Minggu lalu saya kedatangan tamu seorang sahabat. Kedatangannya ternyata punya maksud. Tetiba ia memberikan beberapa bungkusan. Isinya tas, sepatu bermerek terkenal, jam tangan, lalu obat gosok impor. Bungkusan-bungkusan itu pun lalu diberikan kepada saya sebagai hadiah untuk anak saya pada saat kenaikan kelas. Saya ternganga sejenak karena tidak percaya dengan pemberian dari sahabat saya tersebut. Lalu buru-buru saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih dan rasa syukur saya.
“Saya memberikan ini semua karena saya memang ingin memberikan. Saya bahagia sekali kalau orang yang saya beri ternyata senang karena pemberian itu bermanfaat sekali. Itu sudah lebih dari cukup buat saya,” kata sahabat tadi. Ia mengaku kalau ia ingin memberi, maka yang ia berikan adalah benda-benda yang bagus dan ia sayangi. Bahkan ia punya kebiasaan untuk berbicara kepada barang-barang yang akan diberikan itu supaya mereka nanti setia pada pemiliknya yang baru. Saya kembali terdiam mendengar penuturan sahabat tadi. Saya melihat ketulusan dan kebahagiaan saat ia memberikan apa yang ia miliki.
Sependek pemahaman saya, itulah makna sesungguhnya bersedekah. Sedekah merupakan tindakan untuk memberi dengan ikhlas, tanpa pamrih, sekalipun itu pamrih ucapan terima kasih, atau pamrih agar ditonton oleh netizen, seperti yang terjadi dalam tayangan televisi atau kanal media sosial. Bukan memberi dan bersedekah agar ditonton dan disukai. Sebenarnya keikhlasan bersedekah itu akan membangkitkan perasaan dan emosi positif bagi pemberi maupun penerima. Perasaan bahagia saat memberi dan bersedekah ini yang menjadi poin penting dalam kehidupan nyata.
Dari peristiwa ini saya lalu teringat apa yang diungkapkan oleh Irwan Hidayat, Presiden Direktur PT Sido Muncul, yang sekaligus pemilik perusahaan keluarga itu. Ia pernah mengatakan bahwa dengan memberi dia tidak serta merta menjadi miskin. Milyuner sekaligus pendiri Grup Mayapada, Dato Sri Tahir, pun pernah mengatakan hal yang sama. Mereka adalah contoh sosok-sosok murah hati yang tidak pernah berhenti bersedekah dan berdonasi. Harta mereka juga tak pernah surut karena donasi milyaran yang mereka berikan. Inilah salah satu keajaiban memberi dan bersedekah.
Sedekah tidak harus berupa harta benda. Sedekah bisa dengan memberikan bantuan jangka panjang, sedekah makanan atau pakaian bagi yang memerlukan, sedekah ilmu, sedekah tenaga dan keahlian, sedekah hati, sedekah doa. Yang terpenting untuk diingat bahwa sedekah tidak harus selalu dalam bentuk barang atau uang, melainkan juga bisa berupa bantuan dan niat baik dengan tindakan yang bermakna bagi orang lain. Sedekah juga harus dilakukan dengan ikhlas dan tanpa mengharapkan apapun sebagai balasan.
Ketika kita bersedekah dengan tulus ikhlas, maka akan ada perasaan bahagia dan rasa berkelimpahan yang muncul. Perasaan bahagia dan berkelimpahan ini lalu bergaung ke semesta. Frekuensi dari perasaan kita lalu nyambung ke semesta dan Sang Maha Berkelimpahan dan Sang Maha Murah. Rasa bahagia, rasa syukur, rasa berkelimpahan itu akan menarik rasa yang sama dari semesta. Ketika frekuensi itu kembali kepada kita, maka kita pun akan dilimpahi oleh kebahagiaan, kelimpahan, dan kebaikan.
Inilah alasannya mengapa orang yang memberi akan menerima balasannya. Inilah rahasia keajaiban sedekah. Rasa berkelimpahan dan bahagia itulah yang menarik kebahagiaan dan kelimpahan ke dalam hidup kita. Karena semesta mengembalikan apa yang kita rasakan. Maka jangan pernah menghitung apa yang kita berikan. Jangan pernah membayangkan pahala, karena itu pamrih. Sekecil apa pun itu. Tapi, tumbuhkan rasa syukur dan bahagia saat kita memberi, sehingga kita akan mendapatkan kelimpahan, entah bagaimanapun caranya. Semakin banyak memberi, akan semakin banyak menerima.
Marilah kita berlomba untuk memberikan sedekah kepada orang lain, keluarga, anak, tetangga, sahabat. Bersedekah tanpa pamrih. Niscaya kita akan terhubung dengan keberlimpahan semesta dan Sang Maha Murah yang siap mendatangkan kelimpahan dalam hidup kita. Tak seorang pun akan jatuh miskin karena bersedekah atau memberi. Jangan pernah mengingat-ingat saat kita memberi. Tapi jangan pernah melupakan pada apa yang kita terima. Selamat bersedekah. ***(Leo Wahyudi S)
Foto dari https://www.bwi.go.id/7968/2022/04/25/kisah-sedekah-ini-bikin-rasulullah-teteskan-airmata/

Leave a comment