Parenting

BUNGA INDAH BISA JATUH JUGA

 
Sore itu saya diajak putri saya untuk menemaninya ke gereja. Saya pikir tumben amat ini anak sampai mengajak bapaknya. Biasanya dia sangat mandiri. Ia selalu melakukan aktivitasnya sendiri sekalipun sampai larut malam. Apalagi kalau sedang latihan untuk persiapan pertandingan, berangkat pagi pulang malam adalah hal biasa baginya. Tapi kali ini agak lain. Mungkin karena sedang galau sehingga butuh orang lain untuk menguatkannya.

Setelah berdoa sesuai tujuannya, kami berdua berjalan menuju parkiran. Di halaman gereja kebetulan ada taman yang tertata rapi dengan beragam jenis tanaman dan bunga anggrek. Salah satu tanaman itu adalah tabebuya. Tabebuya adalah pohon yang menarik perhatian dengan keindahan bunga mencolok dan anggun. Pohon ini juga dikenal dengan berbagai nama seperti bignonia, trumpet tree, dan pink poui. Tabebuya yang berasal dari Brasil ini berbunga setahun sekali pada Juli sampai Agustus. Ia menjadi salah satu pohon bunga populer yang ditanam di taman di berbagai negara tropis dan subtropis. 


Putri saya tiba-tiba memungut sekuntum bunga kuning dari pohon tabebuya yang jatuh berserak di tengah rerumputan. 

“Ternyata bunga indah ini bisa jatuh juga ya, Yah,” katanya sambil menimang bunga itu. 
“Iyalah, nak. Itu adalah proses alamiah. Ada masanya bunga itu gugur, seindah apa pun bentuknya,” jawab saya.

Dia lalu akhirnya berbagi cerita kegalauannya. Ia yang telah membangun mimpi dan memperjuangkan mimpi dari sekolah negeri favorit dengan harapan masuk Perguruan Tinggi Negeri favorit ternyata harus mengalami kenyataan lain. Ia merasa sudah mempersiapkan dan memiliki segala persyaratan yang diperlukan. Nilai rapor, kemampuan, prestasi semua dianggap memenuhi syarat. 

Sayang jalan hidupnya berkata lain. Ia gagal menembus tes masuk ke PTN yang diimpikannya, meskipun ia sudah menempuh segala jalurnya. Ia merasa gagal total. Bahkan belakangan baru ia sadar ternyata, selain nilai, prestasi, dompet orang tua juga berpengaruh terhadap kesempatan masuk ke PTN. Di jalur mandiri ternyata perlu amunisi puluhan hingga ratusan juta agar bisa masuk ke PTN ternama di negeri ini. 

Putri saya membayangkan dirinya sebagai bunga kuning yang indah yang menjulang tinggi di dahan pohonnya. Tapi kegagalannya itu seperti bunga kuning yang tercampak di rerumputan yang makin pudar keindahannya. Tapi dari pengalaman itu ia akhirnya menemukan sebuah pelajaran berharga. Terlalu percaya diri, doa, nilai, prestasi nonakademis, kemampuan akademis, kualitas diri, kapasitas kepemimpinan saja tidak cukup. Apalagi kalau ditambah sikap takabur, hancur semua kualitas yang dimiliki itu. Untuk menyelamatkannya diperlukan uang yang tidak sedikit, ditambah keberuntungan. 

“Aku gagal, Ayah,” katanya.
“Tidak. Kamu berhasil, tetapi masih tertunda. Kamu harus berbelok dulu sebentar sebelum sampai tujuanmu, Nak.”

Penyanyi legendaris Amerika, Dolly Parton, pernah berkata, “Kalau kau ingin pelangi, maka kau harus mau menerima hujan.” Ini pula yang saya katakan pada putri saya. Ia harus rela berhujan-hujan, merasakan kedinginan, sambil tetap berjalan sebelum ia berhasil melihat pelangi di kala hujan berlalu. Mengambil pelajaran dari kegagalan itu jauh lebih penting daripada merayakan keberhasilan. 

Saya katakan lagi bahwa keberhasilan yang tertunda ini memberi pelajaran berharga dalam hidupnya. Prestasi gemilang kadang bukan jaminan atau tiket mudah untuk menembus tembok baja. Sikap sombong dan menganggap enteng segala hal juga tidak mendatangkan manfaat. Justru sikap itu mengundang kegagalan, dan itulah yang terjadi pada putri saya. Ia pun mulai menyadari. 

Steve Jobs, pebisnis, investor, dan penemu produk Apple yang tersohor, pernah berpesan agar kita jangan mendidik anak-anak kita untuk menjadi kaya. Tetapi, kita harus mendidik anak kita agar mereka bahagia, karena dengan bahagia maka mereka akan bisa menghargai nilai-nilai hidup. 

“Anggap saja kamu sedang kalah telak di pertandingan yang ini. Kamu tinggal berlatih lagi dengan semangat. Masih banyak kesempatan di arena pertandingan berikutnya, dan kamu bisa menampilkan pertarunganmu yang terbaik, Nak,” pesan saya. 

Saya lalu menggandeng putri saya karena sudah ada senyum dan semangat di raut mukanya. Saya ingin dia bahagia dengan pilihannya.*** 

Foto dari https://pidjar.com/tujuh-fakta-tentang-pohon-tabebuya/39405/

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑