-kata kerja yang membuat orang puyeng. Bagaimana tidak, orang yang sedang merasakan sakit hati pasti akan membaca kata-kata ini dengan sinis dan kepala mendongak. Apalagi bagi orang yang berkarakter pendendam, kata-kata itu bagaikan menguak luka lama di hati mereka.

Berat, sulit, impossible, mustahil, ogah, dan sederet kata lain mungkin akan menjadi bukti reaksi spontan bagi orang yang membaca atau mendengar kata memaafkan. Barisan sakit hati, istilah yang jamak muncul di kalangan karyawan kantor, mungkin akan bereaksi paling keras jika melihat kata-kata memaafkan dan mengampuni. “Apa untungnya memaafkan orang seperti dia?” Demikian kira-kira reaksi verbal yang mungkin muncul pada kelompok barisan sakit hati.

Pertanyaan selanjutnya, benarkah memaafkan itu sulit dan berat? Saya jawab sendiri, “Ya, benar. Mengampuni itu hal tersulit yang harus dilakukan dalam hidup kita.” Tetapi jika pertanyaan berlanjut, “Apakah berarti memaafkan itu tidak mungkin dilakukan?” Saya jawab, “Sangat mungkin meskipun sulit.” Memaafkan adalah salah satu hal tersulit dalam kehidupan seseorang, sekalipun memaafkan diri sendiri. Tidak banyak orang yang dengan sadar mau memaafkan dirinya sendiri atas kegagalan, kebodohan, ketololan, kesalahan yang pernah dilakukannya sendiri. Yang ada justru sebaliknya, mengutuk diri, menyalahkan diri, meratapi, menyesali, atau bahkan dendam dengan diri sendiri.

Memperbincangkan masalah memberi maaf memang menarik jika dicermati. Dalam jangka pendek, minimal orang mau membaca atau mendengarkan perbincangan ‘berat’ ini. Johann Christoph Arnold dalam bukunya Why Forgive mengulas panjang lebar tentang urusan maaf memaafkan ini. Ia mengatakan bahwa memaafkan tidak serta merta menghilangkan rasa sakit. Lagipula konsep memaafkan itu belum tentu bisa diterima atau diakui begitu saja. Tetapi paling tidak, dengan memaafkan kita tidak akan terseret masuk dalam pusaran dendam dan sakit hati. Justru dalam artian tertentu memaafkan akan meminimalisir niat kita untuk menyakiti orang lain dan terbeban dengan kemarahan yang dapat meledak sewaktu-waktu.

Sekalipun orang beranggapan bahwa memaafkan itu sulit, tetapi bukan tidak mungkin diupayakan. Menurut Arnold, memaafkan itu ibarat  sebuah pintu kecil menuju kedamaian dan kebahagiaan. Karena tingkat kesulitannya itu, dia menggambarkan pintu dengan ukuran kecil. Namun, hal itu bukan hal mustahil sekalipun proses pencariannya memakan waktu lama. Hanya saja Anda harus ingat satu hal penting, pemegang kunci pintu itu adalah Anda sendiri. Maka, yang dapat membuka pintu itu juga Anda sendiri. Bukan orang lain.

Salah satu kunci untuk hidup bahagia adalah belajar memaafkan. Pada dasarnya hati setiap orang itu mulus dan putih. Namun, dalam interaksinya dengan orang lain dan bahkan dengan Tuhan pun kadang timbul satu gesekan dari yang kadarnya kecil sampai berkadar tinggi alias rasa dendam. Belajar memaafkan bisa dimulai dari ruang lingkup yang kecil yaitu diri sendiri, orang-orang di sekitar kehidupan kita sehari-hari, baik itu di keluarga atau di lingkungan kerja.

“Forgiveness is the only way to stop the cycle of unfair pain turning into your memory,” ujar Dr. Lewis Smedes dalam bukunya, Forgive and Forget. Satu-satunya cara untuk memutus mata rantai rasa sakit di hati kita agar tidak kembali lagi ke ingatan kita adalah dengan memberi maaf. *** (Leo Wahyudi S)

Photo credit: ibogaineuniversity.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑

%d bloggers like this: