MENUNDUKKAN SEMESTA LEWAT RASA
Berbicara tentang semesta kita terbawa pada suatu imajinasi yang sangat besar yang kadang sulit dijangkau pikiran. Semesta atau alam semesta sejatinya adalah jagad raya yang berisi ruang dan waktu, energi dan materi, serta hukum-hukum alam yang terkandung di dalamnya. Semesta itu energi yang hidup, bukan statis dan diam.
Demikian pula, kita sejatinya adalah potret kecil dari alam semesta atau Semesta. Maka hidup kita, tubuh kita adalah sebuah jagad kecil bagian dari semesta. Banyak penelitian sains dan ilmuwan menemukan bahwa mekanisme, metabolisme, dengan sistem syaraf dalam tubuh kita sesungguhnya adalah cerminan jagad raya atau alam semesta. Hanya kesadaran yang akan menuntun kita dan membuat kita selalu terkoneksi dengan sempurna terhubung dengan semesta.
Para sufi mengatakan bahwa semesta itu tidak terhubung dengan kata-kata. Semesta hanya bisa terhubung dengan rasa. Dengan kata lain, apa yang kita rasakan itulah yang akan terpancar kepada Semesta dan jagad raya dengan segala hukumnya yang kekal. Dengan demikian, saya membahasakan bahwa Semesta akan tunduk dan terhubung lewat apa yang kita rasakan. Semesta menangkap rasa, bukan kata-kata.
Rasa itu bisa dibangkitkan lewat doa, karena negeri ini dipenuhi dengan orang beragama yang religius sehingga doa menjadi bagian penting yang selalu diingat. Persoalannya, banyak orang hanya berdoa lewat kata, bukan rasa. Seolah-olah, dengan semakin banyak kata, maka Semesta atau Tuhan akan menjawab doa kita.
Berdoa masih dipahami sebagai sebuah kewajiban, bukan panggilan hati. Berdoa masih selalu diidentikkan dengan daftar permohonan yang panjang seperti struk belanja bulanan. Berdoa tanpa sadar adalah upaya untuk mendikte Tuhan atau Semesta untuk tunduk pada kehendak kita. Berdoa menjadi semacam cara pemaksaan agar Tuhan dan Semesta menuruti kehendak dan keinginan kita. Kita memberi puji-pujian dan sesembahan tapi pada ujungnya hanya minta dan minta. Berdoa jadi semacam ritual minta pamrih dalam bungkusan kata-kata indah nan suci.
Banyak contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Orang memohon dan mengemis pada Tuhan dengan berbagai alasan. Ada yang minta kaya, minta pekerjaan, minta rumah, rumah agar laku, enteng jodoh, lulus ujian, hutang lunas. Banyak yang minta keberanian, kekuatan, penyelesaian masalah berat, dan sebagainya. Mereka mendoakan itu lewat ribuan bahkan jutaan untaian kata. Tapi doa-doa permohonan itu tak kunjung terkabul. Lalu protes, ngambek, dan berhenti percaya dan berhenti berdoa.
Ada yang salah di dalam doa semacam itu. Mereka minta lewat kata, tapi perasaan yang mereka rasakan adalah ketakutan dan kekhawatiran kalau tidak lulus, ketakutan tidak dapat jodoh, ketakutan kehilangan jabatan, ketakutan terlibat hutang, ketakutan akan sakit, takut kurang, takut jatuh miskin. Rasa takut dan cemas itu yang mereka rasakan dalam doa. Ironisnya, ketakutan dan kekhawatiran itu yang mereka doakan. Rasa itulah yang dominan dan menggema ke Semesta dan Tuhan. Yang kembali pun sesuai apa yang dirasakan, bukan sesuai yang dimintakan.
Ingat, semesta menangkap rasa, bukan kata-kata. Maka, saat berdoa, lebih baik memiliki hati meskipun tanpa kata-kata, daripada banyak kata tapi tanpa hati. Doa yang terjawab adalah rasa seolah kita sudah menerima apa yang kita doakan. Maksudnya, doa kita akan terkabul kalau kita membayangkan dan merasakan seolah apa yang kita inginkan sudah terjadi. Perasaan bahagia seolah sudah menerima yang masuk alam bawah sadar itulah yang akan membuat doa kita terkabul.
Neville Goddard, penulis, pembicara, dan pakar pengembangan diri, mengatakan bahwa berdoa adalah seni menuruti keinginan dan bukan memaksakan keinginan. Jadi, saat berdoa, fokus dan serahkan keinginan kita itu pada Semesta dan Tuhan. Jangan memaksakan keinginan agar terkabul persis seperti yang kita inginkan. Tuhan dan Semesta punya cara yang harus kita hormati. Jadi doa yang benar adalah menyatukan diri kita pada rasa berserah dan percaya pada proses sambil meyakini dan merasakan bahwa seolah semua sudah kita terima.
Goddard mengajari cara praktis berdoa. Ciptakan suasana rileks, santai, sukur-sukur agak ngantuk. Dalam keadaan seperti ini, bayangkan kita sudah mendapatkan yang kita inginkan. Jangan membayangkan bagaimana, kapan, dari mana, oleh siapa doa dikabulkan. Cukup pikirkan bahwa doa kita sudah terkabul. Pasrah dan percaya, dan bayangkan rasa penuh syukur karena doa kita seolah sudah terkabul. Rasa syukur inilah yang akan bergaung ke Semesta dan Tuhan pun akan mengirimkan apa yang kita impikan.
Segala yang baik akan datang pada mereka yang percaya. Segala yang lebih baik akan datang pada mereka yang sabar. Dan, hal-hal terbaik akan datang pada mereka yang pantang menyerah. Kuncinya pasrah dan percaya, tanpa mereka-reka prosesnya. Bayangkan saja hasilnya. Rasakan keberhasilan itu. Maka, Semesta akan tunduk oleh rasa dan perasaan kita. Selamat mencoba.***
Foto dari https://stephen-l-france.com/day-667-a-prayer-of-surrender/

Leave a comment