Setelah membaca tulisan saya tentang melupakan kebaikan yang pernah kita perbuat, salah satu sahabat saya menanggapi. “Oke kita belajar melupakan kebaikan kita sendiri. Terus kalau kita disakiti atau tersakiti, apakah dilupakan juga? katanya kurang lebih demikian.
“Ya sudah, maafkan lalu lupakan,” jawab saya singkat. Tapi, faktanya, memaafkan belum tentu bisa melupakan. Melupakan perbuatan baik dan melupakan kesalahan orang kelihatannya memang sepele, tapi praktiknya tidak semudah yang diucapkan. Kedua hal itu perlu ketulusan dan keikhlasan. Tanpa dua hal itu, sulit kita melupakan dan memaafkan.
Soal maaf memaafkan itu saya ibaratkan seperti keloid. Bagi yang belum tahu, keloid itu adalah bekas luka yang menonjol setelah luka sembuh. Penyebabnya adalah kelebihan protein atau kolagen pada kulit saat masa penyembuhan luka. Keloid tidak menyakitkan, tapi lebih mengganggu penampilan fisik. Harusnya kulit terlihat mulus, gegara keloid, kulitnya jadi ada yang menonjol dan kurang enak dilihat.
Daripada berdebat soal mengampuni dengan sahabat saya tadi, saya mengambil perumpamaan keloid. Saat kita memaafkan orang yang pernah menyakiti hati atau mengecewakan kita, anggap saja itu seperti keloid. Kita pasti teringat dengan lukanya, tapi kita juga tidak perlu merasa luka atau terluka lagi. Kita hanya melihat tandanya saja.
Soalnya, kalau kita masih merasa terluka, kita berarti lebay dan gagal move on alias gamon. Kita masih memelihara kesakitan, kepedihan, dan kekecewaan di masa lalu. Kita masih menghadirkan orang atau situasi yang menyakitkan itu. Artinya, kita tetap tinggal dan menikmati rasa sakit itu. Kita lupa menikmati bahwa sesungguhnya hidup adalah saat ini, di sini, dan sekarang ini.
Kalau situasinya demikian, kita sama saja dengan mengorek-orek keloid di kulit kita, lalu kita gores lagi bekas luka itu. Lalu kita menikmati rasa sakit itu. Kita bawa kenangan tentang orang, pasangan, teman, kolega, saudara, tetangga, atau siapa pun yang pernah membuat luka di awal. Kita menikmatinya bak film drama melow yang mengharu biru.
Dengan kata lain, kalau keloid yang sudah bertahun-tahun itu tetap sakit, artinya kita memang suka menikmati rasa sakit. Kita bermental korban (playing victim) yang selalu merasa tersakiti terus yang tak kunjung sembuh. Bagaimana mau sembuh kalau kita mengalami kenikmatan dalam kesakitan itu. Ini kelainan.
Saya teringat suatu ketika saya ketemu dengan seorang pensiunan tentara. Ia dengan bangga menunjukkan bekas-bekas luka di kulitnya. Ada banyak keloid di tubuhnya. Dia bisa menceritakan satu demi satu kisah di balik keloid itu. Dan keloid itu menjadi lambang kebanggaannya saat menjadi abdi negara yang membaktikan hidupnya untuk negara. Luar biasa kisahnya yang heroik di balik keloid itu.
Artinya, keloid itu bisa menjadi tanda kemenangan, tanda dia sudah berdamai dengan masa lalunya, tanda bahwa dia sudah memaafkan kejadian menyakitkan yang membuatnya luka. Keloid itu telah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya yang sarat makna. Keloid yang dulunya menyakitkan itu akhirnya menjadi penanda yang membuat hidupnya lebih berarti dan percaya diri atas jati dirinya saat ini.
Saya sangat percaya bahwa memaafkan itu tidak selalu mudah. Saya juga yakin bahwa memaafkan itu tidak mengubah masa lalu. Tapi saya percaya bahwa memaafkan itu membuka perspektif yang lebih luas di masa depan kita. Memaafkan itu seperti melepaskan seorang tahanan dari balik jeruji penjara. Memaafkan itu sekaligus menyadari bahwa sesungguhnya tahanan itu adalah diri kita sendiri yang akhirnya menemukan kebebasan dan kedamaian di luar tembok penjara kesakitan di masa lalu. Memaafkan itu adalah bentuk terakhir dari sebuah cinta, kata orang bijak.
Saat melihat keloid, kita boleh teringat lukanya, tapi tanpa merasa terluka. Semoga kita bisa memaafkan kegala hal atau orang yang menyakiti kita. Kalau tidak bisa, belajarlah melihat keloid kita sendiri atau tanya orang yang punya keloid. Dengan belajar dari keloid, semoga kita lebih bisa memaknai ucapan “maaf lahir dan batin” yang gampang kita ucapkan di saat Lebaran.***
Foto dari https://www.alodokter.com/keloid-penyebab-dan-cara-mengatasinya

ibarat lihat foto mantan, kelingan wong e, lali rasa ne… wasyuuuu.. guk.. guk
LikeLike
bagus inspirasinya. Dan secara kebetulan aku jg ada keloid di tangan kanan. Dan benar mau melupakan sesuatu kejadian yang tidak mengenakan sangat sulit. Trima kasih bro
LikeLike