Inspiration

MUSIBAH ATAU BERKAH?

Lebih dari seminggu yang lalu saya mengalami kecelakaan. Tepatnya saya menabrak pengendara lain yang tiba-tiba memotong jalan. Akhirnya terjadilah yang harus terjadi. Saat terkapar di tengah jalan, pikiran saya masih waras dan masih bisa melucu dalam hati. Untung dulu pernah jadi kiper, yang terbiasa jatuh berakrobat saat mengambil bola. Bedanya dulu saya biasa jatuh di lapangan berumput, kali ini di aspal. Efek kejutnya memang luar biasa. Hasilnya, tulang bahu mengalami dislokasi dan bagian dada terbentur aspal. 

Saya sempat hilang kesadaran beberapa menit. Untung saya menghadapi semua kejadian itu dengan tenang. Artinya, saya tidak panik, tidak marah, tidak mengutuk, tidak memikirkan apapun kecuali rasa nyeri luar biasa yang membuat saya hampir pingsan. Seolah saya sedang bermeditasi dalam kesakitan. Bahkan saya tak sempat memikirkan nasib anak saya yang saya gonceng di jok belakang. Untunglah dia hanya lecet-lecet kecil.

Bagi saya kejadian kecelakaan itu sebuah realitas, kenyataan, yang memang terjadi. Sifatnya netral. Soal itu dianggap sebagai musibah atau berkah, itu adalah persoalan persepsi dan reaksi saja. Bagi keluarga yang saya hubungi, peristiwa ini menjadi sebuah musibah yang menimbulkan kepanikan. Bagi sahabat-sahabat dekat pun mereka memiliki persepsi yang sama. Bagi kebanyakan orang, namanya kecelakaan pasti dipandang sebagai musibah.

Saya pun tidak menampik bahwa saya mengalami musibah. Dengan kejadian ini tiket kereta yang sudah dibeli akhirnya hangus. Dengan tulang bahu yang bergeser, pergerakan saya menjadi sangat terbatas. Saya juga mengalami nyeri bahu dan dada yang sedap rasanya. Akibatnya, banyak orang harus direpotkan karena kondisi saya ini. 

Namun saya tak mau berhenti pada persepsi musibah. Masih ada hikmah yang menjadi penjembatan untuk menjadikan peristiwa itu sebagai berkah. Saya mendapatkan banyak hikmah dari peristiwa itu. Ketenangan dan kesadaran membuat saya tidak panik dalam kondisi semacam itu. Saya ikhlas menerima apa yang sedang terjadi, meski menyakitkan. Saya tidak mau marah-marah, menuntut, menyalahkan orang lain, atau minta ganti rugi. Saya hanya berpikir solusi agar sakitnya tidak berkepanjangan. 

Saya merasa beruntung terlahir sebagai orang Jawa dengan kultur dan falsafah bersyukur dari setiap kejadian yang dialami. Itu pula  yang saya alami. Untung di belakang saya tidak ada mobil. Kalau ada, pasti saya terlindas. Untung tulang saya hanya lepas dari tempatnya, bukan retak atau patah. Untung saya tidak pingsan lama. Untung saya tenang dan sadar. Untung orang yang saya tabrak tidak marah-marah. Untung motornya tidak rusak parah. Untung yang menolong saya orang-orang baik. Untung orang yang saya tabrak juga baik. 

Meski akhir-akhir ini diterpa banyak kasus kekerasan anak muda di Yogyakarta dengan isu klithih, ternyata masih banyak sekali orang-orang baik dan punya kepedulian. Mereka memberi pertolongan dengan ikhlas. Barang-barang yang saya bawa utuh semua. Motor dan anak saya diselamatkan. Yogya masih berhati nyaman. Saya sempat dibawa dengan ambulans dan dirawat di IGD di sebuah rumah sakit Islam. Pelayanannya ramah dan manusiawi. Di luar dugaan, semuanya gratis. Bagi saya ini sebuah mujizat karena seolah sudah diatur. Mungkin karena tahu pasiennya sedang bokek. Tapi saya bersyukur sekali dengan fakta ini. 

Saya merasakan, musibah ini ketika diberi hikmah justru akan menjadi berkah yang layak disyukuri. Mata hati saya terbuka. Saat vibrasi hati dan pikiran kita tetap baik, maka semesta pun mengirimkan energi, orang-orang, dan suasana yang baik. Saya tidak perlu ke dokter ortopedi, karena sahabat saya seorang ahli urut bersertifikasi atlet. Dengan keahliannya, tulang saya bisa balik ke tempatnya. 

Banyak orang turut membantu kesembuhan saya dengan perhatian dan bantuan mereka. Saya pun makin menghargai tubuh dan setiap proses penyembuhan. Saya makin merasa dekat dengan diri dan bagian-bagian tubuh saya. Saya selalu menyapa bahu, pergelangan, dan organ-organ tubuh saya. Karena saya yakin diri saya merupakan sebuah sistem sempurna. Sapaan cinta dan syukur akan mempercepat regenerasi sel kesembuhan. Saya menjalani proses penyembuhan diri, self-healing, dengan penuh cinta. 

Musibah, hikmah, berkah, menjadi sebuah runutan persepsi dan reaksi. Diperlukan sikap hati dan pikiran dalam melihat kenyataan. Tinggal pilihan kita, mau memilih tinggal dan menetap di musibah? Atau, kita memberikan hikmah, agar itu menjadi berkah yang layak disyukuri?*** (Leo Wahyudi S)

Foto dari https://kaltengtoday.com/tragis-sesama-sepeda-motor-tabrakan-di-kotim-3-orang-tewas/  

One thought on “Inspiration

Add yours

Leave a reply to Waspinnurhida Cancel reply

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑