BALADA MERPATI
Ada sebuah cerita tentang anak kecil yang suka memelihara merpati. Merpati peliharaannya banyak sekali. Saat pertama kali ia memelihara seekor merpati, dia menumpahkan segala perhatian dan kasih sayangnya pada merpati itu. Hari demi hari selalu dilewatkan untuk memegang dan mengelus-elus merpati itu. Sampai-sampai ia selalu khawatir burung merpatinya akan lepas. Karena itu ia selalu menaruh merpati kesayangannya itu di dalam sangkar yang bagus.
Suatu hari, anak kecil itu sangat bersedih hati. Sampai-sampai ia menangis. Pasalnya, burung kesayangannya itu mati tanpa sebab. Padahal waktu dan makanan yang ia berikan pada merpatinya itu tak pernah kurang.
Akhirnya, anak itu memutuskan untuk membeli merpati dan memeliharanya dengan lebih baik lagi. Seperti merpati sebelumnya, ia selalu mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya setiap hari. Diberi makan, dimandikan, dan dielus bulunya. Hanya untuk kali kedua ini, sang anak tidak menutup sangkarnya rapat-rapat. Dia boleh terbang sesukanya. Namun, beberapa saat kemudian, anak itu kembali merasakan kesedihan. Merpati yang telah diberinya kebebasan itu tak pulang lagi ke sangkarnya. Ia terbang dan pergi.
Kemudian ia memutuskan untuk membeli merpati lain dan memeliharanya lagi dengan cara berbeda. Anak itu langsung menaruh merpatinya ke dalam sangkar. Secara berkala diberinya makan. Bulu-bulunya pun selalu dielus-elus. Setelah beberapa hari, anak itu memberanikan diri membuka sangkarnya. Ia ingin membebaskan burung kesayangannya terbang sesuka hatinya. Burung itu pun terbang bebas. Namun setelah beberapa waktu, burung itu kembali dan masuk ke sangkarnya. Betapa gembira hati anak itu sekarang. Ia sudah tahu bagaimana merawat merpati yang benar.
Semua orang memiliki pikiran dan angan-angan serta impian. Namun tanpa sadar kita terlalu membelenggu impian dan pikiran itu. Kita memegang kuat-kuat angan-angan itu. Maksud hati ingin menjaga impian itu agar tidak sirna. Setiap hari kita urus dan kita pelihara impian itu. Semua perhatian tercurah agar impian itu tidak terbang dari sangkarnya.
Tapi setelah beberapa lama, impian itu justru bisa mati. Impian dalam sangkar itu telah membelenggu pikiran dan pola tindak kita. Dengan belenggu dan sangkar itu kita menjadi tidak bebas dalam melakukan apapun. Hidup berjalan tidak senormal biasanya. Akhirnya impian itu justru akan mati. Atau bahkan terbang selamanya.
Orang cenderung akan berpikir bahwa semakin kuat menggenggam angan-angan dan impian, akan semakin cepat impian itu terealisir. Memang ada satu waktu ketika pandangan itu terbukti benar. Tapi tidak jarang pula sikap demikian justru membuat impian tidak pernah menjadi kenyataan. Kita lupa bahwa kita ingin pikiran kita bebas. Tidak ada belenggu yang membatasi gerak langkah hidup kita. Tapi dengan menggenggam impian terlalu erat, justru langkah kita akan selalu terbatas. Bahkan genggaman pikiran dan impian yang terlalu kuat itu justru menandakan keraguan dan ketakutan dalam diri kita. Yang muncul justru bukan rasa percaya diri. Melainkan kekhawatiran dan keraguan.
Seperti anak kecil yang memelihara merpati ketiga tadi, kita pun harus melepaskan dan membebaskan merpati impian itu terbang sesuka hatinya. Kita beri impian itu ruang gerak yang bebas. Dia akan terbang di alam semesta. Pada saatnya impian itu akan kembali ke sangkarnya. Dan saat itulah impian akan benar menjadi kenyataan.
Hanya dengan meyakini bahwa impian kita akan sungguh menjadi kenyataan maka impian itu akan terjadi seperti yang kita inginkan. Namun keyakinan itu harus digenggam dengan pikiran tenang dan rileks, bukan dengan genggaman kuat. Ketenangan dan kepasrahan itulah yang menjadi ruang gerak impian yang terbang di alam semesta.*** (Leo Wahyudi S)
Photo credit: tribunnews.com
Leave a Reply