KESUKSESAN HANYA SEDETIK JAUHNYA
Banyak orang mengatakan belajar ilmu pemasaran atau marketing itu sulit dan rumit. Ilmu dan keahlian di bidang marketing ini selalu berkembang. Apalagi di jaman serba canggih, ilmu marketing digital makin marak dipelajari orang. Saya pun termasuk salah satu orang yang cukup jeri, meski penasaran, untuk mempelajarinya. Toh tidak ada ruginya belajar semua ilmu dan keterampilan hidup.
Om saya yang pernah menjadi pengusaha selalu mendorong saya untuk menekuni dunia marketing. Melihat cara dan segala trik yang dipakainya seolah mudah. Ia selalu meyakinkan saya bahwa manusia hidup tidak terlepas dari urusan memasarkan, menjual dan membeli, entah barang atau pun jasa dalam hidup keseharian kita. Bahkan menjual diri pun butuh ilmu pemasaran agar ada yang membeli. Jadi tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa marketing itu sulit, karena semua orang sudah melakukannya setiap hari, entah disadari atau tidak.
Saya lalu membaca buku-buku para pebisnis sukses seperti Tom Schreiter yang sudah malang melintang di dunia network marketing lebih dari 50 tahun. Ia menularkan ilmunya di 80 negara. Puluhan buku dan ratusan pelatihannya sudah membuktikan Tom sebagai seorang jago pemasar andal kelas dunia. Ia memberikan ilmu pemasaran dengan teknik-tekniknya yang sudah terbukti membuatnya berhasil.
Menurut Tom, berhasil atau tidaknya proses jual beli tergantung pada tukang jualan yang menjajakan dagangannya. Tukang jualan biasanya akan ngotot agar dagangannya laku. Sementara calon pembeli atau prospeknya punya kebebasan untuk memilih membeli atau tidak. Dalam proses yang menjembatani tukang jualan dan calon pembeli inilah ilmu marketing dengan segala triknya diperlukan.
Biasanya calon pembeli itu merasa sibuk, tidak mau buang-buang waktu dengan mendengarkan ocehan tukang jualan dan presentasi yang membosankan. Pikiran calon pembeli langsung memutuskan dengan cepat hanya karena rasa tertarik atau tidaknya dengan si tukang jualan. Lalu ia memutuskan suka atau tidak dengan barang jualannya. Sesederhana itu prosesnya. Ini fakta tentang rasa tertarik atau tidak dan bagaimana cara agar orang tertarik.
Calon pembeli atau prospek hanya punya waktu beberapa detik untuk membuat keputusan hanya dari kesan pertama dan kalimat pertama yang dilontarkan tukang jualan. Inilah titik kritis yang perlu dimainkan oleh si tukang jualan. Keberhasilan atau kegagalan tukang jualan hanya sedetik jauhnya. Kalau kalimat pertama dan kesan pertama sudah buruk di detik pertama, maka kesempatan untuk mempengaruhi pembeli sudah berlalu. Tiada jalan lain kecuali move on untuk mencari calon pembeli baru.
Kalau kita sebagai tukang jualan, anggap saja kita hanya punya satu kesempatan untuk menciptakan kesan pertama yang baik. Seperti kata slogan iklan jaman dulu, kesan pertama begitu menggoda. Kalau kesan pertama sudah bagus, maka calon pembeli pun pasti akan tertarik, sekalipun kita mungkin membuat kekeliruan saat mempresentasikan barang jualan kita.
Pada kesan pertama itulah sikap calon pembeli ditentukan. Mereka bisa saja langsung menutup diri, menjaga dompetnya, curiga, atau tidak percaya gegara kesan pertama yang tidak membuat mereka jatuh hati. Dalam kasus semacam ini Tom mengingatkan betapa pentingnya tukang jualan untuk memikirkan kalimat pertama yang mengesan melalui presentasinya. Kalimat pertama itulah penentu lolos tidaknya proses jual beli.
Ternyata menjadi tukang jualan dan wartawan itu sama dalam hal ini. Kalimat pertama yang terucap dan kalimat pertama dalam berita itu menentukan kesan pertama. Kalau menarik, maka prospek akan tertarik membeli barang, atau pembaca akan membaca tulisan berita kita. Itu saja prinsipnya. Kesan pertama dan kalimat pertama itulah yang utama.
Satu lagi yang perlu diingat, kita tidak akan pernah mendapatkan kesempatan kedua untuk menciptakan kesan pertama yang hebat. Ini berlaku untuk semua hal, baik saat kita harus menjual barang atau jasa, atau menjual diri dan keahlian kita dalam dunia kerja. Mau berhasil atau gagal jaraknya hanya sedetik pertama. Jangankan sedetik, saya sudah berminggu-minggu belajar membuat kesan pertama melalui kalimat pertama, tapi belum juga berhasil. Untung Om saya sabar mengajari saya ilmu jualan. Bagaimana dengan Anda? ***

itu kalo jual belinya konvensional.. sekarang jamannya jual beli dilakukan secara online, trus perlu strategi berbeda pula.. piye Ndul?
LikeLike