Inspiration

MENUTUP PINTU DAN JENDELA

Alkisah ada seorang bapak sedang pergi jalan-jalan ke luar rumah. Ia ingin menyendiri sejenak dari segala kepenatan hidupnya di rumah. Setelah beberapa lama, pulanglah bapak tersebut ke rumahnya. 

Ketika sampai di dalam rumah, ia terkejut. Semua barang di kamarnya berantakan. Vas bunga di meja terjatuh. Kertas-kertas bertebaran. Tirai jendela pun lepas. Suasana ruangan itu kacau balau. 

Bapak itu terdiam. Ia baru menyadari bahwa saat pergi ke luar rumah, ia lupa menutup pintu dan jendela di rumahnya. Angin kencang telah masuk dan memorakporandakan seisi rumahnya. Lalu ia segera membereskan semuanya agar tertata kembali.

Dari cerita tersebut bapak itu belajar bahwa seringkali ia meninggalkan rumahnya dengan membiarkan semua jendela dan pintu terbuka. Kita pun sering melakukan hal demikian. Bukan soal keamanan, tetapi lebih ke penyadaran kehidupan diri kita. 

Semua panca indera dan mungkin indera keenam adalah jendela yang kita miliki. Indera itulah yang menghubungkan dunia dalam diri dengan dunia luar. Tak jarang kita membiarkannya terbuka, sehingga angin dari luar bertiup kencang dan membuat segalanya berantakan. Kita membiarkan suara, pandangan, masuk ke dalam diri sehingga kita mengalami kesedihan. Kita lalu mengalami keterasingan, kesepian, sendirian, dan ketakutan. 

Hari-hari ini kita membiarkan jendela dan pintu kita terekspos pada tayangan-tayangan di televisi, media sosial, dengan berita atau konten yang menyesakkan hati. Banyak kisah pilu akibat peperangan, pembantaian, ketidakadilan. Banyak pula kisah nafsu syahwat yang haus kekuasaan, haus harta, haus kenikmatan. 

Karena jendela dan pintu kita biarkan terbuka, maka konten-konten pilu dan penuh kemarahan itu pun turut merasuk melalui jendela indera kita. Anehnya, kita membiarkan hembusan angin jahat itu menerpa muka, pikiran dan hati kita. Karena kesadaran kita ikut pergi meninggalkan rumah diri kita. Mengapa kita membiarkan semua hal dari dunia luar itu menyiksa diri kita? 

Kita bisa menjadi seperti yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan. Kita melihat konten penuh kebencian, maka kita pun menjadi ikut penuh kebencian. Kita mendengar konten penuh kemunafikan, maka kita pun bisa ikut menjadi munafik. Kalau kita marah, kita menjadi kemarahan itu. Kalau kita penuh cinta, kitalah cinta itu. Kita dapat menjadi apa pun sesuai keinginan kita. Lalu mengapa kita tidak memilih yang baik dan menyenangkan? Mengapa justru kita pilih konten dan tayangan yang sensasional, yang hanya menguntungkan orang yang ingin mencari cuan dari konten kebencian? 

Tanpa sadar, dalam dunia digital dan media sosial dewasa ini, semua serba terbuka. Kita tinggal memilih. Tapi alih-alih memilih, yang terjadi justru kita yang diatur oleh konten media sosial. Tanpa sadar kita telah membiarkan diri dituntun, dibentuk, dan kemudian dihancurkan oleh konten dan tayangan. Dengan cara ini kita membiarkan nasib kita ditentukan oleh orang lain yang merusak pikiran dan hati kita. 

Maka jangan biarkan jendela kita terbuka terus, agar kita tidak masuk angin dan sakit mental gegara hal-hal negatif yang merasuk melalui indera kita. Pintu dan jendela kita hanya terbuka untuk menyambut berkah dan keajaiban, agar tidak disapu oleh kekacauan dunia luar. Hanya kesadaran kita yang tahu, kapan kita membuka atau menutup pintu dan jendela hidup kita.***(Leo Wahyudi S)

Foto dari https://www.indiatimes.com/health/healthyliving/sleeping-with-some-of-your-windows-or-doors-open-can-improve-the-quality-of-your-sleep-335267.html

2 thoughts on “Inspiration

Add yours

  1. Tak baik juga kalo terbuka terus yo Ndul.. kalo pergi ditutup saja, kalo di rumah dibuka sehingga bisa terkontrol dan terukur hehehe..
    Salam, Mr Be

    Like

Leave a reply to Leo Wahyudi S Cancel reply

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑