KATAK
Saya terinspirasi oleh sebuah tulisan yang beberapa waktu lalu singgah di telepon pintar saya. Entah sumber asli dan penulisnya siapa. Jadi mohon maaf apabila ternyata ada penulis asli namun tidak disebutkan di sini*. Tulisan tentang seekor katak ini saya adaptasi dalam cerita berikut.
Suatu ketika katak diambil oleh seorang anak kecil dari alam bebas. Wajar kalau katak merasa tercerabut dari habitat aslinya. Katak pun merasa ketakutan. Untunglah, anak itu kemudian menempatkan katak itu ke dalam panci berisi air dingin. Tak lama kemudian sang katak menjadi tenang kembali, karena bisa merasakan habitat air yang dingin itu.
Entah karena iseng atau motif lain, anak itu lalu membawa panci berisi air dan katak itu ke kompor yang menyala. Dengan api kecil, air dalam panci pun perlahan mulai menghangat. Perubahannya sangat perlahan, seiring dengan panas api kecil dari kompor. Katak pun tidak tampak terganggu dengan perubahan-perubahan suhu air tersebut. Katak bahkan berenang-renang di dalam panci berair hangat itu.
Kenyamanan katak itu begitu memabukkan. Ia bahkan tak sadar ketika air mulai memanas, sehingga membahayakan dirinya. Ia tidak segera melompat ke luar panci. Lama kelamaan katak justru merasa terbiasa dengan kondisi air yang memanas itu, maka ia tidak mengambil tindakan apapun untuk keluar dari situasi bahaya. Akibatnya, ketika air sudah mulai mendidih, katak sudah terlambat untuk menyelamatkan diri. Katak malang itu ikut mati kepanasan. Katak itu terlena dan tidak mau merasakan perubahan di luar tubuhnya.
Seandainya katak tadi menyadari bahaya yang mengancam, lalu segera mengambil tindakan penyelamatan, tentu ia masih hidup. Kenyamanan air dingin, air hangat, sangat membuat katak terlena. Comfort zone kills. Zona nyaman itu sejatinya membunuh.
Kisah katak tadi dapat dianalogikan dengan kehidupan kita. Betapa kita sering dimanja oleh kenyamanan dan zona nyaman. Rhenald Kasali menulis bahwa abad ini dipenuhi dengan kaum muda millenals. Jaman sudah berubah. Terjadi suasana disrupsi. Istilah Kasali, dunia sedang shifting (bergerak).
Jaman ini adalah era digital, era cyber. Semua serba digital. Berapa saja perusahaan konvensional yang besar dan mapan, toh ambruk juga oleh gempuran bisnis berbasis digital. Generasi Y dan Z sedang menguasai dunia. Mereka belajar di dunia cyber dan menjadi pekerja mandiri.
Golongan tua, atau generasi sebelum Y, akan tergilas jika hanya diam melongo karena kelamaan tinggal di zona nyaman. Generasi millennial ini selalu bergerak dan berpindah dengan menciptakan jutaan kesempatan baru. Kasali mengulas bahwa jutaan kesempatan itu akan sulit dicerna apalagi ditangkap oleh orang dari generasi lama yang malas atau kelamaan tinggal di bawah selimut rasa nyaman masa lalu.
Membaca tanda jaman, peka akan perubahan, kemauan untuk bertransformasi dan beradaptasi akan menyelamatkan hidup seseorang di dunia serba modern ini. Apalagi teknologi sudah mematikan jarak. Semua dipermuah oleh teknologi. Singkatnya, jika tidak cepat bergerak dan berpindah, maka kita akan tertinggal dan tidak akan mendapatkan bagian dari kompetisi hidup di abad digital ini. *** (Leo Wahyudi S)
Photo credit: desktopimages.org
Leave a Reply