Hidup tidak selalu mulus dan seindah kata-kata para pakar motivasi. Kita pasti pernah merasa ada awan mendung yang tiba-tiba menutupi langit pikiran kita. Tiba-tiba, ada suara kecil di kepala yang berbisik, “Kamu enggak cukup baik,” atau, “Sepertinya ini enggak akan berhasil.” Rasanya seperti ada tamu tak diundang yang datang yang membuat suasana hati jadi suram.
Sering kali, kita tanpa sadar membiarkan pikiran-pikiran negatif itu tinggal dan menguasai panggung. Kita percaya bahwa suara itu adalah diri kita yang sebenarnya. Padahal, itu tidak benar. Kita sering salah menilai diri kita. Kita bahkan sering menyalahkan dan mengutuk diri kita atas suatu kesalahan dalam hidup yang sejatinya bukan kita yang melakukan kesalahan.
Dalam keadaan kalut, kita tak bisa berlindung dari pikiran atau perasaan negatif. Pikiran negatif itu seperti tamu asing yang mampir ke rumah. Rumah itu adalah diri kita. Tamu itu mungkin datang membawa kabar yang kurang menyenangkan, tapi bukan berarti dia pemilik rumah. Kita punya kendali penuh untuk menolak kehadirannya. Begitu juga dengan pikiran negatif. Mereka hanyalah tamu, bukan diri kita, sehingga kita berhak mengusirnya.
Secara alami, kita semua adalah kebaikan. Anda adalah kebaikan. Semuanya diciptakan baik adanya. Sejak awal, kita sudah dibekali dengan cinta, kasih sayang, dan potensi untuk berbuat baik. Dari sejak pembuahan, kehamilan, hingga lahir, kebanyakan orang selalu mendaraskan harapan akan kebaikan dan cinta. Jadi kita lahir sebagai buah cinta dan kebaikan.
Pikiran negatif itu bukanlah bagian dari esensi kita. Mereka hanyalah gangguan, seperti sinyal radio yang tiba-tiba terinterferensi. Pikiran negatif adalah reaksi kita sendiri terhadap suatu aksi di luar diri kita. Kita justru sering mengundangnya sebagai tamu untuk hadir di rumah kita. Jadi, jangan buru-buru menyalahkan pihak lain di luar diri kita. Pikiran negatif itu murni ciptaan kita sendiri.
Jadi, saat pikiran negatif itu muncul, cobalah menarik napas dalam-dalam, dan katakan pada diri sendiri, “Pikiran negatif ini bukan pikiranku, dan mereka tidak bersamaku. Aku adalah kebaikan dan aku hanya mempunyai pikiran-pikiran yang baik untuk diriku sendiri dan setiap orang.” Saat mengucapkan kata-kata ini, Anda juga jangan membiarkan memori tentang kemarahan, kebencian, dendam, kejengkelan untuk kembali mengambil alih pikiran dan perasaan.
Saat Anda mengucapkannya mungkin terasa aneh di awal, tapi ini adalah cara untuk melatih kembali pikirankita. Ini seperti otot yang perlu dilatih agar kuat. Semakin sering kita berlatih mengatakan kebenaran ini, semakin kuat ‘otot’ kebaikan dalam diri kita. Hakikat kebaikan itu makin mengakar dan mengalir di setiap sel tubuh kita.
Bayangkan Anda sedang berdiri dan melihat diri sendiri kita di depan cermin. Cermin memantulkan siapa diri kita. Sekarang, kita akan mengganti cermin itu dengan cermin yang memantulkan kebenaran tentang diri kita.Kita adalah kebaikan. Mulailah berbicara tentang kebenaran! Mari kita lepaskan keraguan dan rasa tidak percaya diri.
Setiap dari kita punya kekuatan untuk memilih apa yang kita percayai. Mulai hari ini, mari kita pilih untuk percaya bahwa kita adalah kebaikan. Mari kita buktikan dengan setiap tindakan dan kata-kata kita. Karena saat kita menyadari kebenaran ini, kita tidak hanya mengubah diri kita sendiri, tapi juga menyebarkan kebaikan kepada sesama, keluarga, teman, sanak saudara, tetangga, dan seluruh dunia. Pecayalah, Anda adalah kebaikan. ***
Foto dari https://www.vincegowmon.com/nurturing-goodness-in-children-and-ourselves/

Leave a comment