Inspiration

SUDUT KERTAS

Seorang sahabat yang berprofesi sebagai guru sekolah menengah atas suatu kali mengajarkan pendidikan karakter kepada murid-muridnya. Ia bercerita sambil membawa selembar kertas putih segi empat dan sebuah gunting. Ia tunjukkan kertas itu kepada para murid sambil bertanya, “Coba kalian hitung ada berapa sudut di kertas putih ini?” Dengan mudah murid menjawab, “Ada empat sudut, Pak.”

Kemudian dipotongnya keempat sudut kertas tersebut dengan potongan miring berbentuk segitiga. “Sekarang lihat lagi kertas yang sudah saya potong ini. Ada berapa sudut sekarang?” tanya sahabat tadi. Muridnya menjawab serempak, “Ada delapan.”

Ia lalu membagikan keempat potongan itu kepada empat murid. Selanjutnya ia memotong lagi delapan sudut kertas itu. Hasil potongan lalu diberikan kepada murid-murid yang lain. Jumlah sudut kertas yang dipegangnya pun kini bertambah banyak lagi. “Setiap kali kalian memotong sudut kertas dan memberikannya kepada teman kalian, maka sudut kertas kalian akan bertambah jumlahnya,” katanya.

Dengan contoh sudut yang dipotong itu, ia ingin bercerita tentang makna berbagi. Memotong kertas dan memberikan potongan kertas tersebut ibarat memberikan apa yang kita miliki untuk orang lain. Kita bisa membayangkan bahwa setiap sudut itu adalah lambang hati atau kekayaan kita. Seandainya kita memberikan hati atau kekayaan kita, maka hati dan kekayaan kita pun akan bertambah dengan sendirinya. Mirip dengan sudut kertas yang kita potong tersebut.

Berbagi dan memberi tidak akan membuat kita miskin hati atau miskin harta. Justru dengan berbagi, maka hati dan kekayaan kita akan makin berlipat jumlahnya. Sebaliknya, ketika kita memotong setiap sudut kertas dan menyimpannya untuk diri kita, potongan itu hanya akan menumpuk dan terbuang percuma. Toh kita tidak memerlukan potongan-potongan kertas itu. Yang ada justru malah menjadi sampah yang mengotori tempat kita.

Atau, kalau kita tidak mau memotong kertas putih maka kertas kita tetap akan berwujud seperti semula. Tak ada yang berubah. Sudut kertas segi empat itu tetap hanya empat. Tidak lebih dan tidak kurang. Kertas pun bentuknya tetap tak berubah dan tak bertambah. Karena kertas itu hanya kita simpan untuk kita sendiri. Kekayaan dan berkah hanya kita simpan sendiri ibarat empat sudut kertas yang tak pernah bertambah jumlahnya.

Tanpa berbagi dan memberi, maka hati dan kekayaan kita juga mandeg. Berkah tak pernah berputar. Seolah hati dan harta tetap terjaga, tetapi semuanya akan sia-sia. Ibarat kertas segi empat, jumlah hati atau harta kita hanya akan tetap empat. Sikap kikir dan pelit tidak membuat hidup menjadi lebih bermakna. Tanpa berbagi dan memberi, kita tidak akan pernah merasa kaya. Hidup hanya terpusat pada kepentingan dan keakuan diri kita sendiri.

Memberi dan berbagi tidak harus berwujud uang. Kita bisa memberikan telinga untuk mendengar, hati untuk berempati, perhatian untuk bersimpati, mulut untuk saling menguatkan, dan cinta untuk saling mengasihi. “Jadi anak-anak, berikanlah apa yang kalian punya, sehingga kalian akan memiliki lebih dari yang kalian punya. Berbagilah dengan orang lain agar hidup kalian lebih berarti. Harta dan hatimu akan berlipat ganda jumlahnya jika kalian mau berbagi,” pesan kawan guru itu kepada para muridnya. *** (Leo Wahyudi S)

Photo credit: merries.co.id  

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑

%d bloggers like this: