Inspiration

MENJADI PENGUASA KEDAMAIAN DI TENGAH BADAI

Hari-hari ini kita semua melihat bagaimana keadaan negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Arus informasi dan media sosial dipenuhi dengan berita-berita tidak mengenakkan, bahkan menyakitkan. Ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kesombongan, kekuasaan, kemiskinan, dan segala hal negatif berseliweran di depan mata. Suara-suara rakyat yang tidak puas karena tersakiti makin nyaring diteriakkan. 

Kadang, informasi semacam itu menyulut rasa jengkel dan marah. Kita ingin ikut protes sebagai warga negara yang merasakan dampak kebijakan negeri yang amburadul. Komentar miring warganet kadang bisa memancing emosi kita. Dalam kehidupan sehari-hari kita pun sering mengalami hal serupa. Anda mungkin pernah merasa tersulut emosi hanya karena satu komentar negatif dari orang lain, entah di keluarga, di kantor, di sekolah, di tempat umum. Ada saja kejadian yang dapat memancing emosi dan reaksi. Seolah-olah kata-kata mereka itu masuk ke dalam hati, mengguncang ketenangan yang sudah susah payah kita bangun. 

Sebenarnya, semua yang terjadi di luar diri kita itu adalah aksi. Semuanya netral kalau kita tidak beraksi pada aksi. Bayangkan diri kita seperti danau yang tenang. Ketika seseorang melempar batu seperti komentar negatif, misalnya, permukaan air mungkin beriak sebentar. Tapi jika danau itu dalam dan damai, riak itu tak akan mengubah kedalaman airnya. Begitu juga dengan kita. Jika kita mampu menjaga kedamaian batin, maka apapun yang terjadi di luar tak akan menggoyahkan kebahagiaan kita. Kita bisa menjadi seperti danau yang dalam. Bukan kali kecil yang selalu beriak airnya. Reaksi kita terhadap dunia luar adalah cerminan dari dunia dalam kita. 

Kita tidak bisa mengontrol apa yang dikatakan atau dilakukan oleh orang lain. Tapi kita bisa memilih bagaimana kita merespons dan bereaksi. Kalau kita memilih diam, kita bukan berarti lemah. Tidak bereaksi bukan berarti kalah. Justru, itu adalah tanda bahwa kita telah mencapai titik kekuatan sejati, yaitu ketika kita tidak membiarkan dunia luar mengendalikan dunia di dalam diri kita. Kita sedang menjadi danau yang dalam, diam namun memiliki arus yang kuat. 

Ketika Anda sedang menikmati secangkir kopi di pagi hari, lalu seseorang datang dan mengkritik cara Anda berpakaian. Anda punya dua pilihan, membiarkan komentar itu merusak pagi Anda, atau tersenyum dan tetap menikmati kopi Anda. Orang bijak akan memberi pilihan kedua, karena jauh lebih membebaskan dan membahagiakan. 

Menjadi penguasa dari segala sesuatu bukan berarti memiliki kekuasaan atas orang lain. Tapi kita memiliki kendali atas diri sendiri atas pikiran, emosi, dan reaksi kita. Saat kita bisa tetap tenang di tengah badai, kita telah menaklukkan medan perang yang paling sulit, yaitu mengalahkan ego dalam diri kita sendiri yang selalu bernafsu untuk bereaksi dan tersulut emosi.

Kita tidak perlu sedih atau marah terhadap keadaan, orang lain, atau komentar orang. Yakinlah, mereka tidak punya kekuatan apa pun kecuali kita bereaksi terhadap semua yang di luar diri kita itu. Jadi, mari kita melatih diri untuk tidak bereaksi secara impulsif. Tarik napas, beri jeda, dan tanyakan pada diri: “Apakah komentar negatif orang lain layak untuk mengganggu kedamaian saya?” Jika jawabannya tidak, maka biarkan saja berlalu. Kita berhak menjadi penguasa kedamaian dalam diri. Kita layak hidup dengan damai, bahagia, dan bebas dari beban yang tidak perlu. Dan itu semua dimulai dari dalam diri kita sendiri. ***

2 thoughts on “Inspiration

Add yours

  1. Terima kasih atas pencerahan pagi nya yang menyejukkan hati.

    Semoga damai di hati kita bisa memberikan keteduhan juga bagi sesama dan lingkungan kita

    Tuhan berkati Bapak selalu..

    Like

Leave a reply to Anonymous Cancel reply

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑