Inspiration

THE MAGIC OF SILATURAHMI

Saya tergelitik dengan sahabat saya yang sedang jadi pengacara, pengangguran banyak acara, sibuk beredar ke mana-mana, menemui siapa pun yang mau ditemui. Tentu dalam rangka mencari kabar kalau-kalau ada lowongan kerja yang pas buat dirinya. Ia aktif menjalin jejaring dengan melawan kemapanan generasi rebahan. Usahanya pun tak membohongi hasil. Ia akhirnya mendapat pekerjaan. Itulah sebabnya ia mengatakan kepada saya, “The magic of silaturahmi, Mas.”

Silaturahmi adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang sering digunakan untuk menyebut tindakan atau amalan menjalin tali persaudaraan atau persahabatan. Secara harfiah, kata “silaturahmi” dapat diartikan sebagai “menjalin hubungan yang baik dengan kerabat atau orang-orang di sekitar kita”. Dalam konteks keagamaan Islam, Silaturahmi memiliki makna yang lebih dalam dengan tujuan mempererat tali ukhuwah atau persaudaraan sesama muslim, dan disunahkan oleh agama Islam sebagai amalan untuk memperoleh pahala dan memperoleh kebaikan dalam kehidupan dunia dan akhirat. 

Dalam konteks luas, semua orang boleh melakukan silaturahmi tanpa harus ada sekat agama atau golongan. Silaturahmi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti berkunjung ke rumah teman atau keluarga, mengirim ucapan atau hadiah, dan berkomunikasi secara teratur. Dalam kehidupan sehari-hari, silaturahmi dianggap penting untuk memperkuat hubungan sosial, membangun jaringan pertemanan, dan melestarikan nilai-nilai kebersamaan. Banyak yang percaya kalau silaturahmi juga menjadi jalan pembuka rejeki dan berkah kebaikan. 

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Menurut Albert Einstein, manusia adalah bagian dari keseluruhan, yang kita sebut ‘Semesta’, bagian yang terbatas oleh waktu dan ruang. Tetapi ketika manusia mengalami dirinya, pikiran dan perasaannya sebagai sesuatu yang terpisah dari yang lain, berarti ia sedang mengalami semacam delusi optis tentang kesadarannya. Delusi ini semacam penjara bagi kita, membatasi kita hanya pada hasrat-hasrat pribadi dan pada kasih sayang untuk beberapa orang terdekat, sehingga membatasi interaksi dan membatasi hakikatnya sebagai makhluk sosial. Rasa keterpisahan dan kesendirian itu menciptakan sebuah penjara sosial ciptaannya sendiri.

Tugas kita adalah membebaskan diri dari penjara ini dengan memperluas lingkup relasi, interaksi, perhatian dan belas kasih kita untuk merangkul semua makhluk hidup dan seluruh alam di dalam keindahannya. Termasuk dengan silaturahmi. Tidak seorang pun mampu mencapai ini secara utuh, tetapi usaha untuk mencapainya adalah bagian dari pembebasan itu sendiri dan landasan bagi rasa aman di dalam diri. Begitu nasihat orang pintar.

Einstein meyakini kalau rasa terpisah itu bukan persepsi yang benar, karena kita saling terhubung dan menjadi bagian dari keseluruhan yang besar. Konsep ini dikaitkan dengan gagasan bahwa semua menyatu dalam kesadaran yang satu dan keyakinan bahwa segala sesuatunya adalah satu. Meski menjadi dedengkot ilmu fisika, pemikiran Einstein tentang realitas dan kesadaran manusia ini memberi dampak penting bagi spiritualitas dan filsafat di kemudian hari. Silaturahmi ini menjadi salah satu bentuk nyata agar manusia tetap terhubung satu sama lain. Dari sinilah lahir the magic of silaturahmi, sahabat saya akhirnya mendapat pekerjaan kembali berkat silaturahmi intensif.*** (Leo Wahyudi S)

Foto diambil dari https://kalam.sindonews.com/read/669217/68/8-cara-menjaga-silaturahmi-nomor-terakhir-dimudahkan-segala-urusannya-1643274088

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑