Inspiration

LEMAH SEPERTI GAJAH

Gajah adalah salah satu binatang yang saya kagumi. Ia sangat setia pada kawanannya, pada manusia yang melatih dan memberinya makan. Gajah juga dikenal sebagai binatang yang ingatannya luar biasa. Volume otaknya lebih dari 5 kilogram sehingga ia termasuk binatang yang cerdas. Sampai ada pepatah bahwa gajah tak akan pernah lupa. Dia tidak lupa pada siapa pun yang pernah memberinya makan atau orang yang pernah memperlakukan buruk. Ia tidak lupa pula jalanan yang pernah dilaluinya untuk mencari makan. Maka jangan salah kalau ada kejadian gajah yang masuk ke perkampungan, masuk ke perkebunan atau persawahan. Mereka tidak salah karena wilayah kampung, kebun, sawah itu dulu pernah menjadi salah satu jalur kehidupan mereka.

Soal ketahanan gajah jangan ditanya lagi. Binatang mamalia terbesar di darat ini umumnya tidur hanya 4 jam sehari. Selebihnya mereka berjalan untuk mencari makan. Tidurnya pun berdiri, bukan telentang. Selain itu, gajah adalah binatang perasa sehingga memperkuat keterikatan emosi dan solidaritas di kawanan mereka. Mereka selalu hidup berkelompok Kalau ada yang sakit atau mati mereka akan menunggui, bahkan menangisi, sambil menutupinya dengan tanah dan tumbuhan sebelum mereka meninggalkannya.

Meskipun banyak kelebihan yang dimiliki oleh seekor gajah, ada pula kelemahannya. Gajah-gajah liar ternyata bisa dijinakkan dan dididik untuk membantu pekerjaan manusia. Dari kecil, seekor gajah dipiara dengan baik. Agar tidak lari, salah satu kakinya diikat dengan tali. Begitu dewasa, seorang pawang gajah akan tetap menjalankan kebiasaan mengikat tali atau rantai di salah satu kaki gajah itu. Dan benar, gajah itu tidak pernah berusaha berontak, melepaskan diri dan lari. Padahal, kalau mau, betapa besar kekuatannya dibanding rantai atau tali yang mengikat salah satu kakinya. Ia bisa berontak dan lari. Tapi itu tidak dilakukannya. Menurut pawang gajah, karena ingatannya yang kuat, memori masa kecilnya selalu mengingatkan bahwa kakinya terikat dan tidak bisa lari. Gajah yang besar dan kuat itu kalah dan lemah oleh seutas tali di salah satu kakinya. 

Barangkali kita pun sering bersikap seperti gajah itu. Sesungguhnya kita punya potensi diri, karakter hebat, kapasitas yang lengkap. Tapi itu tidak menjamin keberhasilan, bahkan sering kita membiarkan diri jatuh terjerembab sehingga kita kalah dan gagal. Kita bukannya tidak mampu, tetapi mindset atau pola pikir yang salah yang membuat kita jadi pecundang. Memori-memori ketidakmampuan dan kegagalan di masa lalu itu begitu kuat mencengkeram ingatan kita. Kita membiarkan diri merasa tidak mampu karena ada tali yang mengikat kaki kita untuk bergerak lepas bebas. Persis seperti yang dialami gajah tadi. Kita jadi lemah seperti gajah karena pola pikir kalah.

Tidak ada kegagalan dan keberhasilan yang abadi. Hukum universal dualitas selalu bekerja. Ada saatnya gagal dan ada saatnya berhasil. Yang membedakan adalah kualitas dan tekad untuk bangkit dari kegagalan. Gagal tujuh kali dengan bangkit delapan kali adalah kualitas pemenang. Setelah menemukan lampu pijar dan pembangkit tenaga listrik, Thomas Alva Edison berani mengatakan bahwa banyak kegagalan dalam hidup terjadi karena orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. 

Kalau belajar dari gajah tadi, dapat dikatakan bahwa kegagalan terbesar terjadi saat kita tidak berani mencoba mengambil pilihan dengan segala risikonya. Jawaharlal Nehru pernah mengatakan bahwa keberhasilan tidak pernah atau jarang menghampiri orang yang penakut yang tidak berani mengambil risiko. 

Sebuah peribahasa Tiongkok mengatakan, “Ketika pihakmu mengalami kekalahan hanya ada tiga pilihan: menyerah, kompromi, atau melarikan diri. Menyerah adalah kekalahan total, kompromi adalah setengah kalah, tapi melarikan diri bukanlah sebuah kekalahan.” Sekarang tinggal pilihan kita, mau menyerah, berkompromi, atau melarikan diri. Tapi kalau kita ingin berhasil, maka melarikan diri itu adalah pilihan terbaik. Lari bukan wujud kekalahan, tapi untuk mewujudkan visi yang membawa kita pada keberhasilan. Jarak tidak menjadi masalah, tetapi yang tersulit adalah langkah pertama. Atau, kalau mau enak, ya seperti gajah yang lemah tadi, menyerah sebagai kekalahan total karena ikatan tali kegagalan yang masih membelenggu kaki kita.***

Foto dari https://stock.adobe.com/id/images/the-elephant-s-legs-are-chained-in-a-large-chain/421163409

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑