Inspiration

GAYA HIDUP

Saya terinspirasi untuk menuliskan permenungan ini ketika di awal tahun bertemu dengan beberapa sahabat. Apa yang saya tuliskan nanti bukan bermaksud untuk mendiskreditkan atau meminggirkan perempuan yang bisa memantik polemik sensitif terkait isu gender. Ini hanya obrolan ringan di sebuah cafe sambil ngopi.

Saya tergelitik ketika salah seorang teman ngobrol tiba-tiba menjadi agak genit ketika seorang gadis SPG (Sales Promotion Girl) menghampiri kami untuk menawarkan produk rokok. Teman saya dengan luwes dan ramah mempersilakan gadis yang berpenampilan atraktif itu untuk duduk bersama kami. Tanpa canggung ia nimbrung. Teman saya pun dengan lincah meladeni. Seolah sudah terbiasa bergaul dengan gadis-gadis SPG.

Ketika obrolan makin menghangat dan bahasa tubuh sudah mulai menghangat. “Heh, ingat umur. Jangan macam-macam. Itu seumuran anakmu, lho!” kata saya sambil bercanda. Kami semua tertawa, termasuk gadis SPG yang mulai centil itu. 

“Jaman sekarang umur bukan persoalan. Mau umur berapa pun yang penting dompetmu tebal apa nggak. Duit berbicara. Perempuan juga tidak mempersoalkan umur, yang penting duit,” sanggah teman saya sambil mendekati gadis itu sambil tersenyum. 

Sambil menyeruput kopi Americano saya merenungkan kata-kata teman saya tadi. Ternyata ada benarnya. Di kehidupan modern yang serba instan dan hedonistik saat ini, uang menjadi raja. Uang yang disembah dan dipertuhankan melebihi Tuhannya. Barangsiapa memiliki uang banyak, maka harta, tahta, dan wanita sudah berada dalam genggaman. Seisi dunia pun seolah dapat terbeli oleh hartanya. 

Dalam dunia patriarkis seperti di Indonesia, wanita kadang masih dinomorduakan, dianggap komoditi, dianggap objek yang sewaktu-waktu bisa dibeli dengan harta. Kapan pun harta siap, wanita akan mudah didatangkan dan diapa-apakan. Usia bukan masalah. Apalagi bagi orang-orang berduit dan pejabat mapan seperti teman tadi. Bahkan yang tak punya uang pun berambisi merebut kuasa dan wanita dengan menghalalkan segala cara. Inilah gaya hidup hedonistik di abad yang makin canggih ini. 

Saya bisa ngomong seperti ini karena bukan dari golongan pejabat yang berduit. Mungkin seandainya saya berduit dan punya kuasa, saya jelas tidak akan menulis seindah ini. Benar kata orang bijak, ketika orang tidak berduit, kantong kempes, bokek, akan mendapat jutaan pelajaran tentang keutamaan hidup. Sebaliknya, orang yang berkantong tebal akan dimanjakan, bahkan dirusak dengan jutaan cara. 

Faktanya kalau saya amati memang demikian. Saya bisa menghargai kata syukur, sekalipun hanya ada selembar uang kertas di dompet. Saya bisa mengerti kalau ada orang yang tak sanggup membeli nasi bungkus yang layak meski hanya sekali dalam sehari. Saya mengerti bagaimana rasanya hidup berkekurangan. Saya menyadari ada bau keringat di balik koin dan uang kertas yang mampir di dompet kita sehingga tidak akan menghabiskannya dengan sia-sia. 

Kalau orang yang berlebihan hartanya, mereka cenderung menganggap mudah segala urusan karena segalanya serasa dapat dibeli dengan uangnya. Sebuah relasi bagi orang berduit didasarkan pada hubungan transaksional, untung dan rugi. Bukan ketulusan persahabatan. Mereka gampang menghamburkan dengan sia-sia karena uang sudah tak ada nilainya. Mereka lupa nikmatnya nasi bungkus yang murahan, karena bisa membeli makanan termahal sebagai simbol prestise. Bukan untuk dimakan habis, tapi disisakan dan dibuang di tempat sampah. Tentu tak semua orang berduit dan tajir melintir seperti anggapan saya ini. Tapi kecenderungan itu ada. 

Saya tidak muluk-muluk bicara soal uang kertas bernominal besar. Mari kita belajar dari uang receh, koin. Hidup itu ibarat sebuah koin yang punya dua sisi. Ada kesenangan dan penderitaan. Ada kemewahan dan kekurangan. Ada kaya dan miskin. Ada sehat dan sakit. Namun hanya satu sisi koin yang dapat kita lihat. Pada gilirannya, kita akan dapat melihat dan mengalami sisi sebelahnya. Kita dapat menggunakan koin yang sama itu hanya sekali saja. Terserah kita untuk apa saja. Mau dihabiskan untuk yang baik, atau untuk yang tidak baik. Itu soal pilihan hidup.***(Leo Wahyudi S)

Foto dari https://www.kaskus.co.id/thread/600cdd34af7e931c16630150/flirting-rayuan-maut–temen-gw-nanya-gimana-sih-cara-cewek-flirting-ke-cowok/2

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑