Siapa tidak tergiur uang belasan juta masuk ke rekening hanya dalam hitungan satu sampai dua jam? Siapa yang tak tergoda dengan uang ratusan juta yang begitu mudah masuk kantong tanpa harus kerja keras? Tapi, siapa yang mau meninggalkan pekerjaan dengan uang ratusan juta rupiah yang bisa diperoleh dengan mudah itu? Saya agak yakin, tidak banyak yang mau melepaskan kesempatan emas situ.
Tapi itulah yang terjadi pada beberapa orang hebat yang saya lihat beberapa hari ini. Mereka adalah mantan bandar judi online yang omsetnya ratusan juta hingga miliaran rupiah dalam hitungan hari. Ada juga yang mantan penyedia jasa pembuatan web atau situs judi online yang merangkap sebagai bandar. Ada juga yang mantan pemain besar yang jatuh miskin meski pernah menang ratusan juta dari judi online.
Saya menganggap mereka adalah pahlawan di tengah maraknya penyakit masyarakat, judi online. Mereka dulunya berlaku jahat dan berfoya-foya di atas penderitaan para penjudi yang kalah dan tidak peduli dengan para pelanggannya. Namun mereka ternyata manusia yang masih punya hati dan nurani kemanusiaan yang patut diacungi jempol.
Mereka kini bertobat dan meninggalkan dunia hitam perjudian. Mereka lepaskan semua kehidupan dengan gemilau harta. Mereka tinggalkan uang ratusan juta begitu saja. Benang merahnya sama. Pada satu titik tertentu, hati mereka luluh ketika mereka melihat betapa sengsaranya orang-orang kecil yang kalah judi.
“Saya menangis ketika melihat ada seorang anak sekolah yang sudah kalah dan kehilangan motor demi judi online. Lalu ada petani yang kehilangan satu juta rupiah di layar judi online dan mengiba agar uangnya dikembalikan, karena sejatinya uang itu untuk membelikan obat keluarganya,” kata Ronald, seorang ahli pemograman situs judi online yang kini bertobat.
Hal yang sama terjadi juga pada seorang mantan bandar yang punya karyawan dan tiga apartemen di Jakarta. Ia tersentuh ketika ada seorang penjudi yang sudah habis-habisan hartanya demi mencari keberuntungan di permainan judi online.
Kini mereka dengan berani dan lantang menyuarakan bahwa situs judi online memang dibuat agar para pemainnya kalah. Pembuatan situs judi itu memang untuk kepentingan bandar judi agar bisa mengeruk uang sebanyak-banyaknya dari para penjudi. “Sembilan puluh persen lebih dibuat agar bandar menang. Sisanya adalah kesempatan menang bagi penjudi,” katanya.
Dengan kata lain, situs judi online itu bukan untuk mencari kemenangan, apalagi untuk mengadu nasib agar menang besar. Tidak mungkin bisa menang lawan bandar judi. Dialah yang membuat program di situs judi online. Kemenangan untuk penjudi itu bisa diatur dengan mudah. Jadi, situs judi online itu adalah modus penipuan, bukan judi, bukan tempat mengadu nasib dan mencari keberuntungan.
Mereka ingin sekali menyadarkan semua masyarakat, terutama yang sudah kecanduan judi online, agar segera berhenti mengharapkan kemenangan. Tidak akan mungkin. Semua sudah disetting, diatur, agar bandar semakin kaya dengan mengeruk uang dan keringat orang-orang yang bermimpi kaya mendadak.
Orang-orang yang masih tidak mau berhenti judi online adalah orang ultra dungu, kata Ronald gemas. Situs judi itu menjadi ajang adu tamak antara penjudi dan bandar. Penjudi pasti kalah, dan bandar pasti menang. Judi pada hakikatnya adalah ketamakan yang tak akan terpuaskan oleh keberuntungan.
Tapi, herannya kaum ultra dungu yang jumlahnya jutaan di negeri ini masih saja halu dan bermimpi bisa menang puluhan hingga ratusan juta. Yang ada para penjudi tolol itu akan jatuh miskin, depresi, dan berujung pada bunuh diri. Keringat, darah, dan uang orang-orang yang kecanduan judi itu akan tersedot oleh bandar judi dan semua bekingnya. “Kalian stop judi online, kaum ultra dungu,” kata Ronald. Kemenangan adalah awal kekalahan.
Saya juga berpesan bahwa orang yang miskin itu bukan mereka yang punya harta sedikit, tetapi mereka yang selalu ingin lebih banyak. Dan, orang yang paling kaya adalah orang yang tidak terpenjara oleh ketamakan. Karena ketamakan itu seperti mulut iblis dengan mulut kecil yang tak pernah kenyang oleh makanan sebanyak apa pun. STOP JUDI! ***

Leave a comment