Inspiration

MERAYAKAN NATAL DENGAN SEMANGAT SHOSHIN

Apakah Anda pernah mengingat masa kecil dulu, ketika ada mata yang berbinar penuh rasa ingin tahu? Atau, saat Anda melihat seorang anak kecil yang penuh pertanyaan, rasa ingin tahu, ingin belajar sesuatu yang baru? Atau, ketika Anda memperhatikan binar mata seorang anak kecil saat melihat pohon Natal untuk pertama kalinya? Bagi mereka, setiap lampu yang berkelap-kelip adalah keajaiban, dan setiap kado Natal adalah misteri yang mendebarkan sebelum dibuka. Tidak ada prasangka, tidak ada penolakan. Yang ada hanya rasa ingin tahu yang murni.

Saya tertarik dengan pola pikir dan gaya hidup orang Jepang yang menggunakan prinsip Shoshin. Shoshin secara bebas dapat diartikan sebagai pikiran pemula. Saya merasa prinsip orang Jepang dengan semangat Shoshin ini cukup kontekstual dan sangat selaras dengan inti dari perayaan Natal, yaitu kelahiran kembali sang jiwa baru dalam hidup kita.

Kita semua bertumbuh dan berkembang. Belajar dari jenjang terendah hingga tertinggi. Ketika kita sudah menyelesaikan jenjang pendidikan, kadang seiring kedewasaan kita, semakin kita merasa sudah tahu segalanya. Kita tidak tahu, tapi sok tahu. Kita lalu melihat Natal hanya sebagai rutinitas dan kewajiban religius tahunan. Kita menjalani hidup sebagai pengulangan yang melelahkan. 

Namun, ingatlah analogi sederhana ini, sebuah gelas tidak akan bisa diisi air jika ia sudah penuh. Kita semakin merasa paling pintar karena banyak yang sudah kita ketahui. Padahal, semakin kita merasa paling tahu, semakin sulit bagi kita untuk bertumbuh. Ego sering kali menjadi penghalang bagi keajaiban yang paling sederhana sekalipun. Jika kita merasa sudah ahli, sudah jago, sudah pintar dalam hidup, kita sedang menutup pintu bagi pelajaran-pelajaran berharga yang ingin Tuhan berikan.

Shoshin mengajarkan kita untuk melihat setiap momen seolah-olah itu adalah matahari terbit yang pertama kali yang kita saksikan di pagi hari. Semangat Shoshin mengajak kita untuk melihat segala peristiwa sebagai sebuah keajaiban dan kebaruan. Natal pun demikian. Semangat Natal bukan sekadar merayakan peristiwa ribuan tahun lalu yang harus diulang karena kewajiban religius. Tetapi, Natal adalah tentang mengizinkan sesuatu yang suci lahir kembali di dalam hati kita hari ini. Natal adalah kelahiran baru dengan pikiran baru bagaikan anak kecil baru belajar tahu. Sebagaimana Shoshin, Natal adalah seni untuk melihat matahari terbit di setiap hari baru.

Kita semua bisa memulainya dengan mengadopsi semangat Natal. Caranya adalah bersikap seperti anak kecil yang polos, yang menanggalkan segala asumsi. Kita bisa menemui orang lain di sekitar kita tanpa harus ada prasangka dan label lama yang kita sematkan. Kita dapat membagikan kasih tanpa harus menghakimi. 

Ketika menghadapi persoalan hidup, kita bisa menempatkan diri sebagai orang yang belum tahu dan ingin tahu. Kita ingin belajar tentang hidup dengan menjadi penanya, bukan penjawab yang sok tahu. Kita bisa menyelesaikan masalah dengan rasa ingin tahu, bukan dengan mengeluh bahwa kita seolah sudah tahu bahwa masalah itu tidak akan terselesaikan. 

Sebagai seorang anak kecil yang ingin tahu, kita harus belajar memberi jeda untuk berpikir. Bukan asal teriak dan menghakimi. Kita belajar memberi jeda melalui keheningan seperti seorang pelukis yang diam sebelum menggoreskan kuas pertama di kanvasnya. Sebagai seorang pembelajar kita belajar untuk mendengarkan bisikan nurani sebelum bertindak. Inilah semangat Shoshin. 

Semakin kita belajar banyak hal, semakin kita merasa sedikit yang kita ketahui. Seorang guru sejati adalah mereka yang menempatkan diri sebagai murid yang selalu ingin belajar. Natal mengingatkan kita bahwa kekuatan terbesar justru muncul dalam bentuk kesederhanaan seorang bayi di palungan. Itulah simbol Shoshin yang paling nyata, kesederhanaan, kepolosan, keterbukaan, kerendahan hati, dan potensi yang tak terbatas untuk menghargai segala sesuatu sebagai sesuatu yang baru. Bahkan setiap hirupan nafas kita adalah sesuatu yang baru, karena hidup selalu bergerak maju. 

Mari kita jadikan momen Natal tahun ini sebagai titik balik. Kita belajar melepaskan rasa sok tahu, sudah tahu, sok ahli sebagai beban yang melelahkan. Kita mulai belajar untuk memeluk rasa ingin tahu yang murni seperti anak kecil. Saat kita berani menjadi pemula lagi, setiap pengalaman akan terasa baru, setiap kesalahan menjadi langkah perbaikan, dan setiap pertanyaan akan membuka cakrawala baru. Setiap detik denyut nadi dan tarikan nafas pun menjadi keajaiban baru yang layak disyukuri. Selamat menyambut jiwa yang baru. Selamat mempraktikkan Shoshin dalam hangatnya Natal. Selamat Natal, Saudara-saudaraku. ***

2 thoughts on “Inspiration

Add yours

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑