Inspiration

JADILAH IKAN BESAR

Musim hujan sudah tiba. Sebagian wilayah di negeri ini telah dibasuh oleh kedatangan air hujan. Tanah tandus dan tanaman kering pun tersegarkan. Tak sedikit orang menyambut datangnya musim penghujan sebagai berkah kesegaran yang membasahi jiwa-jiwa kering yang penuh harap selama musim kemarau. Namun tak sedikit pula yang mengutuk musim penghujan sebagai musibah.

Bagaimana tidak, karena orang yang tinggal di kawasan yang rendah dan miskin resapan kini menderita. Rumah dan harta milik mereka terendam. Tak terhitung nilai kegundahan dan kesengsaraan yang mereka tanggung. Harapan dan doa yang mereka lambungkan seolah tak berbalas dari Sang Empunya Alam.

Arus kehidupan yang keruh pun tiba. Air keruh itu menghampiri rumah hati kita. Sedemikian pekatnya banjir di era modern menerpa kita, sehingga sulit untuk membuat pilihan. Bertahan dan berpegangan agar tidak hanyut? Atau, apakah ikut mengalir bersama arus ganas yang akan menyeret kita ke satu hilir yang tak kita ketahui wujudnya?

Kerasnya hempasan banjir air kehidupan modern membuat kita seolah tak berdaya menolaknya. Hanya ada dua pilihan, bertahan, atau mengikuti arus agar terbawa kemanapun arus banjir itu menghempaskan kita. Keduanya membutuhkan nyali. Butuh kekuatan dan keteguhan untuk bertahan. Seandainya ikut arus, tetap dibutuhkan nyali untuk berani berenang tanpa tenggelam atau tersangkut di bebatuan. Pilihan ada di tangan kita. Ibarat ikan, ia akan mengalir mengikuti arus air. Semakin arus dilawan, semakin habis tenaga. Jadilah ia mengalir, ikut terbawa air kemanapun arah arus  air membawa.

Di tengah terpaan arus jaman, menjadi ikan besar rupanya menguntungkan. Karena ikan yang besar akan mengikuti arus sambil berenang mengendalikan dirinya. Ia lebih matang secara fisik. Badannya pun lebih besar, sehingga memberi kekuatan yang lebih besar terhadap arus air. Kematangannya membuatnya mampu menyikapi deras arus yang menerpa tubuhnya. Ia akan menghindar tatkala ada padas. Ia akan waspada pada jaring yang akan memerangkap kebebasannya. Ia akan berontak manakala nalurinya terhalang. Ia akan mengalir kalau arus yang membawanya dirasa aman. Badan dan gerakannya dinamis. Lentur tanpa melawan.

Kalau menjadi ikan kecil, arus deras akan mengombang-ambingkannya tak tentu arah. Ketika ia memilih ke tepian, orang sudah menantikan mereka dengan jalanya. Saat jala diangkat, tertangkaplah ikan-ikan kecil yang malang itu. Kehidupannya yang masih muda harus berakhir tragis di ember atau penggorengan. Rentang kehidupan ikan-ikan kecil itu takkan pernah menuju kepenuhan. Mati sebelum berkembang setelah terkorbankan arus banjir.

Banjir informasi telah tiba. Banjir kebebasan pun sudah bergulung-gulung siap menenggelamkan siapapun yang menghadang. Air bah era modern yang berwarna kecoklatan  itu siap merenggut dan menenggelamkan jiwa dan harta benda. Jeritan ketakutan, suara malaikat, seruan pada Sang Empunya Alam pun tak kuasa menghentikannya.  Seolah semua percuma, tanpa harap, tanpa upaya menghindar. Semua ternganga dan pasrah menanti.

Mengalir bersama arus tidak selamanya jelek. Mengikuti arus tidak harus mematikan kebebasan.  Bergerak dinamis, penuh perhitungan, kematangan dan keberanian seperti ikan besar membuat kita takkan tenggelam sekalipun arus kehidupan yang pekat menerpa. Justru melawan arus kadangkala akan membuat kita terperangkap seperti ikan-ikan kecil yang malang.***(Leo Wahyudi S)

Photo credit: idntimes.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑

%d bloggers like this: