Inspiration

KEBAIKAN

Tulisan saya tentang “Memutus Rantai Sakit Hati” pada 17 Desember 2019 silam telah dibaca lebih dari 60 kali. Tanggapan pembaca pun beragam. Salah satu sahabat mengajukan protes, karena memaafkan itu sangat sulit. Pembaca yang ada di negeri jiran itu lalu mengajukan ‘keberatan’-nya karena ia sedang menghadapi situasi pelik di keluarganya yang membuat kata ‘maaf’ sulit dikeluarkan.

Saya mencoba mencari-cari solusi yang bisa saya tawarkan kepada sahabat di negeri jiran tersebut. Saya mencoba membaca buku-buku atau artikel yang relevan. Tak kunjung pula jawaban itu muncul. Lalu saya membahas hal ini dengan Ibu saya dalam bincang sore yang santai di rumah Ibu. Ternyata Ibu saya memiliki pengalaman kepahitan hidup seabrek.

“Aku sudah kebal dengan segala persoalan hidup yang pahit dan penuh ketidakberuntungan. Aku sudah kelewat sering dicaci, dihina, dibenci, dijauhi, disingkirkan, dibuang. Telinga dan hatiku sudah terlatih untuk menghadapi semua kepahitan hidup. Dibenci dan dijauhi orang sudah makanan sehari-hari buatku,” kata Ibu saya nyerocos seperti seorang pembicara kondang. Ia sudah hapal di luar kepala dengan segala kamus kesengsaraan hidup baik di keluarga maupun di masyarakat.

Ketika saya bertanya tentang cara menghadapi semua persoalan yang tidak mengenakkan itu, Ibu saya pun punya kiat jitu yang masih ia pakai sampai di usianya yang sudah lebih dari 80 tahun ini. “Aku tidak peduli betapa bencinya orang dengan diriku. Yang penting aku tetap baik dengan orang-orang yang membenci dan menjauhi aku selama ini. Aku tetap menegur sekalipun teguranku tidak digubris. Aku tidak kapok untuk selalu menyapa dan mendekati, sekalipun mereka risih dan tidak memandang aku. Yang jelas, aku tidak pernah membalas kebencian dengan kebencian, tetapi dengan kebaikan. Aku tetap bersikap baik kepada mereka. Terserah mereka bersikap bagaimana terhadap aku.” Demikian kira-kira jawaban Ibu saya.

Saya hanya melongo. Hari gini, dijahatin orang tapi tetap dibaikin? Saya harus bilang, “Wow” untuk Ibu saya. Empat jempol dan angkat topi untuk Ibu saya. Kebaikan Ibu saya tidak lekang oleh waktu. Buktinya, orang yang menaruh dendam dan kebencian terhadap Ibu selama bertahun-tahun, akhirnya luluh juga. Tak hanya satu orang yang memusuhi dan akhirnya tunduk terhadap kebaikan yang ditunjukkan oleh Ibu saya secara konsisten. Para mantan ‘musuh’ itu kini justru teramat dekat dan hormat dengan Ibu saya. Rasa malu para mantan ‘musuh’ itu lebur oleh ketulusan dan kebaikan Ibu saya.

“Kok, bisa sih, Ibu bersikap keras kepala dengan kebaikan itu?” saya bertanya. “Bisa saja asal hatimu baik. Sikap jahat mereka tidak akan melunturkan sikapmu yang baik kalau hatimu baik,” jawab Ibu saya enteng. Saya hanya melongo. Saya merasa dungu seperti moyangnya keledai. Saya tidak akan sanggup bersikap baik secara konsisten terhadap orang yang membenci dan memusuhi saya. Paling saya akan kuat bersikap baik selama seminggu atau sebulan paling lama. Setelah itu, paling saya hanya berkata, “Emang gue pikirin.” Meskipun itu juga sulit untuk orang seperti saya.

Saya teringat kata-kata Gede Prama dalam bukunya “Percaya Cinta, Percaya Keajaiban”, bahwa kebaikan menjadi penyelamat utama kita di saat menghadapi permusuhan. Kebaikan dan kejujuran menjadi modal untuk menciptakan keajaiban hidup. Tidak ada pengorbanan yang sia-sia untuk sebuah kebaikan. Terbukti Ibu saya telah menjadi pelakon yang bisa mengalahkan kebencian hanya dengan kebaikan. Hanya itu modalnya. Maka tak ada yang sulit untuk kata ‘maaf’ atau ‘memaafkan’ jika kebaikan sudah menjadi bagian dari sikap hati yang menyatu. *** (Leo Wahyudi S)

Photo credit: dictionary.com

4 thoughts on “Inspiration

Add yours

  1. Tulisanmu selalu menyentuh dan memotivasi.Membalas kebencian dengan kebaikan memang sepertinya terlalu naif….namun sesungguhnya buat hati jadi damai dan lapang….
    Lanjutkan Mo…Berkah Dalem.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑

%d bloggers like this: