Inspiration

HAPPY SPENDING, PERLUKAH?

Judul ini mungkin agak aneh bagi sebagian orang. Mungkin ada yang spontan berasumsi bahwa apa pun yang namanya pengeluaran, spending, itu selalu bikin kesal. Masak kita harus mengeluarkan duit dengan gembira hati dan hepi? 

Memang konteks tulisan ini dimaksudkan untuk membahas pengeluaran uang. Istilah happy spending ini saya peroleh dari Denny Santoso, seorang pakar dan pengusaha digital, YouTuber, mentor bisnis, yang kondang di jagad maya. Ada cerita yang jauh lebih dalam yang bisa saya gali dari istilah tersebut. 

Happy spending dalam dunia nyata memang terjadi. Contohnya saya kira ya sosok Denny Santoso yang sukses dari dunia digital. Saya yakin dia punya mindset seperti itu karena ia sendiri melakukannya. Ia membelanjakan uangnya untuk sesuatu dengan rasa bahagia dan ikhlas. Ia mensyukuri dan menggunakan kelimpahan dan berkahnya dengan sadar. Dan, yang lebih penting, ia memiliki mindset kaya dan berkelimpahan yang menyatu dalam hati dan pikiran serta tindakannya. Jadi, seberapa pun yang ia keluarkan akan selalu ada kelimpahan yang bakal diterimanya. Pikiran berlimpah akan selalu menarik kelimpahan. 

Selain happy spending, menurut saya ada banyak lagi yang mengalami sad spending. Artinya, kita membelanjakan atau mengeluarkan uang, tapi dengan rasa tidak ikhlas, menggerutu, menyesal. Semuanya berasal dari kekuatiran dan rasa takut kekurangan, kehilangan. Inilah mindset miskin. Pola pikir takut kurang, takut hilang, takut rugi justru akan mendatangkan lebih banyak kekurangan dan kehilangan. Coba saja kalau tidak percaya. 

Betapa sering, kita, Anda, mengeluh ketika belanja sesuatu atau mengeluarkan uang untuk membayar cicilan. “Mahal sekali”, “Duh, kudu bayar ini itu”, “Dapat duit habis melulu hanya untuk bayar macam-macam”, dan sebagainya. Ungkapan itu muncul dari rasa takut kurang, takut kehabisan uang, takut miskin. Maka yang akan terjadi adalah hidupnya selalu dipenuhi kekurangan dan ketakutan kalau tidak punya uang. Ujung-ujungnya jadi pelit.

Kategori ketiga menurut yang pernah saya lihat adalah too much spending. Ini adalah orang yang menghambur-hamburkan uang hanya untuk kesenangan, kepuasan, dan nafsu sesaat. Orang semacam ini tidak pernah bersyukur dan tidak pernah puas. Hidupnya dikuasai nafsu untuk menghabiskan uang. Toh masih bisa meminta dan memaksa suaminya yang kaya, begitu yang selalu di pikirannya. Nafsu dan dahaga untuk berfoya-foya tak pernah habis. Rasanya kurang terus. Ibarat menuang air ke pasir. Selalu meresap turun, tak pernah menggenang. Hidupnya boros, egois, tidak memikirkan orang lain. Sejatinya ia takut kekurangan sehingga selagi masih berduit, orang semacam ini hanya mengejar kepuasan dan kesenangan seberapa pun harganya. 

Pakar kesadaran pernah berujar, terserah kita mau pelit, mau boros, mau bahagia, yang penting adalah kesadaran di balik tindakan saat membelanjakan uang. Kalau kita bahagia dan penuh syukur saat mengeluarkan uang, maka kita akan selalu menarik kelimpahan itu. Tidak ada rasa takut dan khawatir kekurangan. Yang penting untuk ditanamkan adalah mindset berkelimpahan, bukan kekurangan. Realitas yang kita alami sebenarnya adalah cerminan dari apa yang kita pikirkan dan bayangkan. Maka pikirkan dan bayangkan tentang kelimpahan agar realitas yang Anda alami pun penuh kelimpahan. 

Kalau Anda tipe orang yang sad spending, mulai sekarang belajarlah banyak bersyukur dan memiliki mindsetberkelimpahan. Lalu, percayalah bahwa kelimpahan di pikiran itu akan menarik kelimpahan berikutnya. Cobalah berpikiran positif agar tidak mengeluh atau menggerutu saat mengeluarkan uang. Misalnya, “Aku memberi berkah untuk pedagang” sebagai ganti dari “Ih, mahal amat sih”. “Aku berterima kasih rumahku bisa terang sekarang” lebih baik daripada “Bayar tagihan listrik segini mahal sih”. Katakan “Terima kasih, aku bisa nyaman naik mobil dan aku bisa membeli kenyamanan ini” daripada mengeluh saat harus membayar cicilan kendaraan. 

Kalau hidup kita ingin berkelimpahan, kita harus merasakan perasaan dan bayangan hidup berkelimpahan. Rasakan syukur, kebahagiaan, dan kebebasan, karena hidup kita penuh kelimpahan. Perasaan bahagia dan penuh syukur itu akan memberi kesan mendalam pada perasaan dan alam bawah sadar kita. Hidup Anda niscaya dikelilingi dan dipenuhi berkah dan kelimpahan. Inilah yang menjadi inti dari makna happy spending. Selamat mencoba.***

Foto dari https://tiller.com/time-or-money-which-has-greater-value-for-my-happiness/

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑