Inspiration

BELAJAR DARI BURUNG

Seorang guru bijak bercerita tentang seekor burung kecil yang selalu ceria. Karena terlalu ceria, sampai ia lupa untuk terbang bermigrasi ke daerah yang lebih hangat atau panas. Kala itu musim dingin telah tiba dan seharusnya burung itu sudah terbang sebelum musim dingin. Alhasil, burung itu pun menyadari keterlambatannya dan kemudian terbang untuk mencari daerah yang hangat.

Sayangnya musim dingin itu terlalu menusuk. Belum berapa lama terbang, burung kecil itu jatuh karena kedinginan. Sayapnya membeku sehingga tak bisa digerakkan. Beruntung saat itu ada kawanan sapi yang lewat. Seekor sapi tiba-tiba membuang kotoran, persis jatuh pada burung malang yang membeku itu. 

Burung itu kaget, tapi tak kuasa menghindar. Akhirnya ia tenggelam dalam kotoran sapi tersebut. Betapa terkejutnya burung kecil itu, ketika ia merasakan badannya menghangat. Sayap-sayapnya yang beku pun mulai menghangat karena es yang melingkupinya mencari. Burung kecil itu akhirnya menikmati kehangatan di dalam kotoran sapi. Burung itu menemukan keceriaannya kembali. Ia kembali bernyayi riang.

Suara burung kecil itu ternyata terdengar oleh seekor kucing yang kebetulan sedang mencari mangsa di sekitar tempat itu. Kucing lapar itu lalu mencari dan menghampiri kotoran sapi. Burung itu tak menyadari bahaya yang datang. Akhirnya, kucing itu menemukan santapannya. Burung   kecil yang malang itu pun mati. 

Ada pesan moral dari cerita itu. Kata guru bijak, belum tentu kotoran sapi itu mematikan. Tidak semua orang yang menuangkan kotoran pada diri kita itu adalah musuh. Tidak semua orang yang menolong kita itu teman yang berniat baik. Maka, hal terbaik yang seharusnya dilakukan adalah tetap diam saat tertimpa kotoran. Pesan moral ini disampaikan dengan lugas dan sederhana. Namun maknanya tidak sesederhana itu. 

Jangankan tertimpa kotoran, saat terinjak atau terpegang tanpa sengaja pun kita sudah berteriak dan mengumpat tiada habisnya. Mungkin kita kalau terkena kotoran reaksinya juga akan cerewet, tanpa memahami makna di balik itu. Mungkin saja kita menginjak kotoran itu sebenarnya waktu kita diperlambat, sehingga kita terhindar dari sebuah kemalangan. Mungkin saja saat kita mengalami pengalaman pahit, kebuntuan dan kebekuan kita sedang diluruhkan. Mungkin pula kita saat difitnah atau dijahati orang kita sedang diajari untuk menjadi dewasa dan matang. 

Ada baiknya kita diam saat mengalami kemalangan. Mungkin maksud sang pencerita adalah agar kita tidak bersikap terlalu reaktif, bereaksi membabi buta. Kita harus tetap diam dan berusaha mencari makna baik di balik kemalangan atau kesialan. Tapi kenyataannya, kita justru sering berkoar-koar saat kita menderita, susah, atau mengalami kemalangan. Tak jarang pula orang lain justru bertepuk tangan atas kemalangan kita. 

Mari kita pahami kehidupan sebagai sesuatu yang utuh. Dalam kehidupan kita akan selalu menemui orang baik dan orang tidak baik. Mantan Presiden India, Abdul Kalam berpesan soal kehidupan. Banyak orang berkata agar kita hanya mencari orang-orang baik dan menjauhi yang jahat. Tapi akan lebih bijak kalau kita menemukan kebaikan dalam diri orang lain dan mengabaikan yang jelek dalam diri orang itu. Toh hidup tak ada yang sempurna. Maka, jadilah burung yang bijak, agar bisa terbang dengan selamat dan tidak dimangsa kucing.***(Leo Wahyudi S) 

Foto dari https://pixabay.com/photos/bird-dead-bird-death-gray-death-3549732/

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑