Inspiration

MELEPASKAN DEMI PERUBAHAN

Saya kira kita semua percaya bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan. Semuanya fana, bisa rusak, binasa dan tidak kekal. Sedang perubahan pada hakikatnya adalah menjadi lain atau berbeda dari semula. Perubahan juga dapat diartikan sebagai peralihan, pertukaran, atau perpindahan dari status tetap menjadi status yang dinamis. 

Tidak percaya? Coba kita mulai dari diri kita sendiri. Dulu kita muda, sekarang makin menua seiring pertambahan umur. Dulu kulit kita masih kencang dan bersih, sekarang mulai muncul kerutan. Dulu pipi kita penuh dan ranum, sekarang makin peyot. Dulu gigi kita masih utuh dan rapi, sekarang mulai tanggal satu per satu, rusak dimakan waktu. Dulu rambut kita legam berkilau, sekarang makin jarang dan berubah putih karena menua. 

Banyak orang tidak mau menerima dan menyadari bahwa perubahan itu terjadi di setiap detik hidup kita. Keadaan kita beberapa detik yang lalu sudah berbeda dengan detik ini. Bahkan sebelum membaca tulisan dan setelah membaca tulisan ini pun kita juga mulai berubah. 

Maka saya heran kalau ada orang yang antiperubahan dan menolak perubahan. Setiap saat hidup kita berubah. Jangankan hari, tiap detik pun selalu terjadi perubahan. Saya kadang naif dan tidak mau terima ketika rambut di kepala saya mulai banyak yang beruban, kulit makin berkerut-kerut, lutut makin senut-senut saat berjalan. Saya jengkel ketika reaksi saya kini mulai lamban saat berolahraga. Saya tidak terima ketika nafas kita gampang ngap-ngapan atau ngos-ngosan saat mengangkat galon air, atau saat berjalan menaiki tangga. Itulah tanda-tanda perubahan yang mau tak mau terjadi dalam diri saya.

Dalam sudut pandang kehidupan spiritual, perubahan dipandang sebagai sesuatu yang positif. Perubahan mengharuskan kita untuk melepaskan, kata seorang pemuka agama Buddha. Melepaskan itu bisa dimaknai sebagai kesadaran untuk melepas yang telah lama untuk menerima keadaan dan kenyataan yang baru. Syaratnya adalah keikhlasan untuk mau melepas.

Saya sering bersikap seperti orang yang antiperubahan. Untung istri saya selalu mengingatkan bahwa saya sudah makin berumur dan harus menerima semua perubahan dengan ikhlas. “Jangan sok jago, sok heroik, sok muda terus. Terima saja apa adanya,” begitu dampratan istri kalau saya menolak dan protes terhadap perubahan. 

Perubahan adalah keniscayaan, sesuatu yang pasti dan mau tidak mau terjadi. Maka saya mulai belajar untuk menyadari semua proses hidup itu. Saya belajar melepaskan dengan sederhana, yaitu dari proses kita bernafas. Ada proses menghirup dan menghembuskan nafas. Ada proses menerima dan melepaskan. Tak mungkin kita ngotot untuk menahan dan tak mau melepaskan nafas. Kalau kita tak mau melepaskan nafas, efek jangka pendeknya kita akan berkunang-kunang dan megap-megap. Efek jangka panjangnya, ya mati lebih cepat dari yang dijadwalkan. 

Dari proses bernafas itu saya sungguh menghayati proses melepas untuk berubah. Kalau mau menerima nafas kita juga harus mau melepaskan nafas. Itulah perubahan yang sedang saya sadari agar saya bisa menerima dengan ikhlas perubahan umur, fisik, pola pikir, sehingga saya tahu bagaimana bersikap.

Perubahan selalu berat di awal, kacau di tengah, dan selalu indah di akhir. Mari kita belajar melepaskan belenggu pola pikir yang antiperubahan agar kita bisa menerima dengan ikhlas bahwa kita sudah dan sedang berubah.*** 

Foto dari https://www.forbes.com/sites/katecooper/2021/11/25/why-change-is-inevitable-but-how-you–your-business-manage-it-isnt/

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑