Inspiration

BAPER MENJAUHKAN REJEKI

Saya punya asumsi bahwa Anda pernah mengalami suatu kejadian tidak mengenakkan saat akan bertransaksi jual beli. Kejadiannya kadang sepele, yaitu saat kita berniat mau berbelanja sesuatu, entah barang kebutuhan sehari-hari, atau barang mahal. Kita mendatangi warung atau toko yang kita inginkan. Kita pasti akan melihat-lihat dulu sebelum tertarik dan memutuskan untuk membeli. Sebagai calon pembeli, kita punya hak untuk bertanya-tanya dan menawar harganya. Sayangnya, pemilik warung atau toko sudah pasang muka yang tidak mengenakkan dengan muka terlipat dan mulut melengkung ke bawah. Alhasil, melihat ketidakramahan itu kita langsung ill feel, tidak enak hati. Hilang selera kita untuk membeli. Wajar pula kalau kita langsung ngeloyor pergi. Rejeki si penjual pun ikut pergi.

Sebagai penjual, saya pun pernah mengalami hal itu. Suatu ketika, saya senang dan berharap-harap calon pembeli akan membeli dagangan saya. Pembelinya adalah anak kecil, kelas 5 SD. Tapi, sayangnya ia bawel, banyak tanya, meskipun daftar harga dan barangnya kelihatan. Saya sudah sebel dengan gayanya yang sok kaya, sok banyak uang. Saya pasang muka dengan mulut datar, hingga melengkung ke bawah, alias merengut. Alhasil, anak itu akhirnya pergi tidak jadi beli minuman yang hanya seharga dua ribu rupiah. Saya tahu anak itu memang pelit dan banyak omong, bukan banyak duitnya. 

Di sini saya teringat kata-kata Merry Riana, pengusaha muda dan motivator kondang. Intinya, kalau kita mau berjualan, jauhkan diri kita dari sikap baper, bawa perasaan, kita. Jangan mudah emosi saat menghadapi calon pembeli, sekalipun memang menyebalkan. Boleh baper, tapi sepuluh detik saja, kata Merry. Tapi baper sepuluh detik itu sulit. Baru ambil napas dan buang napas saja sudah butuh berapa detik. Belum lagi mengubah mulut cemberut menjadi tersenyum tipis. Berapa detik yang diperlukan untuk mengubah muka? Belum lagi berapa waktu yang diperlukan untuk mengubah suasana hati dan emosi. Pasti butuh bermenit-menit atau bahkan sejam atau berjam-jam. Nasihat Merry ini cukup fantastis sekaligus sulit bagi orang baperan seperti saya

Dari kejadian tadi, saya perlu 30 menit untuk membangun mood jualan lagi. Minimal muka saya sudah kembali ke mode normal, senyum dan ramah menyapa calon pembeli dengan ucapan terima kasih tulus. Tapi dari situ saya baru paham faktanya, orang kalau mudah baper, maka rejeki tidak akan singgah. Boro-boro singgah, menoleh pun tidak. 

Sebagai penjual, entah jasa maupun barang, kita harus setuju bahwa pembeli itu adalah raja. Kita hambanya. Kalau rajanya menyebalkan, kita tidak boleh baper, tidak boleh pasang muka kusut seperti rajanya. Kalau pun harus baper, jangan lama-lama. Semakin singkat waktu yang diperlukan untuk baper, semakin cepat rejeki datang. Semakin lama kita baper, semakin lama pula rejeki mendatangi kita. Itu akhirnya pelajaran yang dapat saya petik dari pengalaman saya sebagai tukang jualan. 

Mantan raja kuis televisi, pengusaha, dan calon politisi gagal, Helmi Yahya, pernah mengatakan juga bahwa rejeki tidak akan datang pada orang yang baperan. Ia mengakui bahwa hidupnya yang gemilang sekarang dibentuk oleh kegagalan demi kegagalan. Tapi ia sadar untuk selalu bangkit di saat ia gagal dan jatuh. Itulah yang membedakan dan yang membuat dirinya sukses sekarang. Ia mengesampingkan baperan agar rejeki, kelimpahan, nasib baik mengalir deras dalam hidupnya. 

Jadi, kalau mau jadi penjual yang laris jualannya, kita harus latihan menghilangkan baperan sesingkat mungkin. Semakin cepat semakin baik. Turunkan durasi baper dari hitungan hari ke jam, lalu ke menit, ke detik, sampai hilang dalam tempo sesingkat-singkatnya. Baper itu pintu penghalang rejeki. Percayalah, kalau baper hilang, rejeki datang. Semudah itu teorinya. Faktanya, terserah latihan Anda untuk tidak mudah baper.***

Foto dari https://www.shutterstock.com/search/angry-seller

One thought on “Inspiration

Add yours

Leave a reply to Anonymous Cancel reply

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑