Inspiration

BOCOR ENERGI

Biasanya kita bangun pagi dengan sebuah ungkapan syukur bahwa kita masih diberi kesempatan untuk menjalani hidup. Biasanya pula kita mengawali pagi dengan sebuah atau beberapa niatan baik yang akan dijalani dalam satu hari kehidupan. 

Niatan-niatan yang terkumpul itu menjadi kumpulan doa yang akan menjadi patokan bagaimana kita menjalani sebuah kehidupan di hari itu. Pagi menjadi suasana untuk membuat sebuah rencana tentang apa yang akan dikerjakan, bagaimana akan bersikap, pikiran dan perasaan apa yang akan dibangun agar hari itu menjadi penuh makna. 

Pagi hari adalah saat di mana kita sedang memesan menu kehidupan yang akan kita nikmati selama sehari. Pikiran dan perasaan kita yang kita atur pada pagi akan menciptakan frekuensi yang akan kita jalani. Doa, harapan, impian, pikiran, dan perasaan semua penuh dengan nuansa positif. Konon katanya, kalau kita biasa merasakan kebaikan dan memikirkan kebaikan hari ini, berarti kita juga sedang memesan untuk kehidupan kita di hari berikutnya. 

“Hari ini aku akan tersenyum dengan siapa pun yang kutemui”, “Hari ini aku akan bersikap baik pada semua orang”, “Hari ini aku akan bermurah hati pada teman-temanku”, “Hari ini aku akan lebih mencintai pasanganku”, “Hari ini aku akan lebih memberi perhatian pada anak-anakku”, “Hari ini aku akan lebih peduli bagi sesamaku yang membutuhkan”, “Hari ini aku tidak akan menggosip keburukan orang lain”, “Hari ini aku akan lebih hati-hati dalam berucap”, dan seabrek pikiran dan niatan positif lainnya. Semua sudah bulat dalam niat.

Hari yang akan kita jalani pun dimulai. Kita tersenyum dengan dagu tegak dan penuh keyakinan. Teguh dengan niat baik kita. Kita menjalani dengan penuh optimisme. 

Satu jam kemudian, menjelang kita berangkat ke kantor atau ke sekolah, tiba-tiba kita merasa panik. “Ayo buruan, kita bisa terlambat. Lemot banget, sih!”, “Sepatu dan kaos kaki ditaruh di mana sih?”, “Kenapa buku tidak disiapkan semalam? Dasar!”. Ungkapan sewot dan kesal tiba-tiba meluncur begitu saja saat semua rencana mulai berjalan tidak sesuai jadwal.

Begitu di jalan menuju kantor atau sekolah, ada lagi kejadian lain yang tak kalah bikin kesal. “Woi, matanya dipakai! Kalau nyeberang jangan asal selonong dong!”, “Huh! Kenapa sih bos satu ini sewot amat? Belum juga sampai kantor, sudah nanyain tugas dan target hari ini”, “Sialan, jalanan macet segini parah, bisa telat nih sampai kantor”, “Ah, hujan sialan, bikin macet makin parah!”. Segala umpatan, kejengkelan, rasa gusar, rasa pesimis, langsung menyeruak di pikiran. 

Belum juga dua jam umurnya, niatan baik dan pikiran positif tadi pagi sudah runyam ditelan kemacetan, dirusak pesan singkat atasan yang menanyakan target, dipotong oleh pengendara ugal-ugalan. Rasanya kita jadi lupa dengan niatan dan rencana positif yang sudah kita bangun di pagi hari. Segalanya seolah rusak oleh situasi di luar diri.

Di saat semacam itulah kita sedang mengalami kebocoran energi. Energi positif yang serasa bulat dan solid itu ternyata bocor juga ketika tertusuk situasi tidak mengenakkan yang mengusik pikiran dan perasaan. Rasanya kita sudah mengkhianati niat baik karena ‘ketidakbaikan’ di luar diri kita. 

Agar tidak bocor energi, maka kita hanya perlu menyadari bahwa cetak biru kehidupan kita itu selalu berasal dari dalam diri dan kesadaran kita. Kita punya otonomi atas niatan, pikiran, dan perasaan kita. Kita juga punya pilihan untuk menjauhkan jarum-jarum dari luar itu agar tidak menusuk balon energi kita. Jarum-jarum tajam itu tidak punya kekuatan apa pun kecuali kita sendiri yang menusukkannya di balon energi kita. Reaksi kita terhadap situasi di luar diri itu ibarat jarum tajam yang membuat kita sering mengalami bocor energi.***

One thought on “Inspiration

Add yours

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑