EKSPEKTASI ADALAH PENCURI KEBAHAGIAAN
Membahas soal harapan dan berharap-harap bisa menjadi topik yang mengundang pro dan kontra. Apalagi ketika disangkutkan dengan keyakinan tentang harapan, cinta, dan iman, pasti apa yang saya tulis ini akan mengundang protes bagi mereka yang sedang memupuk dan menyirami harapan.
Untuk meminimalisir polemik itu, ada baiknya kita melihat perbedaan antara ekspektasi (expectation) dan harapan (hope). Ekspektasi merupakan keyakinan yang kuat akan sesuatu atau seseorang agar menjadi yang seharusnya. Orang yang memiliki ekspektasi akan selalu berpikir dan melekat terhadap hasil akhirnya. Tapi, harapan lebih merunut pada sebuah keinginan terhadap suatu hasil akhir dari sesuatu yang belum pasti dan berharap akan terjadi. Ekspektasi itu berharap-harap, sedangkan harapan itu sekedar berharap. Dengan ekspektasi kita cenderung menggenggamnya dengan kuat. Sementara itu, dengan harapan cengkeraman kita lebih longgar. Begitulah kira-kira perbedaannya, meskipun mungkin masih bisa mengundang perdebatan karena perbedaan sudut pandang.
Bulan-bulan ini saya berharap anak saya bisa diterima di sebuah perguruan tinggi ternama. Secara objektif, anak saya memenuhi persyaratan untuk diterima. Sebagai orang tua, saya merasa optimis dan realistis. Optimisme itu lama kelamaan berkembang menjadi over pede, terlalu percaya diri. Ujung-ujungnya orang tua tidak sekedar berharap, tapi berharap-harap, berekspektasi tinggi agar bisa lolos.
Untunglah fakta berkata lain. Berita kegagalan itu membuat anak saya dan kami orang tuanya menjadi shock. Di sisi lain, kami sadar ada banyak faktor yang menyebabkan kegagalan itu. Persaingan, banyaknya peminat di jurusan yang diinginkan, kualitas perguruan tingginya, nilai tes, usaha keras dari anaknya, menjadi faktor-faktor penentu juga. Jadi tidak cukup hanya sekedar ekspektasi yang dapat meloloskan sebuah impian. Semua kecewa dengan realitas itu. Harapan pun rasanya pupus, meskipun masih ada cara dan jalan lain demi perjuangan mimpi anak saya.
Dari peristiwa mengecewakan itu, saya belajar bahwa saya, dan mungkin kebanyakan orang tua lainnya, menanam benih-benih kekecewaan tanpa disadari. Boleh dikata kita sendiri yang menciptakan kekecewaan dan patah hati itu. Semuanya gegara ekspektasi, berharap-harap terlalu tinggi. Coba saja kalau kita menurunkan level ekspektasi itu, pasti kadar kekecewaannya pun akan berkurang. Benarlah apa yang dikatakan Shakespeare, akar dari semua kekecewaan dan patah hati adalah ekspektasi. Minimal saya sering mengalami dan akhirnya mengamini kata-kata pujangga kelas dunia tersebut.
Sekarang saya hanya mencoba melihat realitas sambil berharap, bukan berharap-harap. Saya melihat sambil berusaha bersama anak saya agar dia bisa mendapatkan sekolah impiannya. Memang beda efeknya. Ketegangan menjadi turun, pikiran dan perasaan pun terasa lebih santai. Kini tinggal senyum dan harapan yang dikombinasikan dengan usaha agar hasil akhirnya bisa sesuai dengan harapan.
Dalam hidup, ada dua hal berbeda, yaitu ekspektasi dan menerima apa adanya. Keduanya memiliki dampak penting dalam hidup kita. Berekspektasi, atau berharap-harap akan berujung pada kekecewaan dan air mata. Menerima apa adanya justru akan membuat kita bahagia. Percayalah, kedamaian itu bermula ketika ekspektasi berakhir.
Menurunkan kadar ekspektasi menjadi kata kunci. Berharap boleh, tapi terlalu berharap-harap, sebaiknya jangan, agar tidak jatuh dalam kekecewaan. Ekspektasi dan kekecewaan itu berbanding lurus. Semakin tinggi ekspektasi, semakin dalam pula kekecewaan yang akan ditimbulkan. Semakin rendah ekspektasi, semakin berkurang pula risiko untuk kecewa. Maka, menurut saran para orang bijak, salah satu kunci agar kita bahagia adalah dengan merendahkan kadar ekspektasi. Jangan biarkan ekspektasi menjadi pencuri kebahagiaan Anda. ***

jadi level di bawah ekspektasi itu adalah harapan yo Ndul? Karna level harapan seringkali berbanding sejajar dengan doa.. di mana ada harapan, di situ ada doa.. lain halnya dengan berharap-harap, yg selalu menuntut adanya keinginan terpenuhi.. kiro2 ngono Ndul? Berkah Dalem
LikeLike