Dalam banyak peristiwa yang menyedihkan, menyakitkan, terpuruk, kekurangan, kata penghiburan yang paling serang kita dengar adalah soal sabar. “Yang sabar ya”, “Yang tabah ya”, “Hatimu harus sabar menerima ini”, dan lain sebagainya. Tapi di balik kata sabar itu, saya menduga, baik yang ngomong maupun yang diomongin soal kesabaran itu menangkap makna terdalam dari kata sabar itu.
Misalnya, saat kita sakit lalu ada orang lain atau sahabat yang menjenguk, mereka secara spontan akan mengatakan, “Yang sabar ya.” Mudah bagi yang mengatakan, dan tidak mudah bagi yang menjalani. Apakah maksudnya si sakit disuruh sabar menanggung penyakit, disuruh menikmati rasa sakit, atau sabar untuk hidup dengan selalu sakit? Kata sabar menjadi punya banyak makna.
Kata sabar itu muncul sebagai simbol pengingat untuk jeda sejenak untuk menyikapi suatu proses dalam kehidupan yang tidak sejalan dengan harapan. Hidup itu pun adalah proses dari tidak ada menjadi ada karena ada nafas, ada oksigen, ada roh, jiwa sehingga tubuh kita menjadi hidup. Ketika proses itu seolah terganggu, atau terhenti sejenak, di sanalah kata sabar itu muncul.
Setiap orang pasti punya mimpi, dambaan, harapan dalam hidup yang akan diraih. Entah itu soal kejayaan, kemuliaan, kekayaan, kesehatan, prestasi, dan sebagainya. Ketika proses untuk menggapai mimpi itu terganggu atau terhenti atau macet, maka kita disuruh sabar. Kita harus sabar dalam penantian, sabar dalam proses, sabar dalam harapan, sabar dalam usaha.
Lalu apa sih makna kata sabar? Sabar itu bukan sikap pasrah yang pasif. Justru sabar yang benar adalah sikap aktif dan tetap percaya pada sebuah proses. Dalam kesabaran itu ada keyakinan atau iman bahwa apa yang kita inginkan akan tercapai. Dengan sikap sabar, kita berarti tetap menjaga keyakinan agar selalu di jalan menuju pencapaian. Sabar berarti menunggu dalam keyakinan penuh bahwa apa yang kita inginkan tidak akan terjadi secara instan. Proses terjadinya impian kita itu butuh waktu dan keyakinan bahwa impian itu pasti terjadi, sekalipun sepertinya tidak ada apa pun yang terjadi.
Saat menunggu adalah saat dimana iman dan keyakinan diuji. Apakah kita tetap di jalur keyakinan pada sebuah proses? Atau kita lalu pasrah dan menyerah dengan melepaskan keyakinan bahwa semua sedang terjadi, meskipun belum terjadi?
Mari kita belajar dari para petani yang setia menanti benih padi hingga panen. Tidak ada cerita tentang benih padi yang langsung menjadi beras yang siap kita panen. Mereka sabar menjalani sebuah proses menanam dan menantinya hingga panen dengan penuh keyakinan. Yang dipupuk setiap hari adalah benih padi dan iman sang petani yang makin hari makin tumbuh subur. Petani itu yakin pada hukum alam, kekuatan semesta dan Tuhan bahwa benih itu sedang diproses agar menjadi sesuai dengan harapan dan usaha kita.
Sabar itu adalah menunggu dengan penuh keyakinan dan iman. Sabar ini menjadi latihan untuk memperdalam iman serta memperteguh keyakinan bahwa mimpi kita akan terwujud. Kesabaran hanya akan rusak oleh keraguan. Keraguan sekecil apa pun itu merusak keyakinan dan iman. Ibaratnya, saat rasa ragu muncul kita sedang mencongkel benih yang baru kita tanam untuk mengecek apakah akarnya sudah tumbuh atau belum. Benih yang dicongkel dan dilihat setiap hari tidak akan tumbuh menjadi tanaman yang kita harapkan. Itulah sebabnya kita tidak pernah memanen dari apa yang kita tanam dan doakan, karena setiap hari kita mencongkel benih impian itu dengan keraguan demi keraguan setiap hari.
Sabar itu butuh keyakinan yang aktif pada kekuatan semesta yang tak terlihat yang punya hukumnya sendiri. Sabar itu perlu kesadaran bahwa impian kita pasti terwujud. Sabar dan percaya itu berarti kita harus menghilangkan rasa ragu, ketidaksabaran, ketergesaan demi hasil yang instan. Sabar itu adalah menunggu sebuah proses berjalan secara utuh dengan penuh keyakinan. Kita yakin bahwa impian kita sudah dalam perjalanan sekalipun belum ada bukti fisik. Dengan keyakinan itu kita tidak perlu mengendalikan atau mereka-reka tentang bagaimana arah mimpi atau dari siapa mimpi kita akan terwujud. Biarkan Tuhan dan Semesta mewujudkan seluruh impian itu. Soal cara dan waktu bukan urusan kita. Urusan kita adalah menanti dengan penuh keyakinan yang dibungkus dengan kata sabar.
Semakin kita memaksakan keinginan, semakin jauh dan sulit keinginan itu akan terwujud. Semakin kita membiarkan dan percaya, maka keinginan itu akan datang dengan sendirinya. Biarkan prosesnya mengalir. Jangan pernah kita melawan dan memaksakan aliran semesta. Niscaya keinginan kita pasti terwujud.
Sabar dalam keinginan berarti bahwa perjalanan menuju tujuan itu sama pentingnya dengan tujuan yang hendak kita capai. Kita harus menikmati perjalanan dan proses menuju terwujudnya keinginan kita. Neville Goddard mengatakan setiap momen perjalanan menuju impian adalah momen pertumbuhan dan upaya penyelarasan diri pada sesuatu yang lebih berkualitas. Nikmati proses dalam kesabaran sampai impian kita terwujud. Itulah pesan di balik kata sabar. ***

sabar itu berat.. kira² brp ton kah?? Wasyuuu ik
LikeLike