Inspiration

BULU KEMOCENG

Alkisah ada seorang tukang gosip yang menyesali perbuatannya. Gegara gunjingannya nama dan reputasi tetangganya menjadi jelek di mata banyak orang. Padahal apa yang digunjingkan tentang tetangga itu tidak benar. Tapi semua orang sudah terlanjur memberi cap jelek terhadap tetangga penggunjing itu.

Dengan penuh penyesalan, tukang gosip itu mendatangi seorang pemuka agama untuk mengakukan dosanya. Sebagai rasa penyesalannya dan untuk menebus kesalahannya, orang itu mau melakukan apa saja. 

“Pergilah ke pasar dan belilah sebuah kemoceng. Saat kau pulang dari pasar, cabutilah setiap bulu kemoceng itu hingga kau sampai ke rumah,” kata pemuka agama yang bijak itu.

Tukang gosip pun melakukan apa yang diperintahkan pemuka agama itu. Ia mencabuti setiap bulu kemoceng itu dalam perjalanannya dari pasar. Dua hari kemudian tukang gosip kembali menemui pemuka agama untuk melaporkan bahwa ia sudah menjalankan perintah dengan baik.

“Sekarang juga, kau kembali ke pasar. Cari dan kumpulkan kembali bulu-bulu kemoceng yang kau lepas kemarin lusa. Lalu bawalah kepadaku,” kata pemuka agama.

Setelah berusaha keras, tukang gosip itu pun akhirnya kembali menemui pemuka agama. Ia hanya membawa dua helai bulu kemoceng yang ia lepaskan hari sebelumnya. Ia masih belum mengerti juga maksud pemuka agama itu.

“Sadarkah kau sekarang, bahwa gunjingan yang keluar dari lidahmu itu seperti bulu kemoceng yang kau lepaskan. Dan kini bulu-bulu itu sudah terbang terbawa angin, entah ke mana. Kau sekarang tidak bisa mengumpulkannya kembali,” kata pemuka agama.

Gosip, ghibah, menggunjing, membicarakan keburukan orang lain memang menjadi hobi menggiurkan untuk banyak orang. Ada keasyikan tersendiri dalam menggunjing. Bahkan banyak juga yang kecanduan dengan kegiatan meng-ghibah. Bahkan banyak acara hiburan di televisi yang isinya gosip ke para selebritas. 

Ghibah sekarang semakin dimudahkan. Bukan hanya melalui lidah dan mulut, tetapi jari-jari pun mudah mengetikkan kata-kata gunjingan melalui media sosial. Efeknya tak kalah dahsyat dengah ghibah lidah. Saya tidak sedang menghakimi, tetapi juga sedang berefleksi diri, karena saya juga acapkali menikmati acara gosip berjamaah seperti itu. Apalagi kalau objek atau orang yang digunjing sangat menyebalkan, entah di lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, kantor, dan yang lebih luas di pemerintahan. 

Saat ini, ketika orang dipaksa banyak tinggal di rumah, ghibah dan gosip seolah menjadi menu wajib. Kebosanan di rumah menjadi berwarna dengan menghadirkan kejelekan orang lain ke rumah untuk memberi hiburan dan hasrat menggunjing. 

Tapi sadarkah kita, bahwa gunjingan yang kita ucapkan, kita ketikkan, kita tayangkan, kita tonton bisa menjadi fitnah yang membunuh karakter orang lain? Sadarkah kita bahwa sekali gunjingan itu terucap atau terkirim, itu sudah tidak akan kembali lagi menjadi baik? Penilaian tentang keburukan orang lain itu akan terbang jauh seperti bulu kemoceng yang dihembus angin. Semesta akan terus menerbangkan bulu kemoceng dengan gosip jelek dan segala aib orang lain. Dan kita tak akan sempat mendapatkan bulu kemoceng itu untuk diperbaiki kembali. Apa yang kita tabur tinggal kita tunggu saatnya untuk menuai. Aib orang yang sudah kita gosipkan takkan pernah kembali. 

Baiklah kita merenungkan kata-kata filsuf Yunani kuno, Socrates, yang pernah mengatakan, “Orang yang berpikiran kuat akan membicarakan gagasan. Orang yang berpikiran sedang akan membicarakan peristiwa. Orang yang berpikiran lemah akan membicarakan orang lain.” Kita termasuk yang mana?*** (Leo Wahyudi S)

Cerita saya adaptasi dari sebuah tulisan anonim beberapa tahun silam melalui media sosial. Terima kasih kepada yang pernah menuliskan kisah kebajikan tersebut.

Foto indianexpress.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑

%d bloggers like this: