IBADAH DI RUMAH
Seperti diketahui, virus corona atau COVID-19 sudah mewabah di 162 negara. Tak terkecuali Indonesia. Khusus di Indonesia, pemerintah mengambil sikap untuk memutus rantai penularan virus pandemik ini dengan mengambil jarak sosial, bekerja, belajar, bahkan beribadah dari rumah. Kebijakan ini demi membangun kesadaran kolektif demi meminimalkan bahkan menyetop penyebaran virus tersebut.
Soal ibadah dari rumah ini cukup menghenyakkan bagi sebagian orang. Lantaran ritual ibadah keagamaan yang sifatnya berjamaah atau bersama-sama di rumah ibadah harus dihentikan sementara. Di Arab Saudi, Masjidil Haram sebagai masjid terbesar di dunia yang mengelilingi Ka’bah ini sempat ditutup demi mengantisipasi wabah virus corona.
Sementara di Vatikan, Paus Fransiskus juga mengambil keputusan yang belum pernah terjadi. Tak seorang pun diizinkan menghadiri upacara atau berkumpul di Lapangan Basilika Santo Petrus, gereja terbesar dalam Kekristenan. Padahal umat Katolik sedang menyambut Pekan Suci Paskah dalam waktu dekat ini. Keputusan diambil demi mengantisipasi penyebaran wabah virus corona yang makin parah. Apalagi tingkat kematian di Italia sudah lebih dari dua ribu jiwa menurut data terkini (17 Maret 2020).
Kedua tempat suci tersebut sangat berarti bagi kaum Muslim dan Katolik. Para pemeluk agama ini sangat meyakini bahwa aura kesucian akan menguatkan dzikir, doa, sedekah atau amal baik yang dilakukan di tempat-tempat suci tersebut. Untunglah, iman akan Tuhan tidak terbatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Iman berada di hati dan tercipta karena relasi personal antara manusia dan Sang Pencipta. Beribadah di rumah pun takkan menyurutkan, apalagi mengurangi keimanan seseorang.
Dalam kondisi semacam ini, semua umat manusia diingatkan kembali betapa rapuhnya mereka di hadapan Sang Pemilik Kehidupan. Keangkuhan, ketidakpedulian, kesombongan, keakuan tak berarti apapun. Teknologi secanggih apapun ternyata kalah oleh makluk tak kasat mata, virus corona, yang merupakan bagian ciptaanNya juga. Kini semua umat manusia mengaduh dan mengiba kepada Sang Pencipta untuk berkenan memberikan kemurahanNya demi menghentikan wabah ini.
Di saat-saat sulit semacam ini saya menemukan kata bijak dari A. P. J. Abdul Kalam, mantan presiden India pada 2002-2007. Abdul Kalam adalah ilmuwan dan insinyur India terkemuka yang penuh kebijaksanaan dan kebajikan dalam tutur katanya. Ia pernah mengatakan, “When God pushes you to the edge of difficulty, trust him fully. Because two things can happen, either He will catch you when you fall, or He will teach you how to fly.” Ketika Tuhan sedang membawa Anda ke pinggir jurang kesulitan, percayalah sepenuhnya kepada Tuhan. Karena akan ada dua hal yang bisa terjadi. Tuhan akan menangkap Anda ketika Anda jatuh, atau Tuhan akan mengajari Anda caranya terbang.
Kita memang sedang berada dalam masa-masa sulit. Pesannya jelas, iman dan kepercayaan penuh optimisme sambil berusaha mempertahankan kesehatan mental, jasmani dan nalar akan menyelamatkan kita. Ketika kita percaya penuh kepada Sang Pemilik Kehidupan, maka Dia pun tidak akan membiarkan kita jatuh ke dalam jurang kesulitan. Kalau kita mau berserah, maka Dia akan menopang kita agar tidak terpuruk. Atau, seandainya jatuh, Dia tidak akan membiarkan kita mati konyol. Iman sangat penting, imun(itas) harus diusahakan, lalu harus di-amin-i dengan tindakan baik, bukan dirusak dengan ‘imin’. Iman, imun, dan amin, Insya Allah kita selamat dan kuat. *** (Leo Wahyudi S)
Photo credit: freepik.com
Leave a Reply