Inspiration

DOA YANG MENGGETARKAN LANGIT

Beberapa waktu lalu ada dua teman yang sedang mengalami pemutusan hubungan kerja. Mereka adalah karyawan senior di bidang pendidikan dan manufaktur. Mereka panik karena tiba-tiba harus diputus tanpa ada kesalahan atau pelanggaran. Alasan pun dibuat macam-macam untuk pemutusan itu.

Singkat cerita, mereka panik. Sepanik situasi masyarakat Indonesia yang sedang mengalami kelesuan ekonomi, daya beli yang menurun, dan segala carut marut politik di pemerintahan. Lapangan kerja yang semakin langka dan usia yang makin senja menjadi halangan nyata. Semua serasa gelap dan tidak jelas. Apalagi ketika di saat yang bersamaan mereka harus menanggung anak-anak yang mau masuk SMA dan bangku kuliah. Teman-teman saya merasakan hal tersebut. 

Ketika dimintai pendapat, saya mengemukakan apa yang pernah saya alami sendiri. Pertama yang harus dilakukan adalah tidak bertanya “Mengapa”, “Kok bisa?”, dan segala jenis pertanyaan yang justru memperparah suasana hati. Seorang karyawan melawan sebuah sistem dengan pertanyaan protes itu tak akan menyelesaikan masalah. 

Maka hal pertama yang saya sarankan adalah mencoba berdamai. Berdamai itu berarti menerima dengan ikhlas, legawa, tanpa protes. Inilah fakta yang harus dialami. Ini bukan kekalahan, tetapi sikap hati dan mental untuk mau berhenti dengan dagu tegak seperti seorang ksatria yang terkalahkan di arena pertandingan. Tidak mudah, tapi kalau bisa dijalani, sungguh akan menyembuhkan mental. Menerima fakta apa adanya saat ini sambil tetap mensyukuri apa yang masih dimiliki. Berdamai adalah modal awal untuk menapaki langkah hidup selanjutnya. 

Kalau tidak berdamai, hati dan pikiran rasanya selalu panas. Ketika hati dan perasaan sakit hati itu memuncak, maka hidup kita pun akan semakin kacau. Berdamai itu berarti membuat kita mampu menunggu. Berkah dapat dapat datang pada orang yang menunggu. Tetapi berkat akan meninggalkan orang yang terburu-buru, kata mantan Presiden Amerika, Abraham Lincoln. 

Kedua, saat kehilangan pekerjaan secara manusiawi pasti akan panik. Dalam kepanikan orang cenderung akan tergesa dan terburu untuk segera mencari pekerjaan atau mengais rezeki. Doa pun makin melambung tanpa henti meminta dan akhirnya memaksa Yang Kuasa untuk segera memberikan pekerjaan dan rezeki. 

Itu pula yang terjadi pada teman-teman saya tersebut ketika saya tanya. Mereka ngotot dan memaksa agar jalan keluar, pekerjaan, rezeki itu segera datang. Mereka berdoa dengan suasana hati dan perasaan yang panik dan kacau. Doa pun serasa tak kunjung terkabul. Ibaratnya ingin menangkap ayam. Semakin ayam dikejar, semakin capek kita berlari mengejarnya. 

Padahal, kita semua percaya bahwa Tuhan dan Semesta itu maha murah, maha kaya, maha memiliki, maha dermawan. Tapi mengapa doa permintaan kita tak kunjung dikabulkan. Ketika kita protes, Tuhan dengan santainya akan menjawab, “Pasti ada yang salah dengan doamu.” Tapi, semakin kita protes, semakin jauh jalur kesalahan kita.

Lalu saya menganjurkan teman saya untuk berdoa dengan cara yang benar, bukan menurut agama, tetapi menurut kesadaran ilahi yang umum. Rahasia doa yang manjur ada tiga, yaitu pikiran yang fokus, perasaan yang meluap-luap, dan keyakinan yang kuat. Saya sudah menuliskannya dalam sebuah buku berjudul “Doa yang Menggetarkan Langit” yang bisa Anda miliki dan pelajari

Pikiran yang fokus menuntun pikiran untuk menggambarkan sebuah imajinasi tentang permintaan kita. Misalnya, minta pekerjaan atau rezeki. Pikirkan dan bayangkan berapa banyak atau pekerjaan jenis apa yang kita mintakan. Lalu, imajinasikan uang itu ada di dompet atau rekening kita. Pikirkan seolah-olah semua doa kita sudah jadi kenyataan, riil, dan seolah kita sudah mengalami. 

Bayangkan Anda seperti sedang menonton film, libatkan perasaan dan emosi Anda. Ada perasaan syukur, bahagia, aman, nyaman, persis seperti saat kita sudah memiliki pekerjaan dan rezeki. Perasaan dan emosi positif itulah yang akan menggetarkan langit doa dan akan didengar oleh Tuhan dan semesta. Luapkan perasaan positif itu seperti saat Anda dipenuhi perasaan negatif ketika merasa sakit hati dan tersakiti. Perasaan inilah yang menjadi bahan bakar energi doa yang kuat.Jangan gunakan kata ‘semoga’, ‘harapannya’, ‘saya berharap’, dan sejenisnya. Kata-kata ini adalah cerminan iman yang tidak kuat. Kata-kata itu melecehkan kekuatan dan kelemahan Tuhan dan semesta. Kalau Anda mengaku beriman, gambarkan bahwa Anda yakin 100 persen bahwa apa yang Anda minta sudah jadi kenyataan. Bulatkan iman Anda dengan keyakinan penuh seolah sudah menerimanya. Tuhan dan semesta sedang menunggu untuk memberikan semua yang Anda minta saat ini dengan cara doa yang benar. Selamat mencoba. ***

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑