MENARUH GELAS
Saya tertarik dengan sebuah tayangan di Reel Instagram. Ada seorang dosen sedang menerangkan tentang falsafah sebuah gelas berisi air yang dipegangnya. Ia menyuruh mahasiswanya untuk menebak berat gelas berisi air tersebut. Tapi bagi profesor itu, ternyata bobot gelas berair itu tidak penting.
Nyatanya, bobot gelas tersebut akan sama dan tidak berubah kalau hanya ditahan selama beberapa menit. Tapi, bobotnya akan terasa beda jika kita menahan gelas itu selama beberapa jam. Efeknya akan membuat lengan bawah terasa pegal dan agak sakit. Tapi ketika kita tahan sehari penuh, gelas berisi air itu akan berubah menjadi berlipat-lipat beratnya. Seluruh lengan akan kebas, dan bahkan merembet ke bahu dan ke segala sendi. Semakin lama lagi, tubuh tak mau lagi bergerak karena beban itu makin terasa berat.
Melihat tayangan di medsos itu saya tersadar. Saya sedang ada masalah kecil dengan anak saya. Gegara perkara sepele, teguran saya sebagai orang tuanya dibalas dengan kemarahan dan sikapnya yang tak bersahabat. Saya menegur dia sebagai wujud perhatian. Saya hanya mengingatkan agar lebih bijak dalam mengatur waktu di sela jadual sekolah dan kegiatannya yang padat. Dengan manajemen waktu yang baik, dia tidak perlu tergesa-gesa. Kalau manajemen waktunya baik, ia tidak perlu ngebut saat berkendara. Mengurangi risiko di jalanan dan mengutamakan keselamatan diri. Tapi, anak saya yang sudah merasa masuk usia 17 tahun itu malah tersinggung. Tidak suka hati, karena sudah merasa sok tahu, sok pintar, sok dewasa, sok bisa mengatasi masalah.
Lama-lama, saya yang awalnya netral akhirnya malah terseret ke emosi negatif, jengkel, marah, merasa disepelekan dan kehilangan respek dari anak. Masalah ini sepele sebenarnya. Tapi setelah melewati satu hari, rasa jengkel ini mulai menjadi terasa mengganggu. Saya seolah terpenjara dengan kejadian yang sudah lalu, yaitu sikap anak saya yang menyebalkan itu. Akhirnya saya malah menjadi uring-uringan ke semua orang di rumah. Saya lalu merasa bersalah dengan diri sendiri, kenapa saya membiarkan emosi saya didikte oleh reaksi anak saya.
Dari contoh itu, kita mungkin bisa tersadar atau minimal teringat pada persoalan-persoalan dari yang ringan sampai yang kelas berat yang pernah atau sedang kita hadapi. Pelik dan tidaknya persoalan itu sebenarnya hanya reaksi emosi kita saat menghadapi persoalan. Pelik atau mudah itu tergantung bagaimana kita beraksi untuk mencari solusinya. Bukan malah membawanya ke sana ke mari sampai berjam-jam, berhari-hari, berminggu, bahkan sampai berbulan-bulan.
Kalau menyadari perumpamaan gelas berisi air tadi, berarti sebenarnya bobot suatu persoalan atau masalah itu konstan, sesuai takaran kita sendiri. Bobot persoalan juga relatif, bukan sesuatu yang absolut. Tergantung sudut pandang orang yang menghadapi atau yang sedang bermasalah. Tapi, lebih sering terjadi, masalah menjadi semakin berat karena kita membawanya, merasa-rasakannya, menentengnya, bahkan memeluknya sampai berlarut-larut. Kita curhat, berkoar-koar, memproklamasikan diri bahwa kita sedang punya masalah berat. Tapi tanpa sadar, justru kita sedang menjinjingnya ke manapun kita pergi. Alih-alih mencari solusi, justru kita sedang menciptakan masalah baru, yaitu merintis bibit penyakit untuk tubuh kita sendiri.
Sesungguhnya bobot suatu persoalan itu konstan. Yang membuat masalah itu terasa berat karena lamanya waktu saat kita membawa masalah itu. Semakin lama waktu kita menggenggam masalah, maka bobot persoalannya seolah akan berubah semakin berat. Tubuh kita pun sebetulnya sudah memberi tanda dengan rasa pegal, capek, nyeri, kebas, tekanan darah naik, dan sebagainya. Persis seperti tangan dan lengan yang menahan gelas berisi air.
Solusinya satu, taruhlah gelas berisi air itu. Taruhlah masalah yang kita pegang. Kita mengambil jarak dari masalah sambil memikirkan pemecahannya kalau itu di bawah kendali kita. Kalau berada di luar kendali kita, lepaskan. Biarkan pergi. Masalah adalah masa bersalah agar kita dapat mencari solusi yang benar dan bijak sehingga kita keluar dari masalah.***(Leo Wahyudi S)
Foto dari https://www.vecteezy.com/free-photos/holding-glass-of-water

Enak kayaknya ya ….kalau manusia bisa selalu eling eling dan eling…….hmmm
LikeLike
harus bisa selalu eling, biar enak jalan hidupnya
LikeLike