HIDUP SEPERTI MENCARI KERUPUK
Di suatu pagi, saya mendapat penugasan penting dari istri, yaitu membeli 40 kerupuk langsung dari tukang kerupuk keliling yang membawa kotak kaleng besar. Saya pun menyanggupi tugas sepele itu. Bukan tugas berat, karena kerupuk hanya bentuknya saja yang besar, tapi bobotnya ringan. Itu yang saya pikirkan.
Ternyata dalam perjalanannya, mencari tukang kerupuk tidak seringan kerupuk yang dijualnya. Saya harus mengendarai motor dengan pelan, keluar masuk gang. Pasar-pasar saya lalui dan menyisirnya pelan-pelan. Setiap pinggir kanan dan kiri jalan saya sisir dengan seksama. Setiap ruko dan kerumunan pedagang tak lepas sedetik pun dari pengamatan saya. Jalan besar maupun kecil saya masuki hanya demi mencari tukang kerupuk dengan kaleng jumbo di motornya. Fokus pikiran saya hanya membayangkan satu hal, tukang kerupuk keliling yang naik motor.
Di tengah pikiran yang fokus pada tukang kerupuk, terselip pemikiran yang menggelitik. Saat kita benar-benar memerlukan sesuatu atau seseorang, ternyata sesuatu atau seseorang itu tidak bisa ditemukan dengan mudah. Saat kita tidak sedang membutuhkan, apa yang kita cari itu berlalu lalang tiada henti. Pernahkah Anda mencari taksi, atau ojek online (ojol), dalam keadaan yang agak terburu? Biasanya taksi atau ojol tiba-tiba raib. Sulit ditemukan. Kalau pun ada, lokasinya jauh dan kita harus menunggu lama. Giliran kita sedang tidak memerlukannya, taksi atau ojol akan hilir mudik di jalanan. Begitu pula yang terjadi dengan tukang kerupuk yang sedang saya cari keberadaannya. Biasanya, saat saya tidak perlu, ada banyak tukang kerupuk yang berlalu lalang, atau nongkrong di warung makan.
Saya tidak tahu apakah memang rumus kehidupan harus seperti itu. Saat tak ada niat, orang bisa tidak makan, tahan lapar, karena memang sedang malas makan, atau tidak berselera untuk makan, sehingga kuat seharian tidak makan. Paling banter minum, agar tidak terdehidrasi. Tapi giliran punya niat untuk puasa, tidak makan dan minum seharian, usaha itu butuh upaya ekstra agar tetap kuat menahan lapar. Padahal saat tidak berniat puasa, lapar dan tidak makan seharian tidak ada masalah. Mungkin kesulitan dan tantangan itu justru dimunculkan saat kita punya niat serius terhadap sesuatu. Tapi, saat kita tidak punya niat atau keperluan tertentu, hidup rasanya mudah dan semua tersedia, persis seperti saat kita sedang tidak perlu taksi atau ojol atau tukang kerupuk.
Kembali ke soal tugas penting mencari kerupuk. Akhirnya, saat sisa kesabaran menipis selama hampir 40 menit berkeliling-keliling, saya menemukan tukang kerupuk sedang berhenti di warung. Agar tidak kehilangan momen berharga itu, saya langsung putar balik dan bahkan parkir di dekat tumpukan sampah agar bisa ketemu tukang kerupuk yang suka datang dan pergi seperti hantu itu. Alhasil 40 kerupuk dalam kantong plastik besar sudah berada di tangan. Tunai sudah janji bakti pada istri.
Dalam perjalanan pulang sambil menenteng plastik kerupuk, saya merenung. Ternyata hidup itu pada hakikatnya harus terus bergerak. Sekalipun hanya sekedar urusan kerupuk, kita tidak boleh bermental kerupuk, yang mudah lembek dan melempem kalau kena angin atau air. Kita tidak bisa hanya diam dan menunggu. Kerupuk pun harus dicari. Upaya mencari berarti harus berani beraksi, melakukan tindakan untuk mencari. Sehebat-hebatnya doa untuk minta kerupuk, rasanya kok Tuhan tidak akan mau merendahkan diriNya untuk mengabulkan permintaan kita dengan mendatangkan sebuah kerupuk pun di hadapan kita tanpa kita berusaha mencari. Harus ada usaha sekalipun hanya urusan kerupuk, apalagi urusan rejeki. Kita perlu usaha ekstra dan saraf kesabaran yang tiada putus.
Dalam titik ini, saya malu dengan orang top seperti Jack Ma. “Penakut tidak pernah berani memulai. Pecundang tidak pernah menyelesaikan proses. Pemenang tidak pernah berhenti berusaha,” begitu kira-kira pesannya. Dan, ternyata, hanya urusan kerupuk saja, saya hampir jadi pecundang, karena tukang kerupuknya sulit ditemukan. Yang jelas, agar tetap hidup, kita harus berani beraksi dan bergerak, bukan hanya ngetem dan menunggu. Itu yang saya yakini. ***
Foto diambil dari https://www.suara.com/lifestyle/2021/04/11/113620/borong-kerupuk-yang-dijual-pedagang-tuna-netra-aksi-pria-ini-panen-pujian

Leave a comment