Dalam suatu kondisi terpojok atau sedang mengalami ketidakadilan, banyak orang yang selalu mengatakan bahwa Tuhan tidak tidur. “Gusti ora sare”. Dalam situasi tidak mengenakkan orang Indonesia yang agamis selalu mengatakan adagium tersebut. Ini menjadi sebuah ungkapan pasrah, menyerah, keyakinan, atau bahkan harapan.
Ustadz Syaiful Karim menceritakan pengalamannya ketika ia mencoba menanyakan keberadaan Tuhan yang tak pernah tidur itu pada seorang yang taat beragama. Ternyata pertanyaan sederhana itu tidak mudah untuk dijawab. Orang yang ditanya malah kebingungan, dan tidak bisa menjawab. Ia lalu mengatakan, ternyata orang belajar agama malah hilang kesadarannya.
Mencari Tuhan yang tak pernah tidur dalam hidup kita di mana? Menurutnya, ada bagian penting yang cukup kelihatan dalam siklus kehidupan kita yang tak pernah tidur, yaitu nafas kita. Nafas itulah representasi Sang Sumber Hidup. Nafas manusia hidup tidak pernah tidur. Kalau nafas sampai tertidur, berarti kita tertidur selamanya, alias mati.
Guru spiritual mengajak kita merenung untuk menemukan Sang Maha dalam hidup kita melalui nafas. Ada banyak peristiwa sehari-hari yang tak pernah kita sadari yang berkaitan dengan nafas kita. Coba renungkan. Saat melahirkan, saat makan, minum, saat buang air, saat marah, saat memukul, saat menendang, saat melompat, pasti ada saat ketika kita menahan nafas. Saat mengejan, pasti kita menahan nafas. Saat menahan nafas itulah kita menyatu dengan Tuhan, tapi sayang hal itu tak pernah disadari.
Orang di seluruh dunia yang belajar tentang kesadaran adalah soal olah nafas. Nafas menjadi kekayaan luar biasa bagi manusia yang sadar. Thich Nhat Hanh, biksu dari Vietnam, mengatakan bahwa nafas itu bagaikan jembatan yang menghubungkan hidup pada kesadaran. Jembatan itu menyatukan tubuh dan pikiran. Ketika pikiran kita kacau, gunakan nafas kita sebagai sarana untuk menjinakkan pikiran kita kembali.
Dengan menyadari harta tak ternilai dalam hidup itu, menurut Syaiful, tidak ada lagi alasan manusia untuk selalu mengeluh. “Jangan pernah bilang tidak punya apa-apa. Semua kekayaan dan harta duniawi akan hilang saat nafas kita berhenti,” katanya. Nafas menjadi bukti kekayaan ilahi dan bukti bahwa kita masih hidup dan menjalankan panggilan kehidupan.
Kalau kita sedikit sadar, maka nafas secara alami akan masuk dalam kesadaran kita. Jika kita bertahan dengan kesadaran itu, maka nafas akan menjadi sebuah akses pada sebuah kemungkinan-kemungkinan yang lebih luas lagi. Nafas adalah sumber kehidupan. Maka kalau bingung mencari Sang Sumber Kehidupan, Dia benar-benar dekat dengan diri kita, yaitu di nafas kita. Nafas yang keluar masuk dari hidung kita. Di sanalah akses untuk segala kelimpahan dan kekayaan semesta.
Anand Krishna, seorang guru spiritual, berpesan agar kita mengisi hidup kita dengan kesadaran. Dengan kesadaran itu kita akan mengamini bahwa tugas dan segala yang kita lakukan dalam hidup adalah ibadah. Katanya, Tuhan berada di mana-mana. Ia Maha Ada. Kita tidak perlu mencariNya ke mana-mana. “Carilah Tuhan di sini, di dalam dirimu, di sekelilingmu!”
Tulisan ini bisa menjadi inspirasi bagi siapapun yang kebingungan mencari-cari Tuhannya saat dibutuhkan. Ternyata Dia tidak jauh. Sedekat nafas yang keluar dan masuk dari hidung kita. Dialah kehidupan dengan kekayaan, kelimpahan, dan kekuasaanNya. Nafas dan kesadaran kitalah yang menjadi kunci pembukanya. Saat mengambil nafas, bahagiakan dirimu. Saat menghembuskan nafas, bahagiakan segala makhluk. Ini pesan Dalai Lama. mari kita coba menyadari dan mensyukuri kekayaan hidup yang tak pernah kita sadari itu.***(Leo Wahyudi S)

Leave a comment