Inspiration

SAAT WAKTU MENJAWAB SEGALANYA

Tidak terasa kita sudah berada di penghujung tahun 2025. Bagi sebagian dari kita, tahun ini mungkin terasa seperti pendakian panjang yang belum juga mencapai puncak. Ada pertanyaan yang belum terjawab, kebenaran yang masih abu-abu, atau impian yang rasanya masih betah menggantung di langit-langit harapan.

Jika Anda merasa lelah karena “kebenaran” dan “jawaban” tak kunjung datang, mari kita tarik napas sejenak dan merenungkan tiga kunci sederhana ini untuk menyambut 2026. Ada pepatah yang mengatakan sahabat paling baik dari kebenaran adalah waktu. Musuhnya yang paling besar adalah prasangka. Dan, pengiringnya yang paling setia adalah kerendahan hati. 

Waktu adalah sang penyingkap tabir. Mungkin Anda pernah mencoba mematangkan buah dengan cara memaksanya? Hasilnya tentu tidak akan semanis buah yang matang di pohonnya. Begitu juga dengan hidup. Semua harus berproses. Kita tidak perlu protes pada proses, karena kebenaran memiliki sahabat terbaiknya yang bernama waktu. 

Mungkin saat ini kita merasa doa kita diabaikan atau usaha kita sia-sia. Namun, waktu sedang bekerja merangkai kepingan teka-teki yang belum lengkap. Apa yang kita anggap sebagai penundaan sebenarnya adalah proses pendewasaan agar saat jawaban itu datang, kita sudah siap menerimanya. Jawaban doa yang tertunda adalah kesempatan agar hati dan pikiran kita selaras sehingga terhubung dengan jawaban Tuhan yang selalu mengatakan “Ya” pada kita. Waktu adalah kesempatan itu.

Musuh terbesar dalam pencarian kita selama ini adalah prasangka. Bayangkan Anda sedang berjalan di tengah kabut dengan kacamata hitam yang gelap. Anda tidak akan bisa melihat jalan setapak. Prasangkah membuat kita buta karena kehilangan pandangan yang jernih. Prasangka sering kali membuat kita menghakimi keadaan sebelum waktunya. Kita sedang mengembangbiakkan prasangka yang belum tentu benar.

“Aku pasti gagal,” “Aku tidak yakin,” “Dunia ini tidak adil,” adalah suara-suara prasangka yang menutup pintu peluang. Di tahun 2026 nanti, mari kita belajar melepas kacamata gelap itu. Kita harus membuka dan memberi ruang bagi kemungkinan-kemungkinan baru tanpa terburu-buru memberi label buruk pada nasib kita. Prasangka adalah musuh terbesar dalam mencari kebenaran. 

Terakhir, pengiring setia kebenaran adalah kerendahan hati. Ini bukan tentang merasa kecil, melainkan tentang keterbukaan untuk terus belajar. Saat kita bersikap rendah hati, kita tidak akan merasa paling tahu, paling jago, paling suci, paling benar, dan merasa paling super. Saat ada kerendahan hati, kita menjadi seperti gelas kosong yang siap menampung ilmu dan hikmah baru dari setiap kegagalan yang terjadi di tahun ini. Kita harus berhenti menjadi kafir, yaitu sifat yang selalu merasa sudah penuh dan menutup diri, pikiran, dan hati. 

Harapan yang belum terwujud bukanlah sebuah akhir. Justru itu menjadi sebuah tanda bahwa cerita kita masih bersambung. Jangan biarkan sisa tahun 2025 ini habis untuk meratapi apa yang belum ada. Masih ada ribuan alasan untuk mensyukuri yang sudah kita dapatkan selama 2025. Dan, masih ada ribuan lainnya yang layak kita syukuri seolah kita sudah meraihnya di 2026. Maka tahun 2026 akan menjadi sebuah momentum manifestasi impian dan harapan kita dengan penuh optimisme. Mari kita yakini bahwa dunia di luar kita sejatinya adalah hasil bentukan dari dunia dalam diri kita. Mari kita masuki 2026 dengan keyakinan bahwa waktu akan menjawab, prasangka akan luruh, dan kerendahan hati akan menuntun kita pada tujuan yang tepat. Tetaplah berjalan dan bersahabat dengan sang waktu, karena fajar Ilahi dengan segala keberkahannya selalu datang tepat waktu. Selamat Tahun Baru 2026, Saudara-saudaraku. ***

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑