Inspiration

KURIR BERKAH

Suatu kali sahabat saya berkisah. Ia tersentuh melihat seorang tukang cuci yang dipekerjakan di rumahnya. Tukang cuci itu pernah bercerita bahwa ia kasihan dengan anak perempuannya yang masih kecil harus pergi ke sekolah sendiri. Berjalan kaki menempuh jarak lumayan jauh dari kampungnya menuju sekolahnya.

Tersentuh dengan penuturan ibu tukang cuci tersebut, sahabat saya memutuskan untuk memberikan sepeda anaknya. Sepeda itu tidak baru lagi. Bahkan sering rusak karena anaknya tidak pernah merawat sepeda itu. Sahabat tadi kemudian berbicara pada anaknya yang juga masih kecil. “Nak, ayah ingin memberikan sepedamu pada temanmu yang lebih membutuhkan. Boleh tidak, Nak?” tanya ayahnya. Setelah berpikir sejenak, anak itu lalu mengangguk. “Boleh saja, Ayah. Biar saja nanti aku pergi ke sekolah diantar Bunda,” katanya.

Hari berikutnya, sahabat tadi memanggil ibu tukang cucinya. “Bu, sepeda itu nanti dibawa pulang saja, buat sekolah anaknya. Kalau ada yang rusak tolong diperbaiki. Kalau mahal nanti bilang ke saya, akan saya ganti biayanya,” kata sahabat itu. Ibu tukang cuci itu terdiam. Mulutnya terkatup tak bisa berkata-kata. Hanya sekelumit kata terima kasih yang sempat keluar. Dengan wajah riang, ia lalu pulang dengan menuntun sepeda itu.

Sebelumnya, ibu tukang cuci itu bercerita bahwa sudah lama anaknya sudah merengek-rengek minta dibelikan sepeda. Tapi ia tidak sanggup membeli. Harga sepeda terlalu mahal. Penghasilannya tidak cukup. Kadang untuk makan saja susah. “Anak saya senang bukan main, Pak. Ia tidak peduli itu sepeda bekas. Sekarang dia makin bersemangat pergi ke sekolah. Saya juga tidak khawatir lagi melepas dia pergi ke sekolah. Terima kasih ya, Pak,” kata ibu itu tulus.

Saat kita memutuskan untuk memberi sesuatu, kita akan menjadi kurir berkah. Tuhan sedang menjadikan kita perpanjangan tanganNya untuk membagikan kebaikan dan anugerah. Mungkin pula Dia sedang menjawab doa-doa dan seruan orang yang sedang memohon. Pemberian kita itulah yang menjadi jawaban atas doa-doa orang tersebut. Kita hanya sebagai kurir yang mengantarkan kiriman hadiah dari Sang Pemilik berkah. 

Orang yang menerima tidak perlu mengenal kita. Toh kita hanya sebagai kurir berkah. Jarang terjadi seorang kurir menonjolkan diri agar dikenal orang yang menerima kirimannya. Tugas kita hanya sebagai tukang antar berkah. Bukan kita yang punya berkah. 

Biarlah Sang Pemilik berkah yang memberi upah atas jasa pengantaran itu. Tukang antar tidak perlu pujian dan pamrih dari orang yang menerima paket kiriman berkah itu. Jadi kalau saat memberi kita mempunyai pamrih agar dikenal, agar dikenang dan dipuja, berarti kita bukan kurir yang baik. Kita menjadi kurir yang narsis. Bos pemilik jasa pengiriman berkah pasti tidak akan suka jika karyawannya narsis.

Pekerjaan Tuhan banyak sekali. Paket berkah yang ingin Dia kirimkan juga banyak. Jangan sampai paket-paket berkah itu menjadi basi dan mubazir karena kita malas menjadi kurirnya. Masih banyak sekali orang yang menanti-nantikan kiriman berkah itu setiap hari. Kalau bukan kita yang membantu mengirimnya, siapa lagi?***(Leo Wahyudi S)

Foto diambil dari: https://kumparan.com/hipontianak/5-kisah-kurir-pengantar-paket-yang-bikin-ngakak-1xIAtPy4LY7

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑