Saya tertarik mengamati perilaku gorila, primata terbesar yang bobotnya bisa mencapai 200 kilogram. Ada beberapa fakta unik tentang gorila. Menurut penelitian, primata besar ini memiliki kemiripan 98,3 persen dengan DNA manusia. Tak heran jika perilakunya mirip dengan perilaku manusia seperti kita. Ia menunjukkan ungkapan emosi seperti kita. Ungkapan kasih sayang terlihat jelas ketika induk gorila mengasuh dan melindungi anaknya. Kecerdasannya pun hanya kalah sedikit dari simpanse yang memiliki 99 persen kesamaan genetik dengan manusia.
Saya, meskipun menjadi manusia, ternyata bisa belajar banyak dari saudara kita itu. Apalagi ketika menonton film tentang perilaku gorila di depan sebuah cermin yang sengaja diletakkan di suatu tempat di hutan. Dari tiga film pendek yang saya tonton, saya mengamati ada tiga macam perilaku yang ditunjukkan gorila ketika berhadapan dengan cermin.
Pada film pertama, seekor gorila punggung perak (silver back) yang menjadi kepala kelompok cenderung menunjukkan reaksi keras. Awalnya ia terkejut ketika melihat ada bayangan gorila lain di cermin. Lalu gorila jantan itu menunjukkan nalurinya sebagai pemimpin kelompok dengan memukul-mukul cermin dan tanah untuk menunjukkan kekuasaannya. Ia menyeringai, berteriak sambil memukul-mukul dadanya. Semakin ia menunjukkan kejantanan dan kemarahannya semakin bayangannya pun menunjukkan hal yang sama. Bayangan di cermin kemarahannya yang tak kunjung mereda.
Di film kedua, ketika ada anak gorila melintas dan melihat cermin, induknya juga ikut menengok di cermin. Induknya kaget, lalu anaknya segera ditarik pergi. Mereka seolah ketakutan melihat kawanan lain yang muncul di cermin besar itu. Akhirnya kawanan gorila yang lain pun ikut pergi menjauhi cermin sambil meninggalkan sikap penasaran.
Di film ketiga, ada gorila muda, yang menatap cermin dengan sikap lebih kalem. Sikapnya menunjukkan ungkapan penasaran. Bukan kemarahan. Ia justru mendekati cermin, menempelkan tangannya, mukanya, ke cermin. Ia menampilkan sikap seperti tersenyum. Lalu ia malah tiduran di depan cermin, sambil menatap kembarannya di cermin. Gorila muda ini terkesan menampakkan sikap bersahabat.
Dalam kehidupan nyata, tak jarang kita bersikap seperti gorila-gorila dalam film tersebut. Ada pepatah mengatakan bahwa kehidupan adalah cermin dimana kita bisa melihat cerminan dari diri kita sendiri yang terdalam. Kita gampang bereaksi agresif untuk menunjukkan siapa kita. Kita menakuti orang agar tunduk. Kadang kita takut mengambil sikap dan takut mengambil risiko di depan orang lain. Maka kita memilih pergi menyingkir untuk menghindari masalah. Atau, kadang kita bersikap kalem, tersenyum, bersahabat dan mengakrabi orang lain di depan kita.
Kehidupan ibarat cermin. Kalau kita bersikap seperti gorila yang bersahabat, maka yang akan kita lihat dan hadapi adalah dunia yang hangat, bersahabat, penuh senyum. Orang yang kita jumpai sebetulnya refleksi dari sikap hati kita. Kalau kita pemarah, maka kita pun akan menjumpai orang-orang yang pemarah dan menyebalkan. Kalau kita memasang tampang ceria, maka yang kita jumpai pun dunia ceria penuh tawa.
Sekarang terserah kita. Kehidupan adalah cermin raksasa untuk kita. Kita mau jadi gorila yang ceria atau manusia yang sok kuasa, pemarah, atau penakut. Segala sesuatu dalam kehidupan adalah refleksi dari pilihan yang kita ambil. Kalau ingin mendapatkan hasil yang berbeda, maka pilihlah sesuatu yang berbeda. Demikian kata orang pintar.*** (Leo Wahyudi S)
Gambar diambil dari pinterest.com
Leave a Reply