Inspiration

DOA LEWAT RASA, BUKAN KATA

Saya pernah melihat seorang trainer yang sedang memberikan pelatihan pengembangan diri di sebuah forum. Ia mengatakan bahwa semesta itu peka terhadap rasa, emosi, perasaan yang kita pancarkan dari hati. Perasaan yang kita pancarkan ternyata lebih kuat sinyalnya daripada kata-kata. Karena faktanya kadang kita berkata-kata yang indah-indah, tapi hati kita sejatinya penuh dengan emosi negatif, marah, dengki, jengkel, dendam, sakit hati. 

Boleh dikata, doa sesungguhnya adalah perasaan terdalam yang kita pancarkan. Rasa itu melebihi kata-kata pujian yang kita lantunkan. Berpuluh bahkan beratus kali kita mendaraskan permohonan dalam doa, tapi perasaan kita selalu dipenuhi rasa was-was, khawatir, takut, sakit hati, marah. Tidak ada lagi keselarasan antara kata dan rasa. Dan ternyata, semesta lebih menangkap getaran perasaan itu daripada kata-kata yang kita ucapkan. Semesta hanya memantulkan kembali apa yang kita rasakan yang mewujud dalam kehidupan kita. 

Hidup dan realitas kita sesungguhnya hanya cerminan pikiran dan perasaan kita. Dunia dari dalam hati dan pikiran kita menciptakan dunia di luar atau realitas hidup kita. Maka kalau kita menuduh bahwa hidup kita penuh penderitaan dan ketidakadilan itu keliru. Kita tidak mungkin mengubah bayangan jelek muka kita di cermin. Bayangan di cermin itu dunia dan realitas di luar kita. Kalau ingin bayangan yang cantik di cermin, kita sendiri yang harus mengubah diri agar tampil cantik. Realitas kehidupan di luar diri kita adalah cerminan dari pikiran dan hati kita. 

Kalau ingin mengubah realitas, pertama dan terutama adalah mengubah pola pikir dan perasaan kita. Kita tidak reaktif terhadap apa yang kita alami, karena apa yang kita alami adalah bentukan pikiran dan hati kita tentang hidup. Kata Ustad Syaiful Karim, jangan mencari jalan keluar dari permasalahan. Carilah jalan ke dalam agar masalah terselesaikan. Jadi, orang salah kaprah menyebutkan jalan ke luar dari suatu persoalan. Solusinya adalah dengan melakukan perubahan dari dalam diri, dari pikiran, perasaan, hati kita. 

Maka mulai sekarang kita bisa berlatih untuk peka terhadap diri sendiri. Kalau kita meminta dalam doa dan tak kunjung terwujud pasti ada yang salah dengan diri kita. Berarti energi kita belum selaras. Ada tembok yang kita ciptakan sendiri dengan tumpukan ketakutan, keraguan, kekhawatiran. Banyak orang menduga kalau berhenti meminta maka Tuhan dan semesta akan lupa. Ingat, Tuhan dan semesta tak butuh diingatkan lewat kata. Mereka sudah merekam getaran perasaan dan pikiran kita. Doa itu lewat rasa, bukan kata-kata. 

Lalu bagaimana caranya? Mulailah dengan rasa percaya, bukan meminta. Percaya itu adalah soal pilihan setiap detik di hidup kita. Dengan rasa percaya, maka ketakutan, kekhawatiran akan kalah. Jangan mereka-reka tentang bagaimana, kapan, dari mana, oleh siapa doa kita akan terkabul. Itu bukan urusan kita. Kalau kita memikirkan itu semua, kita justru menghalangi aliran energi semesta dan berkah Tuhan. Ketika kita berusaha mengendalikan tentang cara dan dari siapa doa itu terkabul, kita justru sedang mengirim bukti bahwa kita tidak percaya pada Tuhan dan semesta. 

Percaya pada proses ilahi tanpa mendikte berarti membiarkan berkah mengalir dan doa cepat terkabul. Membiarkan adalah jembatan antara keinginan dan proses terkabulnya doa. Ia adalah jembatan yang menghubungkan antara energi yang tak kelihatan dan realitas yang kelihatan. Dengan percaya dan membiarkan, energi kita pun akan makin besar. Kita tinggal meyakini bahwa apa yang kita pikirkan, kita rasakan, dan yang kita pancarkan semua harus selaras. Semesta dan Tuhan hanya akan mengamini semua keselarasan yang kita pikirkan, kita rasakan dan yakini sepenuh hati, tanpa perlu diyakinkan beribu-ribu kali lewat permintaan. 

Kesabaran adalah bentuk dari rasa percaya. Kesabaran bukan penantian sia-sia, tapi penantian dengan iman dan rasa percaya. Sekalipun kenyataannya belum terwujud, rasa percaya itu menuntun semesta untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Realitas dunia di luar diri kita sedang menuju kenyataan sesuai dengan yang kita inginkan. Apa pun yang kita lihat di dunia luar adalah cerminan dari impian yang kita pancarkan lewat getaran rasa. 

Percayalah bahwa kita sedang mewujudkan keinginan kita. Bernapaslah dengan penuh syukur. Kirimkan perasaan gembira penuh syukur seolah-olah apa yang kita inginkan sudah terjadi. Semesta tinggal mengamini dan mendekatkan impian itu semakin menjadi kenyataan. Getaran rasa dan pikiran yang kuat menjadi magnet penarik rejeki, kehidupan penuh cinta, kesehatan prima. Saat kita mengimani hal ini dengan rasa percaya penuh, kita sedang mengamini bahwa semuanya akan terjadi sesuai yang kita inginkan. 

Kita harus yakin bahwa pikiran dan rasa yang selaras menjadi getaran dan sinyal kuat yang membuka pintu semesta yang berisi harta karun, kelimpahan, kesehatan dan segala kebaikan. Kesatuan dan keselarasan pikiran dan rasa menjadi pintu gerbang keajaiban. Semesta sedang mengatur kedatangan pesanan rasa dan pikiran kita. Tugas kita hanya menjaga agar pikiran dan rasa selalu selaras. Tak perlu memaksa, tak perlu mengejar-ngejar, tak perlu buru-buru. Semua terjadi dan indah pada waktunya seturut rasa percaya yang kita getarkan. Semesta mendengar rasa, bukan kata.*** 

Tertarik? Anda dapat membeli buku Doa yang Menggetarkan Langit.

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑