MENSYUKURI DELAPAN PULUH PERSEN
Kata syukur tidak selalu seindah dan semudah kata-katanya. Gampang diucapkan, tapi sulit dilakukan. Percayakah Anda? Bersyukur yang paling mudah adalah saat kita berada dalam kelimpahan. Tapi bersyukur di saat berkekurangan, saat menderita, saat sakit, saat terpuruk, apakah mudah dilakukan? Saya rasa tidak mudah. Apalagi bersyukur setiap saat, dalam suka dan duka, dalam untung dan malang, tentu tidak semua orang akan mudah melakukannya.
Hidup selalu dihadapkan banyak pilihan. Semua orang pasti ingin hidupnya bahagia. Tetapi banyak orang salah memilih, alih-alih ingin bahagia, yang terjadi justru tidak bahagia. Padahal rumus paling sederhana untuk bahagia sebetulnya ya dengan bersyukur. Bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur, tapi rasa syukur itulah yang membuat kita bahagia. Kalau dilakukan dengan tulus, ungkapan syukur itu membuat perasaan kita bahagia, sekalipun kebahagiaan bukan sekedar perasaan.
Saya mau cerita sedikit soal kelakuan anak saya. Dalam banyak peristiwa, anak saya selalu mengeluh. Dari hal yang paling sederhana sampai yang serius, selalu saja keluhan itu nyerocos dari mulutnya. Soal makanan, pakaian, pelajaran, kendaraan, sepatu, kaos kaki, dan masih banyak lagi. Saat minum jus apel kesukaannya, masih saja ada keluhan. “Kenapa sih cuma beli sedikit? Kenapa sih dituangnya cuma sedikit?” begitu keluhannya. Padahal gelasnya sudah 80 persen terisi dengan jus apel kesukaannya. Dia tinggal meminumnya, tidak harus repot-repot ke toko untuk membelinya. Selalu ada alasan untuk mengeluh.
Kita pun tanpa sadar sering berbuat seperti itu dalam kehidupan yang kita jalani. Kita sudah punya pekerjaan mapan, masih saja membandingkan dengan orang dengan pekerjaan dan gaji yang lebih tinggi. Kita sudah punya kendaraan, tapi masih membandingkan dengan kendaraan lain yang lebih bagus dan lebih mahal. Kita sudah punya sepatu dua pasang, masih saja merasa kurang karena tidak sebanyak sepatu yang dimiliki orang lain. Ada banyak alasan untuk membandingkan, dan ujung-ujungnya kita lupa bersyukur.
Orang yang tidak pernah bersyukur adalah orang yang hanya berfokus pada kekurangan atau yang tidak ada. Seperti gelas berisi jus apel milik anak saya tadi. Fokusnya pada 20 persen yang belum terisi, padahal gelas itu sudah terisi 80 persen. Membandingkan itu hanya membutakan mata terhadap apa yang sudah kita miliki. Mengeluh itu melihat sesuatu yang tidak ada, dan menutup mata terhadap apa yang sudah kita punya.
Ada 80 persen bagian dalam hidup kita yang layak disyukuri. Coba Anda membuat daftar panjang bagian hidup 80 persen yang layak disyukuri. Hidup, nafas, kesehatan, pasangan, pekerjaan, sandang, pangan, rumah, anak, saudara, orang tua, sahabat. Daftarnya panjang sekali kalau kita mengurai 80 persen itu. Dengan daftar itulah kita punya alasan untuk selalu bersyukur. Dengan melihat dan bersyukur atas 80 persen yang kita terima, maka kita sedang mensyukuri kelimpahan. Perasaan bahagia dan rasa berkelimpahan itulah yang akan menarik kelimpahan selanjutnya. Itulah sebabnya ungkapan syukur itu menjadi pembuka harta karun semesta dengan segala kelimpahannya.
Bagaimana dengan Anda, apakah masih fokus pada 20 persen kekurangan atau 80 persen yang sudah kita punya dan kita terima? Selamat memilih. ***(Leo Wahyudi S)
Foto dari https://parsi-times.com/2022/12/grateful-to-2022-and-hopeful-for-2023/

Kata kata inspirasi.
Terimakasih om leo🙏🥰
LikeLike