Inspiration

HARAPAN DAMAI, CUKUPKAH?

Masa kampanye menjelang Pemilu 2024 terus memanas dengan cibiran, penghakiman, kritik, intimidasi, represi, glorifikasi, fitnah, fanatisme di antara para kontestan dan pendukung politik. Negeri ini sedang menjelma bagaikan sebuah stadion besar yang dipenuhi dengan para suporter untuk mendukung dan menonton pertandingan para petarung politik. Suasana hiruk pikuk dan panas mewarnai stadion itu.

Di menit-menit terakhir menjelang akhir babak pertandingan, semua suporter berharap timnya mendapat kemenangan telak. Dengan kemenangan itu sudah ada niat untuk menjatuhkan pihak yang kalah. Pihak yang menang pun sudah berniat akan mengglorifikasi dan memuja habis-habisan jagonya yang menang. Sementara, banyak orang, panitia penyelenggara, atau masyarakat umum ingin pertandingan itu berakhir damai, tidak rusuh, tidak ada pertikaian.

Dengan analogi tersebut, saya mengkategorikan masyarakat dan para penonton pertandingan politik itu menjadi tiga jenis. Pertama, orang yang menyerukan harapan dengan melambungkan doa supaya negara damai dan mendapatkan pemimpin yang sesuai harapan. Tapi mereka tidak melakukan apa pun untuk mewujudkan perdamaian selain hanya berharap dan berdoa berjilid-jilid. Bahkan ada yang memilih golput, alias tidak memilih dengan beragam alasan, meskipun punya harapan dan impian. Mereka hanya berkoar-koar dengan harapan, tetapi tidak berani mengambil sikap dan pilihan.

Kedua, kelompok orang yang berharap ada perdamaian dan kerukunan, tetapi apa yang diucapkan dan dilakukan seperti air dan minyak. Mulutnya berjanji manis, berharap damai, tetapi kelakuannya merendahkan, menjelekkan, menjatuhkan lawan demi ambisi untuk menang dengan menghalalkan segala cara. Mungkin golongan ini layak disebut bodoh atau munafik, karena sejatinya mereka adalah orang yang memiliki pengetahuan, memahami dan mengerti kebenaran, tetapi tetap lebih percaya pada kebohongan. Kelompok ini hanya digerakkan oleh nafsu ingin menang dan membutakan mata terhadap keutamaan.

Ketiga, kelompok orang yang berharap akan perdamaian dengan meyakini bahwa perdamaian, kedamaian itu bukan sekedar harapan. Tetapi mereka mewujudkan kedamaian itu dalam setiap ucapan, pikiran, dan tindakannya. Mereka tidak hidup di awang-awang oleh harapan, tetapi mewujudkan perdamaian itu mulai dalam diri dengan melakukan tindakan kebaikan hari ini saat ini dengan penuh kedamaian.

Kelompok ketiga ini adalah orang yang yang hidup dengan kesadaran. Mereka terinspirasi oleh apa yang pernah dikatakan oleh seorang pemimpin pergerakan perdamaian di Amerika, A. J. Muste. “Tidak ada jalan menuju perdamaian. Justru perdamaian adalah jalan sebenarnya.” Kita bisa memaknai kata-kata ini dengan mewujudkan kedamaian itu saat ini melalui cara pandang kita, senyuman kita, kata-kata dan perbuatan kita. Kita juga berhati-hati dengan jari kita ketika masuk ke dalam dunia media sosial yang penuh dengan misinformasi dan disinformasi yang membakar nafsu kuasa dan permusuhan.

Uskup Anglikan Afrika selatan, Desmond Tutu, pernah mengatakan bahwa harapanlah yang membuat kita bisa melihat terang sekalipun berada di tengah kegelapan. Sulit melihat terang ketika kita berada dalam gelap. Maka kita bisa mulai menjadi terang itu dari diri sendiri, menjadi damai dengan diri sendiri dan orang lain, meskipun kita sedang berada di belantara kebencian dan permusuhan. Harapan hanya sekedar harapan tanpa kita memulai kedamaian itu dari hal yang paling kecil saat ini. Harapan takkan pernah membuat damai tanpa kita mewujudkannya dari pikiran dan hati yang damai.  

Silakan Anda memilih golongan yang mana sebelum memilih calon pemimpin negeri ini.***(Leo Wahyudi S)

Foto dari https://www.antaranews.com/foto/3882345/mahasiswa-serukan-pemilu-damai-dan-beretika

2 thoughts on “Inspiration

Add yours

  1. Memilih calon yg sekurang2nya memiliki kesadaran diri bahwa dirinya adalah terang sekalipun masih redup… hehehe..

    Like

  2. Salah satu kontestan menutup dengan kutipan “Sura Dira Jayaningrat, Lebur dening Pangastuti” Ini sangat menarik jika betul2 dihayati dalam tindakan dan kata2 baik paslon maupun para pendukungnya. Apalagi jika dilengkapi dengan “Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake” wow, betapa indahnya kontestasi yang demikian.

    Like

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑