KEBANGKITAN ITU DARI TITIK NOL
“The turning point in the process of growing up is when you discover the core of strength within you that survives all hurt” – Max Lerner.
Kata-kata itu mengingatkan pengalaman saya beberapa waktu lalu ketika pada larut malam saya ditelpon oleh seorang dokter, sebut saja dokter Naek. Ia telpon dari Houston, Amerika Serikat. Ia mengisahkan perjalanan hidupnya yang bagi orang kebanyakan akan mengatakan tragis. Tapi dengan suara tegar dan agak terbata, dokter senior ini bercerita panjang lebar.
Semenjak ia divonis dokter bahwa ia menderita kanker usus besar, hidup dokter ini tak jauh dari pengobatan dengan keluar masuk rumah sakit, baik di dalam maupun di luar negeri. Demi mencari pengobatan yang termanjur. Ironis memang, ia yang dulu bekerja sebagai penyembuh, kini dokter ini berjuang agar disembuhkan.
Itulah misteri hidup yang kadang sulit dicerna akal manusia. Bahkan istrinya yang kebetulan dokter juga harus hidup dengan kanker. Mereka menjalani pengobatan berdua. Dokter Naek mungkin dapat masuk dalam rekor MURI. Selama 11 tahun ia telah menjalani kurang lebih 150 kali kemoterapi dan itu dilakukan tanpa henti. Tak terbilang lagi harta, waktu, tenaga, keluarga yang harus dikorbankan demi pengobatan itu. Milyaran uang melayang.
Menjalani hidup lebih dari sepuluh tahun dengan proses pengobatan mahal dan menyakitkan sungguh di luar nalar manusia normal. Tapi, dokter Naek menjalaninya dengan harapan, meskipun di tengah suasana tak berpengharapan. Akhirnya kata-kata Max Lerner itu menemukan relevansinya. Titik balik dalam proses untuk bertumbuh kembang terjadi ketika kita menemukan inti kekuatan dari dalam diri yang akhirnya bisa mengatasi segala kesakitan yang kita rasakan. Luar biasa kata-kata ini, dan cocok sekali dengan pengalaman dokter tadi.
Ia masih menaruh harapan untuk tetap hidup, sekalipun dokter terbaik dari rumah sakit terbaik di Amerika mengatakan bahwa harapannya untuk sembuh tinggal kurang dari 1 persen. Hebatnya, dokter ini masih menyisakan harapan di angka 1 persen. Dan terbukti, di awal 2022, dokter Naek dinyatakan bersih dari kanker. Ia memenangkan pertarungan hidup dan mati di titik balik yang tinggal 1 persen.
Kini keadaan berbalik. Ia memiliki kesempatan 99 persen harapan untuk hidup. “Setelah menjalani seluruh pengalaman sakit ini, 99 persen itu bukan dari rumah sakit dan dokter,” katanya. Ia sangat yakin bahwa keberserahan total pada Tuhan menjadi kekuatan illahi yang menghidupkan.
Ternyata manusia kadang memang harus dibawa ke titik nol, titik tak berpengharapan, titik keputusasaan, titik nadir. Di sanalah kesombongan, keakuan, keangkuhan, kebebalan, kecanggihan, kepintaran, kehebatan, semua luruh, tak ada harganya. Secanggih apapun teknologi pengobatan dan sehebat apapun dokternya, ternyata tak sanggup memberikan kesembuhan total. Ia dibawa ke pergumulan hidup dan mati agar ia takluk dan tunduk. Ia mengalami ketidakmampuan total, baik secara ekonomi, obat, tempat tinggal, biaya hidup di negeri orang. Hanya titik kosong, titik nadir itulah yang tersisa untuk kekuatan illahi. Syaratnya berserah total. Dan, terjadilah mujizat hidup itu. Semua teratasi dengan sempurna.
Ia sangat mengamini bahwa ketika di mata manusia segalanya tidak mungkin, tetapi bagi Sang Pencipta, segalanya dibuat mudah. Ada saja donatur yang membiayai pengobatannya. Ada yang memberikan tumpangan, menolongnya saat kesulitan, membelikan obat, memberi makan. Semua sungguh nyata.
Sebaliknya, banyak orang dibawa ke titik nol atau titik nadir, tapi tak kunjung sadar dari kehidupannya. Titik itu tak membawa perubahan apa pun. Atau, mungkin saja itu belum menjadi titik nol bagi mereka. Padahal seharusnya, di titik nol itulah kita sebenarnya diberi kesempatan untuk terhubung pada semesta yang penuh kekuatan yang menghidupkan. Titik nol itu ibarat tombol untuk mengakses pada keagungan dan kebesaran yang melampaui akal manusia. Dari titik itulah, kebangkitan dan kehidupan menyala kembali.
Dalam keseharian kita sudah terlalu penuh dengan energi negatif, pikiran negatif, perasaan toksik, kepahitan, kekurangan, keluh kesah. Tak ada ruang lagi energi illahi yang bisa diisikan. Padahal, energi itu hanya perlu kekosongan pikiran dan batin. Kosong dari keakuan dan kesombongan. Kita tinggal memencet tombol pasrah untuk menghidupkan situasi kosong itu. Biarkan energi Sang Hidup mengalir dan membangkitkan kita.
Napoleon Hill, seorang penulis kondang dari Amerika, pernah menuliskan bahwa titik balik yang paling penting dalam hidup biasanya datang melalui cara dan waktu yang tak pernah dibayangkan. Awalnya memang terdengar aneh, tapi benar-benar terjadi. Minimal, inilah yang dialami dokter Naek dalam perjuangannya melawan kanker hingga sembuh. Tinggal diperlukan kesadaran, harapan, keberserahan, dan syukur pada kekuatan Illahi atau semesta yang mengatur segalanya dengan sempurna.***(Leo Wahyudi S)
Foto dari https://www.tomorrowsworld.org/commentary/the-turning-point

Leave a comment