Di sebuah kantor pemerintah, ada pemandangan menarik pada antrean panjang menuju meja Customer Service Officer (CSO). Ketika itu ada seorang bapak yang gelisah dan terburu-buru. Melihat antrean panjang yang dianggapnya tidak pernah bergerak sejengkal pun, sang bapak yang gelisah tadi tiba-tiba keluar dari antrean dan berjalan langsung menuju meja CSO.
Sontak semua mata memandang terpana bapak yang terburu-buru tadi. Apalagi beberapa orang dalam antrean di barisan depan. Pandangan mata mereka tampak sengit dan terganggu. Tetapi sang bapak itu seolah tak terusik. Dengan mantap dia langsung menemui sang CSO seolah dengan perasaan tak bersalah.
“Mbak, saya harus bicara. Saya ingin menyelesaikan urusan secepatnya. Saya dari tadi sudah berdiri di antrean. Semuanya berjalan lamban. Bagaimana sih, Mbak harusnya lebih sigap melayani para pelanggan,” ujar sang bapak tadi tanpa basa-basi.
Semua orang terbengong-bengong mendengar ocehan sang bapak yang hilang kesabaran tadi. Banyak yang berbisik-bisik sinis. Tak kurang sang CSO yang berpenampilan cantik dan menarik itu pun terlihat kaget.
“Bapak, saya mengerti bapak sudah berdiri di antrean sejak dari tadi. Tapi bukankah semua orang melakukan hal yang sama. Mereka mau berdiri dan capek dalam antrean. Semua akan dapat giliran, Pak,” jelas sang CSO dengan nada baik.
“Saya tahu. tetapi Mbak juga harus tahu saya ini terburu-buru. Keperluan saya mendesak. Waktu saya sempit. Berapa kerugian saya dengan waktu yang terbuang percuma ini? Besar sekali Mbak. Tolong Mbak mengerti!” desak orang tadi.
Cerita itu sebenarnya sering kita jumpai dan tidak jarang pula kita alami. Artinya kita sendiri yang memerankan sebagai bapak yang terburu-buru tadi. bukan masalah sang bapak tadi yang terselesaikan, tapi justru memunculkan problem baru. Justu yang dialami adalah konflik dengan sang CSO, gunjingan orang-orang senasib, dan kejengkelan yang menambah rumit masalah.
Anggap saja dalam hidup kita selalu menghadapi masalah dan masalah itu mendesak untuk segera mendapatkan penyelesaian. Kita harus berurusan dengan Sang Maha Customer Service, yaitu Tuhan sendiri. Betapa sering kita tidak sabar berdiri dan menunggu dalam antrean panjang. Yang ada hanya gerutu dan rasa kesal. Ada banyak sekali orang yang menghadapi masalah. Ada yang rela berdiri dan menunggu dalam antrean panjang. Ada pula yang tidak sabar dan bahkan menyerobot antrean, dengan harapan masalah akan cepat terselesaikan.
Padahal tujuannya satu, yaitu bertemu dan mengutarakan masalah yang sedang dihadapi. Berurusan dengan Tuhan Sang Khalik pun kurang lebih sama dengan suasana antrean di sebuah kantor. Semua orang ingin mendapat gilirannya untuk bertemu dan berurusan dengan Tuhannya. Namun betapa sering kita bersungut-sungut menunggu giliran kita dalam antrean tersebut. Betapa kita sering tidak mau tahu urusan orang lain yang juga dalam posisi sama seperti kita.
Sang Maha CSO hanya ingin kita tetap berdiri tertib dan sabar di antrean. Semua akan mendapatkan gilirannya. Semua ada waktunya. Yang kita perlukan hanya kesabaran untuk menunggu urutan kita. Sang Maha CSO pun akan senang dengan orang yang sabar dan tertib dalam antrean. Dia pasti akan membantu menyelesaikan permasalahan kita sebagai customerNya. (Leo Wahyudi S)
Gambar diambil dari redaksiindonesia.com
Leave a Reply