MENCARI SURGA
Ketika pertanyaan itu terlontar, pasti akan banyak jawaban. Tergantung siapa yang akan menjawab. Perspektif setiap orang pasti akan berbeda. Bagi kaum religius, mereka akan menjawab surga itu berada di sebuah taman indah dan abadi di rumah Tuhan. Bagi para pelancong, surga itu adalah tempat indah untuk menghabiskan liburan. Bagi penyuka kuliner, surga terletak di kelezatan menu makanan yang disukainya. Bagi pengejar kenikmatan, surga berada di dalam dunia gemerlap dengan musik hingar bingar dan alkohol. Bagi anak sekolah yang masih kecil, mereka mungkin akan mengingat pepatah bahwa surga itu berada di bawah telapak kaki ibu. Ada beragam jawaban dan pandangan tentang letak surga.
Saya pun punya cerita tentang letak surga. Alkisah ada seorang peziarah hidup yang sudah mumpuni dalam ilmu agama. Ia bertekun dan berdoa sambil mengembara demi mencari surga. Lalu sampailah ia ke pertapaan seorang sufi. Ia mengutarakan keinginannya untuk melihat dan mencari surga.
Sang sufi mengatakan, “Mengapa kamu membuang-buang waktu untuk berpikir yang terlalu jauh?”
Sang peziarah hidup yang religius itu pun terlihat gusar. Katanya, “Memangnya tidak boleh? Saya yakin surga itu ada nun jauh di sana.”
“Kamu yakin akan bertemu surga di kejauhan sana?”
“Kenapa tidak? Tunjukkan di mana letak surga itu. Saya akan ke sana sekarang.”
“Surga itu tidak jauh. Surga itu berada di sini dan saat ini,” jawab sang sufi sambil tersenyum.
Melihat cerita itu, jawabannya kelihatannya sepele. Surga itu berada di sini dan saat ini. Be here and now. Tapi kenyataannya tidak mudah. Kita lihat bagaimana orang hidup di jaman modern ini lebih menghabiskan waktu dan energi untuk berpikir terlalu jauh ke depan, dalam hitungan minggu, bulan, tahun, bahkan abad. Mereka sibuk dengan perencanaan. Mereka sibuk dengan rencana, tapi lupa bahwa mereka masih berada di masa kini, bukan di masa depan. Atau, orang sibuk dengan masa lalu, menyesali masa lalu, menyalahkan yang sudah terjadi. Mereka selalu kembali ke belakang. Ketika ada persoalan hidup, mereka sibuk menyalahkan penyebabnya. Lalu lupa mencari solusi di saat ini.
Seperti orang merencanakan liburan. Ketika sampai di tempat wisata yang dituju, orang sibuk berfoto, sibuk dengan jadwal, sibuk dengan rencana selanjutnya. Mereka lupa untuk menikmati udara pegunungan yang sedang mereka hirup, air segar yang sedang diteguk. Ketika sampai di tujuan wisata yang baru, orang sibuk membandingkan dengan tempat sebelumnya yang sudah lewat. Tanpa sadar mereka kehilangan momen saat ini dan di sini, di tempat mereka duduk menikmati kopi sore sambil memandang matahari tenggelam.
Surga lekat dengan kebaikan, kesucian, kemuliaan, keberkahan. Jika surga sesungguhnya berada di sini dan saat ini, maka kita sudah dapat menikmati surga yang teramat dekat. Sedekat ketika kita berbagi senyum, sapa, dan hormat. Sedekat uluran tangan kita untuk menolong orang yang memerlukan. Surga itu sedekat hati yang penuh cinta terhadap pasangan, anak, keluarga, tetangga, sanak saudara, sahabat.
Hakekat hidup sesungguhnya, menurut Anthony de Mello adalah menjadi diri kita sendiri, berada di sini dan pada saat sekarang. Bukan besok, dan bukan di masa lalu. Hidup kita adalah saat ini, saat saya sedang menulis ini. Saat Anda sedang membaca tulisan ini. Maka mari kita melakukan segala kebaikan kepada sesama dan Tuhan saat ini dan di sini. Di situlah letak surga Anda dan kita semua.*** (Leo Wahyudi S)
Photo credit: islamforchristians.com
Leave a Reply