Inspiration

KEYAKINANMU MENJADI NASIBMU

Berbicara soal keyakinan di negeri Indonesia bisa menjadi topik pembicaraan yang unik sampai analisis yang pelik. Sebagai negara yang menjunjung tinggi adat dan budaya ketimuran, keyakinan dalam bentuk agama menjadi faktor yang sangat dominan dalam segala aspek kehidupan. Agama sebagai sebuah lembaga menjadi wadah yang mengkategorikan beragam keyakinan agar terarah dan terorganisir dengan baik. 

Tapi, alih-alih mengorganisir keyakinan dalam kelembagaan, justru negara menembus batas ranah personal. Hakikatnya keyakinan itu adalah suatu kepercayaan diri dalam relasinya dengan sesuatu yang transenden dan imanen, yang jauh dan melampaui kemanusiaan, yaitu konsep Tuhan. Ini adalah relasi pribadi antara seorang manusia yang yakin akan kekuatan maha di luar dirinya. Namun di negara ini, keyakinan yang seharusnya bersifat personal diintervensi oleh negara menjadi sistem komunal di bawah suatu peraturan dan perundangan. Keyakinan akan suatu agama sudah bukan privat lagi. Semuanya diatur. Celakanya, setiap lembaga agama juga makin membentengi dengan aturan-aturan ketat praktik keagamaan.

Kembali ke soal keyakinan yang sifatnya pribadi. Saya sepakat dengan apa yang dikatakan Mahatma Gandhi. “Keyakinanmu menjadi pikiranmu. Pikiranmu menjadi kata-katamu. Kata-katamu menjadi tindakanmu. Tindakanmu menjadi kebiasaanmu. Kebiasaanmu menjadi nilaimu. Nilaimu menjadi nasibmu,” kata Gandhi.

Apa yang kita yakini menjadi pikiran yang tercetus dalam kata-kata yang kita ucapkan. Lalu apa yang kita ucapkan menuntun kita pada tindakan. Tindakan kalau dilakukan terus menerus menjadi kebiasaan. Kebiasaan itu lalu menjadi sebuah nilai, dan akhirnya nilai yang kita pegang dan yakini itulah yang menjadi penentu nasib dan jalan hidup. 

Dengan kata lain, nasib kita ditentukan oleh keyakinan kita sendiri. Bukan ditentukan oleh takdir dari yang Kuasa. Karena keyakinan akan takdir itu begitu kuat, kita lalu menyerah pada takdir, seolah sudah digariskan dan diwariskan. Tuhan seolah sudah menakdirkan kita sengsara dan menderita. Padahal Tuhan tidak pernah menghendaki ciptaanNya sengsara dan menderita karena semesta sudah memiliki hukumnya yang sempurna agar manusia bahagia dan selaras dengan seluruh ciptaan. Tuhan dan semesta alam tidak pernah menggariskan, tetapi mempersiapkan garis kehidupan yang dipecah-pecah menjadi titik-titik. Itulah proses. 

Maka, tugas manusia adalah menghubungkan titik-titik itu menjadi garis yang menjadi sebuah perjalanan hidup, perjalanan nasib. Itu pun bukan garis lurus. Tugas kita menghubungkan setiap titik kehidupan melalui kehendak bebas, bertanggung jawab, dan keyakinan yang selaras dengan hukum alam. Kita lalu berproses dan bertanggung jawab penuh dengan kesadaran pada diri sendiri dan hidup kita. Ketika keyakinan dan kesadaran orang sudah dipahami dengan benar, maka tidak akan ada orang yang begitu mudah menyerah pada nasib atau takdir. 

Orang mau bahagia atau sengsara hidupnya adalah soal pilihan. Pilihan adalah soal cara berpikir, cara mencipta dari pikiran dan keyakinan. Jika kita yakin dan berpikir untuk bahagia dan sejahtera lahir batin, masak kata-kata dan tindakan kita akan melakukan sebaliknya. Tentu tidak. Semua akan berjalan selaras. Kalau ada yang menyimpang, berarti ada yang tidak selaras antara keyakinan, pikiran, kata-kata, tindakan. Jadi keyakinan dan pikiran baik akan berbanding lurus dengan nilai dan nasib yang baik. Dengan demikian kita sudah menerapkan keyakinan yang benar.

Maka saya heran kalau atas nama keyakinan, agama sekalipun, orang justru berkata dan bertindak jahat. Pasti ada yang salah dengan keyakinannya dan kesadarannya. Nah, Anda berada di mana? Apakah Anda menyerah pada nasib? Apakah Anda sudah punya keyakinan, pikiran, kata-kata, dan tindakan yang baik dan benar tentang hidup? Kalau sudah benar, pasti nasib hidup dan nilai yang Anda pegang pun akan menuntun pada kebaikan, kelimpahan, keberkahan, kebijaksanaan, pengetahuan, dan cinta.***(Leo Wahyudi S)

Foto dari https://www.oprah.com/belief/oprah-winfrey-presents-landmark-television-event-belief

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑