Doa menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan orang beragama. Dalam doa terkandung keinginan dan pujian kepada Yang Kuasa. Namun kenyataannya, dalam doa itu banyak permintaan dan sedikit pujian. Sayangnya pula, banyak permintaan belum tentu pula banyak dikabulkan. Karena merasa tidak kunjung dikabulkan, maka doa pun dilambungkan dengan semakin gigih, semakin ngotot, dan semakin intensif.
Akhirnya yang muncul adalah pernyataan dan kesaksian transaksional. Doaku banyak, permintaanku banyak, tapi yang terkabul cuma sedikit. Bahkan kadang tidak ada yang dikabulkan. Kalaupun ada, itu belum tentu sesuai harapan. Kenapa sih, Tuhan, salah apa dengan doaku?
Padahal dalam Kitab Suci tertulis dengan jelas saat Yesus mengatakan, “Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Bagi saya, ini adalah ayat yang luar biasa ampuh. Kalau ini diimani dan diterapkan dengan benar, tak ada doa yang tak terkabul. Dengan banyaknya kasus doa yang tak terkabul, berarti ada cara yang kurang tepat yang selalu terlewat oleh orang-orang yang meminta dalam doa.
Menurut pakar ilmu agama dan pengarang Irlandia, Joseph Murphy, ada dua kesalahan mendasar yang menyebabkan permintaan dalam doa tidak terkabul. Kedua faktor itu adalah kurangnya keyakinan dan terlalu banyak usaha yang memaksa. Tanpa keyakinan, atau iman, apa yang kita doakan hanya berada di mulut dan pikiran saja. Bukan dari hati dan perasaan. Ketika kita tidak yakin, kita tak akan pernah menerima apa yang kita minta.
Faktor kedua, pernahkan Anda berada dalam situasi yang pelik sehingga harus mendaraskan doa seintensif mungkin? Semakin kepepet, semakin kita berambisi dan memaksa Tuhan atau semesta untuk segera mengabulkan doa kita. Padahal, justru semakin kita memaksakan kehendak, semakin kecil kemungkinan doa terkabul. Justru dengan pemaksaan mental dan rohani seperti itu malah menunjukkan kekhawatiran, ketakutan, kekurangan, dan pikiran negatif lain yang tak kita sadari saat berdoa. Akibatnya, ambisi dan pemaksaan itulah yang menutupi jalan semesta untuk terkabulnya suatu doa.
Doa itu ibarat menyerahkan proposal permintaan kepada Tuhan dan semesta alam dengan penuh keyakinan. Begitu sudah diberikan, biarkan Tuhan dan semesta yang bekerja dan memprosesnya. Kita berarti menyerahkan diri secara ikhlas pada Sang Maha Kaya. Frekuensi kita menyatu dengan frekuensi semesta yang berkelimpahan. Tapi yang terjadi pada umumnya justru berkebalikan. Kita malah semakin merengek, mengingat-ingat terus permintaan itu. Bahkan kian hari kita kian menjerit dan memaksa agar sesegera mungkin doa kita dikabulkan.
Bayangkan Anda disodori proposal oleh seseorang. Proposal itu sebenarnya menarik Anda untuk mengabulkan permohonan orang itu. Tapi karena orang itu kelewat memaksa dan meneror kita setiap hari, setiap waktu, maka hasrat kita yang awalnya akan memberi menjadi muak. Akhirnya mungkin Anda berubah pikiran dan tidak menggubris lagi proposal itu. Demikian pula Tuhan dan semesta. Semakin kita memaksa, semakin jauhlah yang kita minta.
Bahkan, dengan kita merengek dan selalu meminta sedemikian rupa, sesungguhnya kita sedang mempertontonkan mental bawah sadar bahwa kita miskin dan kekurangan. Celakanya, rasa miskin dan kurang inilah yang direkam dengan baik oleh alam bawah sadar. Lalu getarannya dipancarkan dan dikirimkan ke Tuhan dan semesta. Lalu Tuhan dan semesta pun mengembalikan pantulan getaran miskin dan kekurangan itu. Akibatnya, kita terus meminta karena tetap merasa kekurangan. Hukum tarik menarik pun terbukti. Apa yang kita pikirkan, itu yang kita dapatkan. Apa yang kita gambarkan dan rasakan, itu yang kita peroleh. Alhasil, kita mengeluh, “Kenapa sih, Tuhan tidak pernah mengabulkan doaku?”. Lalu Tuhan pun menjawab, “Lah, itu salahmu sendiri, salah pikiranmu, dan salah caramu.”
Banyak orang menutup jalan terkabulnya doa karena tidak paham sepenuhnya bahwa kita manusia dianugerahi kekuatan alam bawah sadar yang luar biasa ampuh. Ketika alam bawah sadar menerima perintah yang jelas, maka ia akan segera mengeksekusinya. Untuk mengaktivasi alam bawah sadar justru diperlukan ketenangan, kepasrahan, dan suasana rileks. Ketenangan itu mengeluarkan getaran yang jernih yang akan ditangkap oleh semesta.
Alam bawah sadar dapat digerakkan oleh perasaan yang muncul dari imajinasi, visualisasi, penggambaran dari permintaan kita dalam doa. Pesan Yesus tadi selalu diabaikan, bahkan oleh orang yang sangat saleh dan beriman. Mereka hanya percaya “Apa saja yang kamu minta dan doakan, maka hal itu akan diberikan.” Mereka justru melupakan bagian terpenting dalam pesanNya, yaitu “…percayalah bahwa kamu TELAH menerimanya…”. Inilah kata kuncinya. Tapi kata kunci ini tak pernah diimani. Sayang sekali.
Murphy merumuskan tiga langkah agar doa kita manjur. Pertama, lihatlah persoalan yang membuat kita berdoa dan meminta. Kedua, pikirkan dan bayangkan solusi atas persoalan dan tanamkan ke alam bawah sadar kita dengan jelas. Langkah ketiga, serahkan ke Tuhan dan semesta dengan penuh keyakinan bahwa semua sudah dikabulkan. Jangan melemahkan doa Anda dengan kata “semoga”, “mudah-mudahan”, “saya ingin”. Tapi katakan dengan keyakinan bahwa permintaan kita “sudah terkabul. Terima kasih.” Bayangkan dan imajinasikan perasaan Anda dari doa yang sudah terkabul sesaat sebelum tidur dengan penuh keyakinan dan iman.
Dengan kata kunci itu Yesus berpesan pada semua umat manusia untuk percaya SEOLAH-OLAH SUDAH menerima apa yang kita inginkan, kita mintakan, dan kita impikan. Kata itu berarti mengajak kita untuk menggunakan kekuatan perasaan dan imajinasi bahwa semua yang kita minta dalam doa itu kita yakini sudah kita terima. Kita gerakkan alam bawah sadar untuk membayangkan apa yang kita minta sudah dikabulkan. Kita bayangkan betapa bahagia, senang, bersyukur, dan indahnya perasaan kita karena permintaan itu sudah kita dapatkan. Setelah itu, lupakan permohonan itu. Tidak usah ngotot dan memaksa. Tugas kita hanya membayangkan perasaan syukur karena terkabulnya doa kita. Lalu, biarkan semesta memroses getaran alam bawah sadar kita. Niscaya doa Anda akan segera dikabulkan. Amin.*** (Leo Wahyudi S)
Foto dari https://www.trinityatfour.org.uk/single-post/2019/02/07/5-good-habits-praying-together

Doa arti jamaknya adalah minta. Manusia tanpa permintaan termasuk sombong dan manusia terlalu banyak permintaan terlalu hina bijaksana dalam meminta
LikeLiked by 1 person
Luar biasa. saya sepakat dengan dua dikotomi sikap orang dalam doa. berada di tengah kutub itu rasanya lebih bijak, meminta dan memuji. makasih komentarnya.
LikeLike