NAFAS KESADARAN, HEALING TERMURAH
Siang itu saya harus meladeni curhat sahabat saya yang sedang super sewot lantaran urusan renovasi rumah. Ia sedang merenovasi rumahnya agar makin nyaman huni. Kesewotan itu dipicu oleh proses renovasi rumahnya, tukangnya, cara pengerjaannya yang bertele-tele, biaya yang makin membengkak.
Semua bisa menjadi alasan untuk marah, kecewa, yang berujung pada stres. Suasana hati dan pikirannya kacau. Suasana rumah bersama keluarganya pun ikut amburadul. Ada saja hal-hal, dari yang sepele sampai yang besar, yang bisa menjadi alasan untuk sewot.
Bak seorang konselor atau motivator atau apa pun itu, saya mulai memberi masukan ke sahabat saya tadi. Untungnya dia mau mendengarkan, sehingga nasihat saya tidak dijadikan sampah yang dibuang bersama puing-puing di rumahnya. Hanya satu yang saya sarankan, bernafas dengan kesadaran.
Saya mengusulkan ini juga bukan karena saya jago, tetapi saya pun sedang melatihnya. “Cobalah diam sejenak. Lalu coba rasakan nafasmu. Saat menarik nafas masuk, katakan aku lega, damai, rileks. Saat menghembuskan nafas, katakan terima kasih, dan tersenyumlah. Yang penting, lakukan dengan penuh kesadaran,” kata saya.
Kelihatannya memang sepele, tapi ketika dipraktikkan tidak selalu mudah. Tidak perlu menyediakan waktu dan tempat secara khusus. Ini bisa dilakukan sambil kita tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Bernafas dengan kesadaran berarti menyadari setiap tarikan dan hembusan nafas dalam segala hal yang kita lakukan.
Kita stres, marah, kecewa, karena kita membiarkan pikiran dan hati untuk tinggal lama di masa lalu. Realitas yang menjengkelkan dan membuat kita marah sudah berlalu, tetapi kita masih selalu membawanya kemana-mana. Dalam kasus sahabat saya tadi, ia masih selalu mengingat tukang yang pekerjaannya mengecewakan. Ia selalu membawa film kekecewaan masa lalu itu seolah seperti realitas.
Selain itu, kita pun punya kecenderungan untuk berandai-andai dan membiarkan pikiran dibawa ke masa depan yang belum terjadi dan belum menjadi kenyataan. Kita memegang erat pikiran di masa depan, esok hari, minggu depan, itu seolah sudah menjadi kenyataan. Sahabat saya tadi juga sudah membayangkan biaya bengkak yang akan dikeluarkan minggu depannya. Ia takut renovasi tak selesai, keuangannya bangkrut. Ia juga membayangkan rumahnya akan selesai dalam waktu lama. Rasa takut di hari esok itu belum terjadi, tapi seolah sudah menjadi realitas.
Bernafas dengan kesadaran itu sebagai cara untuk menarik pulang pikiran dari pengembaraannya di masa lalu dan masa depan. Pikiran paling tidak betah untuk berada di saat ini, masa kini, sekarang ini. Kelincahan pikiran melebihi kemampuan atlet lari yang terbaik sekalipun. Tugas kita adalah menarik pikiran untuk berada di momen sekarang, melalui nafas kita. Menikmati dan mensyukuri saat ini adalah hidup yang sesungguhnya.
Nafas kesadaran adalah obat terbaik untuk mengatasi stres, kekhawatiran, dan depresi, kata orang bijak. Nafas kesadaran itu mengerem dan menghentikan pikiran agar tidak mengembara di masa lalu dan masa depan. Rasakan saat ini dengan semua panca indera kita dan terimalah kenyataan apa adanya, tanpa syarat, tanpa protes. Dengarkan nafas, langkah kaki, sadari gerakan tangan kita, lihatlah segala hal di sekeliling dengan sadar. Lalu tersenyumlah, kita akan melihat keindahan hidup yang layak disyukuri. Semoga Anda percaya bahwa nafas kesadaran menjadi cara healing, obat antistres, antimarah, yang termurah.***(Leo Wahyudi S)
Foto dari https://www.rewireme.com/wellness/conscious-healing-traumatic-brain-injury-survivor-talks-recovery/

Leave a comment